Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuat Hannah menjadi salah satu perempuan yang tidak bisa lepas dari dirinya, sisanya dia tinggal meyakinkan Inggrid saja.
Memikirkan hal ini, Randika tidak bisa menahan air liurnya untuk menetes. Dia lalu berjalan menuju Hannah yang masih sibuk membasuh tubuhnya itu.
Gua ini benar-benar sunyi, suara langkah kaki dapat terdengar dengan jelas. Ketika Hannah mendengar suara langkah kaki itu, dia menoleh dan mendapati bahwa Randika sudah sadar dan berjalan menghampirinya.
Sialan, aku ketahuan!
Randika sedikit malu karena hal ini, kenapa Hannah tiba-tiba menoleh ke dirinya? Jika dia tidak menoleh, dia akan menyerangnya dari belakang.
Randika awalnya ingin memberi sebuah alasan, tetapi tiba-tiba, kedua mata Hannah dibanjiri dengan air mata. Kesedihan dan kesepian yang menghantui dirinya selama ini langsung keluar bersama air matanya, dia lalu berlari menuju Randika dan hendak memeluknya.
"Kak Randika? Kak Randika!"