Mata mereka bertemu, Amanda menundukkan kepalanya memberi salam, dia tidak bisa mengelak dari tatapan Abi. Amanda hanya bisa menunduk, senyuman sudah hilang dari wajah cantiknya. Bayangan kejadian semalam kembali terekam di pikiran Amanda. Suara dingin Abi kembali terngiang-ngiang, Amanda tidak suka nada suara Abi, tidak seperti dulu. Suara itu seperti menandakan kalau Abi memang tidak suka dengan dirinya. Tanpa menunggu Abi mendekat, Amanda mempercepat langkahnya menuju lift apartemen. Dia bergegas masuk ke dalam lift dan segera menekan tombol lift agar Abi tidak dapat menyusul dan naik lift bersama. Tanpa Amanda ketahui, Abi juga ikut mempercepat langkahnya, mengekor Amanda tepat di belakang. Lelaki itu menahan pintu lift dan ikut masuk bersama Amanda, saat gadis itu masih menekan tombol untuk menutup pintu lift.
"Ya Tuhan!" pekik Amanda terkejut saat melihat Abi sudah ada dihadapannya. Hampir saja tangan lelaki itu terjepit pintu lift.
"Dokter tidak apa-apa?" tanya Amanda. Dia spontan memegang tangan Abi. Amanda menjadi khawatir, bukankah tangan adalah anggota gerak paling berharga bagi dokter bedah, batin Amanda.
"Tidak apa-apa" balas Abi, menarik tangannya.
"Oh, maaf Dok, saya hanya khawatir tangan Dokter terluka saat terjepit pintu lift tadi, maaf kalau saya lancang" ucap Amanda, menyesali Harusnya dia tidak perduli saja.
"Tidak apa-apa," balas Abi lagi. Amanda mengangguk, dia lalu mundur beberapa langkah sampai ke ujung lift.
"Saya lihat ibu sudah tidak sedih lagi" ucap Abi tiba-tiba. Amanda menoleh ke arah Abi, masih belum mendengar jelas kalimat Abi.
"Ya?" tanya Amanda.
"Ibu sepertinya sudah tidak sedih lagi seperti kemarin, saya sudah khawatir kemarin ibu merasa sedih, tapi sepertinya saya tidak perlu khawatir, sudah ada yang menghibur Ibu sepertinya" jelas Abi, wajahnya datar, tapi ada yang tidak biasa di wajah dokter itu. Dia seperti mengejek Amanda.
"Maksud Dokter?" tanya Amanda lagi.
"Seperti yang saya bilang, sudah ada yang membuat Ibu lupa akan kesedihan semalam. Ternyata Ibu bisa langsung melupakan masalah, baguslah. Tapi, saya hanya ingin sedikit memberi masukan, jangan terlalu mudah membagikan senyuman kepada sembarang pria, nanti bisa terkesan terlalu gampangan" jelas Abi. Amanda mulai menangkap maksud dari kalimat Abi.
"Jadi maksud Dokter, saya perempuan gampangan begitu?" tanya Amanda, sedikit ketus. Dia menaikkan sudut bibirnya, wajahnya berubah sinis. Abi boleh mengabaikan perasaannya. Tapi menganggap dirinya gampangan, itu sudah keterlaluan bagi Amanda. Dia merasa tersinggung.
"Yah, saya mengerti orang-orang di lingkungan bisnis bukannya seperti itu, apalagi kalau memang untuk kepentingan perusahaan." Abi kembali mencerca Amanda dengan kalimat tidak suka. Mungkin terdengar gila, tapi Abi memang tidak suka Amanda memamerkan senyuman manisnya kepada siapapun, apalagi lelaki tadi. Dari mobilnya saja, Abi tahu pasti lelaki itu orang penting di perusahaan Amanda. Wajar saja kalau Amanda beramah-tamah sampai tersenyum seperti tadi. Bukannya dulu saat di rumah sakit, Latissa bilang kalau Amanda jarang tersenyum dan ramah pada siapapun, mengapa tadi dia sangat ramah pada lelaki itu, seberapa penting lelaki yang mengantar Amanda barusan sampai wanita itu bisa berubah seperti tadi, semua pertanyaan itu memenuhi kepala Abi.
"Dokter kejam sekali" balas Amanda pelan, masih berusaha menahan emosinya.
"Apa?" tanya Abi, suara Amanda terlalu pelan, tidak terdengar jelas di telinga Abi.
"Saya bilang, Anda kejam sekali. Setelah Anda jelas-jelas menolak saya, Dokter datang kembali, mencium saya tanpa maksud yang jelas, tapi setelahnya kembali berlaku dingin kepada saya, lalu sekarang Dokter menghina saya dengan menyebut saya gampangan hanya karena ramah dengan rekan bisnis saya? Apa salah saya Dok?" tanya Amanda. Dia merasa sangat kecewa dengan Abi, sama sekali Amanda tidak menyangka Abi akan mengatakan hal seperti itu.
Di sisi lain, Abi terdiam, dia mengamati wajah marah Amanda. Wanita itu marah besar. Sorot mata Amanda tidak seperti biasanya, sorot mata Amanda sangat tajam sekarang seakan bisa membunuh Abi.
"Maksud saya...".
"Tahu apa Dokter soal bisnis saya? Apa Dokter pikir semua wanita yang bekerja seperti saya gampangan semua? Dokter pikir kami mau-mau saja beramah-tamah dengan semua lelaki asal bisnis kami lancar? Seperti itu kan yang dokter pikirkan? Hah, picik sekali pikiran Dokter, saya benar-benar kecewa pada diri saya sendiri, kenapa saya pernah suka dengan orang picik seperti Dokter" potong Amanda. Wanita itu langsung keluar saat pintu lift terbuka, walaupun belum sampai ke lantai apartemennya. Abi ingin mengejar, tapi dia merasa percuma, Amanda terlalu marah saat ini. Kalimatnya tadi memang sudah kelewat batas, batin Abi dalam hati, baru merasa menyesal.
________________
Halo semua, sudah lama banget enggak up, maafkan. Up nya sedikit dulu ya, semoga suka.
happy reading
"Latissa, apa salah kalau kita tersenyum dengan rekan kerja kita? Apa langsung dibilang gampangan kalau gitu?" tanya Amanda tiba-tiba. Dia sedang mempelajari beberapa desain produk terbaru yang akan mereka luncurkan bulan depan, tapi Amanda tidak dapat memusatkan perhatiannya, kalimat Abi semalam berputar-putar di kepalanya, terlebih lagi saat Abi menuduh dirinya gampangan, Amanda semakin kesal mengingatnya. Latissa, yang sedang membereskan file bulanan dari beberapa divisi untuk diberikan kepada Amanda, menghentikan pekerjaannya. Wajahnya beralih menatap bos nya itu. Wajah Amanda serius sekali. Sudah beberapa minggu ini, Amanda sering sekali menanyakan pertanyaan-pertanyaan aneh, yang membuat Latissa sering merasa bingung harus menjawab apa.
"Maaf Bu, Maksud Ibu bagaimana?" ulang Latissa pelan.
Amanda mengangkat kepalanya, keningnya berkerut. Sekretarisnya itu jarang bertanya lebih dari satu kali, tapi akhir-akhir ini Latissa sering meminta dirinya mengulang pertanyaan dari dirinya, apa pertanyaannya terlalu sulit? Atau ada yang salah dengan telinga sekretaris andalannya itu, sehingga dia tidak mendengar dengan jelas.
"Kapan terakhir kali kamu check up kesehatan?" Tanya Amanda balik. Kening Latissa semakin berkerut, tadi bertanya tentang senyuman, sekarang bertanya tentang check up kesehatan dirinya, sungguh Latissa tidak bisa menebak isi kepala Amanda akhir-akhir ini.
"Saya? Check up kesehatan di perusahaan kita terjadwal Bu, setahun dua kali, setiap enam bulan, jadwal berikutnya mungkin dua bulan yang akan datang" jelas Latissa, dia pikir Amanda lupa jadwal check up kesehatan karyawannya.
"Hmmm, nanti saya jadwal kamu dimajukan, sepertinya kamu perlu buat cek ke dokter THT, belakangan ini kamu sering minta saya mengulang pertanyaan, saya pikir kamu ada gangguan pendengaran?" jelas Amanda dengan wajah datar. Wajah Latissa sendiri langsung memerah menahan malu setelah mendengarkan kalimat yang Amanda ucapkan.
"Maaf Bu, pendengaran saya baik-baik saja, hanya saya kadang bingung dengan pertanyaan Ibu" ungkap Latissa dengan jujur.
"Hah, pertanyaan saya suka aneh ya akhir-akhir ini?" tanya Amanda sambil menghembuskan napas kasar. Latissa mengangguk mengiyakan, sedikit takut-takut, khawatir Amanda justru memarahinya.
"Saya cuman heran saja, apa kalau kita hanya senyum dan ramah pada lelaki yang juga rekan bisnis kita, apa langsung bisa dikatakan gampangan?" Amanda mengulang pertanyaannya tadi.
"Sama sekali tidak Bu" jawab Latissa, masih menyelidiki alasan Amanda menanyakan hal itu. Apa ini ada hubungannya dengan Anton. Latissa bisa menangkap Anton menaruh perhatian lebih pada Amanda. Sangat terlihat dari gesture dan sorot mata Anton setiap berbicara atau berada di dekat Amanda. Wajar saja, wajah dan penampilan Amanda selalu memukau, rasanya tidak aneh kalau Anton langsung menaruh hati pada bos nya itu. Sebelumnya juga hampir semua rekan bisnis Amanda menaruh hati pada Amanda, baik yang single maupun yang sudah berkeluarga, tapi bos nya itu dengan elegan selalu menolak perhatian siapapun itu.
"Nah, kamu juga pikir begitu kan" seru Amanda, wajahnya berubah senang, ada yang mendukung dirinya. Latissa tersentak, terkejut karena suara Amanda cukup keras.
"I.., iya Bu" jawab Latissa terbata-bata.
