Polisi datang setengah jam kemudian. Tristan dan Haruna juga sudah tiba di parkiran. Mereka melangkah tergesa-gesa menuju kantor kepala sekolah. Di depan pintu kantor, mereka bertemu Marcel dan Aji.
"Cel, ada apa ini? Kenapa Raja bisa melukai orang?" tanya Haruna dengan panik. Ia tahu putranya memang nakal, tapi ia yakin, Raja tidak akan pernah melukai orang.
"Sabar, Tante. Kami juga tidak tahu kejadian sebenarnya, tapi kami yakin ini hanya salah paham," jawab Marcel.
"Sebaiknya, Om dan Tante masuk saja dulu," ucap Aji.
Tristan dan Haruna masuk ke dalam kantor kepala sekolah. Mereka terperanjat saat melihat wajah Raja penuh luka, tangannya masih merah oleh darah, dan baju putihnya berubah seperti batik yang terbuat dari warna darah. Haruna menghampiri Raja dengan tubuh gemetar.
"Ma," lirih Raja. Ia sangat sedih karena menjadi korban ketidakadilan. Ratu sama sekali tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan.