Tok! Tok! Tok!
"Ma! Mama!" Gadis itu memanggil ibunya dari depan pintu. Namun, Haruna tidak mendengar karena telinganya ditutupi bantal. Sampai ketukan itu harus berulang-ulang.
Syahera mengetuk kamar ibunya. Ia ingin menghibur Haruna agar tidak menangis lagi. Mendengar ibunya menangis, rasanya lebih menyakitkan dibanding dengan ditinggalkan kekasih. walaupun, ia tidak tahu seperti apa rasanya ditinggal kekasih. Ia bahkan belum pernah berpacaran.
Mendengar suara pintu, Haruna segera bangun dan menyeka air matanya. Ia tahu, itu pasti Syahera. Cuma dia yang ada di rumah bersama Haruna. Ia tidak mau menunjukkan kesedihannya di depan Syahera. Gadis itu masih terlalu kecil, sedangkan Raja sudah lebih mengerti tentang masalah kedua orang tuanya.
Ceklek!
"Ada apa, Sayang?" tanya Haruna saat membuka pintu. Ia memaksakan diri untuk tersenyum.
"Mama kenapa, Ma?" tanya sang putri yang langsung memeluk dan menangis dalam dekapan ibunya.
"Mama tidak apa-apa. Kenapa kamu menangis, hah?"