"Ah, dasar orang aneh, kalau menolak dengan kejam, lebih baik berlaku tidak perduli saja, daripada menghina gampangan" gumam Amanda dengan suara pelan, tapi Latissa bisa menangkap maksud dari perkataan Amanda. Dia yakin ada masalah lagi dengan Abi. Latissa memilih diam.
"Kamu sudah makan siang?" tanya Amanda tiba-tiba.
"Belum Bu, belum waktunya...",
"Yuk, kita makan siang, saya lapar" potong Amanda. Latissa melirik ke arah jam yang berada dibelakang kursi Amanda, tepat dihadapannya, masih pukul 11 kurang dua menit dan Amanda sudah ingin istirahat makan siang, ini diluar kebiasaan bos cantiknya.
"Kenapa bengong? Ayo" ajak Amanda lagi, mengambil tas tangannya dan berjalan keluar. Latissa buru-buru mengikuti langkah Amanda.
"Kamu mau makan apa?" tanya Amanda saat mereka sudah berjalan beriringan.
"Sa.., saya Bu?" tanya Latissa, kebingungan sendiri. Amanda menghentikan langkahnya, menatap Latissa dengan wajah bingungnya.
"Iya, makan siang ini kamu yang pilih, saya traktir" jawab Amanda. Latissa melongo mendengar jawaban Amanda. Dia baru sjaa tidak percaya kalau jam istirahat satu jam lebih cepat, tapi sekarang ada kejutan baru lagi, dia bahkan bisa makan siang bersama bosnya dan memilih menu makanannya. Hampir Latissa melompat kegirangan karena hal langka ini.
"Saya, sudah lama tidak makan pizza Bu" jawab Latissa, jujur.
"Hhmmm, pizza for lunch?? Oke, seinget saya ada resto pizza dekat gedung ini" balas Amanda, memacu langkahnya. Latissa mengikuti dengan langkah ringan, ini sungguh kejadian langka.
Mereka baru saja keluar dari gedung untuk menuju restoran pizza, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di lobi gedung. Amanda dan Latissa sama-sama menghentikan langkahnya, mereka sama-sama menyadari siapa pemilik mobil itu.
Anton keluar dari mobil mewah itu, pria itu hari ini tampak gagah dengan jas berwarna biru muda dan kemeja putih. Anton langsung tersenyum manis saat mendapati Amanda dan Latissa ada dihadapannya.
"Bu Amanda, selamat pagi" sapa Anton dengan sopan.
"Pagi, Pak Anton" sapa Amanda, dia sedikit mengerutkan keningnya, bukankah hari ini tidak ada jadwal kedatangan pria ini ke kantornya, batin Amanda sambil mengingat-ingat keseluruhan jadwal dia pagi ini yang dibacakan Latissa. Di samping Amanda, kening Latissa lebih berkerut, dia khawatir salah dengan jadwal Amanda hari ini, karena seingatnya pihak Anton sama sekali belum menghubungi dirinya untuk persetujuan kontrak kerja sama itu. Latissa khawatir sekali kalau dia salah.
"Jangan takut, saya datang memang tidak sesuai jadwal, saya hanya ingin cepat-cepat kesini untuk melanjutkan kontrak kerja sama kita" jelas Anton, tanpa diminta lelaki itu langsung menjelaskan maksud kedatangannya yang tiba-tiba, Anton menangkap raut bingung dari dua wanita cantik didepannya, itu sebabnya dia langsung menjelaskan maksud kedatangannya.
"Melanjutkan? Apa artinya Bapak setuju untuk jadi investor produk perusahaan kami?" tanya Amanda, senyum di wajahnya langsung merekah, matanya melebar karena bahagia. Cantik sekali, batin Anton. Pria itu tidak langsung menjawab, dia menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang tersedia dihadapannya selama beberapa detik. Setelah puas memandang wajah Amanda, Anton menganggukkan kepalanya.
"Ya ampun, saya senang sekali. Ah, dimana sopan santun saya, mari Pak Anton, kita bicarakan di kantor saya," ucap Amanda cepat, dia memberikan kode pada Latissa untuk berbalik arah menuju kantor kembali. Latissa menangkap kode yang diberikan Amanda.
"Mari Pak," ulang Amanda lagi. Anton mengikuti langkah dua gadis cantik itu. Dia melirik sedikit ke arah sepatu Amanda, flat shoes, jauh lebih baik daripada sepatu bertumit yang Amanda pakai semalam.
"Saya senang sepatu Ibu hari ini" sahut Anton tiba-tiba, pria itu juga kembali memamerkan pesonanya melalui senyuman manis diwajahnya. Amanda membalas dengan senyuman yang tidak kalah manis. Dia tidak perduli lagi dengan kalimat Abi semalam, kalau dengan senyuman dia bisa membuat banyak investor seperti Anton menanamkan modal di perusahaannya, tentu Amanda akan memberikan senyuman terbaiknya sepanjang hari, batin Amanda dalam hati.
_______________
Hai, up baru, semoga suka ya
ditunggu selalu dukungannya disini ya
jangan lupa follow Ig saya rizkaadityahami
happy reading