"Aura aku minta maaf kalau mungkin aku tanpa sengaja membuat mu berharap.. tapi saat ini..."
"ssstt... jangan lanjutkan Al..." Aura meletakkan telunjuknya dibibir Aldi agar kata mengandung kehancuran tidak ia dengar langsung dari mulut pria yang ia cintai.
Aldi kembali meraih tangan Aura menggenggam nya dengan erat, sementara Aura menahan getaran hebat bergemuru di hatinya. Dia ingin sebelum memberikan jawaban pada Tristan, tidak akan ada penyesalan karena ia tahu dengan pasti bahwa cinta Aldi sudah tiada untuknya.
"melupakan memang tidak mudah,, tetapi tetap bertahan dengan penuh luka juga tidak seharusnya.. aku ingin kau bisa menemukan seseorang yang lebih baik.. dia yang akan membantu mu sembuh dari luka itu... dan bukan aku orang nya.."lirih Aldi pada gadis manja yang dulu sangat ia ingin kan meskipun kini semua sudah berubah seiring dengan kebersamaannya dengan gadis berwajah sendu,,
Air mata mulai menggenangi peluk mata,, jiwa nya sudah lebih dulu menangis, menumpahkan semua sesak didada.
"jaga dirimu Al..." desis Aura tak sanggup lebih lama berhadapan dengan Aldi,, takut-takut nanti ia makin tidak bisa pergi dari cinta nya terhadap pria yang sudah beristri itu.
Perlahan Aura melepaskan genggaman tangan Aldi,, namun tatapan nya belum bisa ia alihkan, dia masih ingin memandang wajah pria manis yang mengejar nya tanpa lelah sejak mereka SMU. "aku pulang dulu.. terimakasih untuk semua nya.."
Aura memberikan pelukan terakhir untuk orang yang ia cintai,, dalam hati ia membenarkan ucapan Aldi.. mungkin bersama Tristan ia akan belajar melupakan dan mengobati luka hatinya.
***
Zara duduk di kursi koridor,, ia menengadah ketika pintu kamar VVIP itu terkuak, seorang wanita berkaki jenjang berdiri dengan sinar mata penuh sesak, pantulan cahaya lampu membuat sepasang mata dengan softlens grey tampak berkilau.
Meskipun harus kalah, Aura tidak akan pernah mengakui kalau kemenangan itu milik putri dari seseorang yang sangat ia benci! Seorang pria pebinor yang telah membuat ia harus terpisah dari papa dan kakak kandungnya.
"maaf membuat mu lama menunggu diluar" ujar Aura dingin,, melihat wajah Zara ia teringat ucapan Aldi yang menyatakan bahwa kini gadis itulah pemilik hatinya,, ada kegetiran disana, tapi lagi-lagi dia tidak akan pernah mengakui semua. "aku kasihan padamu, seperti nya kau memang berusaha keras untuk mempertahankan Aldi,, cara mu cerdik juga.. tapi kau harus ingat,, sekeras apapun kau bertahan bisa saja dia tetap kembali pada orang yang dia cintai... jaga bayi mu.. mungkin dia satu-satunya kenangan yang kalian punya" tutur Aura,, dingin, penuh penekanan dan suara yang nyaris bergetar.
Kemudian sang desainer meninggal kan si wajah sendu yang membeku seketika, manik bening menggenangi pelupuk mata mereka berdua,, Aura menumpahkannya ketika membalikkan tubuh agar Zara tidak melihat air mata kecewa itu,, sementara Zara menenggelam kan Wajah pada dua telapak tangan halusnya, menumpahkan manik bening tanpa mengeluarkan suara,, ia biar kan suara tangis nya pecah didalam hati saja.
Ingin rasanya ia meminjam bahu seseorang hanya sekedar untuk bersandar sejenak,, menghilangkan rasa letih di jiwanya.
Cinta yang ia rasa sungguh tidak sanggup ia ucapkan pada Aldi,, dia tahu seperti apa cinta Aldi pada gadis dari masa belianya. Gadis yang memenuhi tiap detik dirinya selama bertahun-tahun. Dia tidak ingin hanya karena cintanya harus menghancurkan cinta orang lain, ia sama sekali tidak berhak untuk itu!!
.
Didalam kamar Aldi menerawang, dia meyakinkan diri bahwa memang saat ini hanya Zara yang ia inginkan, meskipun dia harus memahat luka dalam hati Aura tapi ini lah yang terbaik untuk mereka.
Zara sudah memainkan melodi indah di telinga nya,, melukis indah dalam benak, lalu memberi warna dalam tiap harinya,, dia tidak ingin kehilangan orang yang ia cintai.
Inilah saat yang tepat untuk mengutarakan isi hatinya pada putri bungsu yang baru saja bertemu dengan ayah kandungnya. Dia ingin melengkapi kebahagiaan putri bungsu Almira.
.
"kamu butuh ini...." suara berat seorang pria memaksa Zara untuk mengangkat wajah, pria itu menyodorkan sebuah sapu tangan bewarna marun untuk menyeka air mata yang membasahi pipi halus sang gadis.
"terimakasih.... kamu disini...," Zara menyambut sapu tangan marun itu.
.
.
Siapa ya kira-kira yang kasih sapu tangan marun??
Lanjut ngga ya??
Beri aku semangat para Reader sejati PHZ..
komentar, ulasan serta dukungan kalian sangat berarti :D
Terimakasih salam sayang ^^