Tiga jam berlalu, masih belum ada kemajuan. Tristan masih berlutut di ruang tamu. Kakinya sudah kebas, terasa seperti jutaan semut merayapi kakinya. Namun, ia tidak mau menyerah begitu saja. Sampai besok pun, ia tidak akan bangun, jika memang itu yang Sinta mau.
Di taman belakang, Izham dan keluarganya merasa semakin tidak tega. Apalagi Seruni. Ia sangat tidak sabar setelah tiga jam, tapi masih belum ada perubahan. Sinta belum keluar dari kamar Haruna.
"Aku tidak bisa menunggu lagi," gerutu Seruni. Ia melangkah hendak menemui Tristan, tapi Izham menahan tangannya. "Lepasin, Pah. Aku gak tega sama anak kita. Sudah tiga jam. Kakinya pasti sudah sakit. Aku mau menyuruh Tristan berhenti," ucap Seruni.
"Tunggu sebentar lagi! Papa yakin, Tristan pasti bisa meluluhkan Sinta," bujuk Izham.
"Tapi, kapan?" tanya Seruni kesal. Ia duduk kembali.
"AAKHH!"