Tok... tok… tok…
Ethan yang sedang sibuk melihat foto-foto Maria di sosmed miliknya terkejut karena ada bunyi ketukan di pintu mobil samping kursi penumpang. Dia menoleh dan melihat sosok Carolina yang mengetuk pintu mobil itu.
"Ah," ucap Ethan kemudian membuka kembali pintu itu yang sebelumnya telah dia kunci.
"Nih punya lo!" ucap Carolina kemudian memberikan kantong plastik yang berisi sebuah dus dan botol cola.
"Makasih," ucap Ethan menerima kantong plastik itu, "Kamu gak lagi terburu-buru kan? Aku makan dulu, ya?" tanya Ethan lagi meminta izin karena takut wanita itu akan memarahinya.
Carolina yang masih memegang dua kantong plastik, mengangguk dan meletakkan salah satunya di jok belakang.
Ethan yang dari tadi sudah kelaparan langsung membuka dus itu dan mengambil ayamnya.
"Uh panas," gumamnya ketika merasakan panas dari ayam goreng yang baru saja dibuat.
"Tentu saja itu masih panas! Pas gue sampe ayamnya baru diangkat!" ucap Carolina yang tidak menduga Ethan akan langsung ingin memakan ayam itu.
Apa dia benar-benar kelaparan?
"Huff.. huff…" Ethan membela ayam itu kemudian meniup-niupkannya untuk mendinginkannya.
"Hmm," Ethan akhirnya melirik ketika mendengar suara Carolina yang tampak menikmati sesuatu dan terkejut ketika melihat wanita itu sedang menggenggam sebuah makanan yang tampak seperti kebab tapi penuh ayam diatasnya.
"Kamu makan lagi?!" tanya Ethan terkejut. Padahal tadi Carolina menghabiskan semua makanan yang berada di hotel tadi kecuali sup nya aja.
Carolina mengangguk dan menggigit makanan yang seperti kebab itu.
"Memangnya kamu gak takut gendut, ya?" tanya Ethan lagi, penasaran.
Carolina yang sementara mengunyah makanannya, menelannya sebelum akhirnya berkata, "Gak, kenapa gue harus takut?"
"Yah.. biasanya kan wanita itu makanannya sedikit atau menjaga pola makannya karena takut untuk gendut, atau kamu tipe yang biar makan banyak tapi tetap kurus?" tanya Ethan lagi.
Tubuh Carolina saat ini memang termasuk ideal, tidak kurus dan juga tidak gemuk. Seingat Ethan juga wanita itu tidak memiliki lemak berlebihan di tubuhnya ketika mereka pernah melakukannya, meski samar, tapi dia masih mengingat tubuh wanita itu.
"Oh gue gak memiliki metabolisme tinggi atau keturunan gue yang begitu kok. Gue cuma seneng aja buat makan, masalah?" tanya Carolina yang mulai kesal.
"Nggak kok, gak masalah. Kan aku cuma nanya," ucap Ethan lagi yang tiba-tiba mulai takut.
Carolina mengembalikkan makanannya di dus, bergeser menghadap Ethan, sebelum akhirnya berkata.
"Gini ya, gue jelasin. Wanita-wanita yang lo bilang tadi menurut gue sebenarnya bukan takut untuk gendut."
"Oh! Terus kenapa?" tanya Ethan yang mulai tertarik. Bukankah para wanita biasanya menjaga pola makannya atau berdiet karena takut untuk gemuk?
"Menurut gue itu ada hubungannya dengan pakaian. Lo kan tau nih kebanyakan wanita itu senang belanja, apalagi belanja pakaian, kadang mereka lihat, 'Duh, pakaian ini cantik ya, bagus banget,' eh tapi pas lihat ukurannya atau dicoba, gak pas atau pas tapi kelihatan lemak di sana sini,"
"Jadi menurut gue, mereka itu diet biar bisa memakai pakaian yang mereka suka bukan karena mereka takut untuk gendut!" ucap Carolina mengakhiri penjelasannya.
Ethan tampak kebingungan ketika mendengarnya, bukankah itu sama saja?
"Terus kamu sendiri gimana? Gak takut gak bisa pakai pakaian yang kamu suka?" tanya Ethan lagi.
Carolina menggeleng, "Nggak, gue gak terlalu memperhatikan penampilan gue. Gue udah cantik dari sananya, kok! Jadi gue gak butuh untuk pakai pakaian yang cantik," jelas Carolina lagi yang memang pede dengan wajahnya.
Ethan tersenyum ketika mendengar hal itu, memang benar bahwa wanita itu terlihat cantik.
"Kenapa lo senyum senyum? Gak percaya? Ini wajah asli gue tahu! Gue bahkan saat ini gak pakai make up, nih cek aja," ucap Carolina ketika melihat pria itu yang tersenyum seperti mengejek dirinya.
Carolina mengulurkan tangannya ke sandaran kursi Ethan untuk menopang tubuhnya dan memajukan tubuh bagian atas ke depan agar pria itu bisa melihat wajahnya lebih dekat.
Ethan sedikit terkejut dan salah tingkah ketika Carolina secara tiba-tiba memajukan tubuh bagian atasnya ke arahnya.
Jarak diantara mereka menjadi dekat, Ethan bisa melihat wajah wanita itu lebih jelas dan mencium aroma tubuhnya yang manis dari parfume yang wanita itu gunakan.
Keadaan di dalam mobil yang saat ini remang-remang karena hanya mengandalkan cahaya dari luar membuat suasana di situ menjadi sedikit panas bagi Ethan.
Ethan menelan ludahnya sendiri karena tiba-tiba pikiran-pikiran nakal mulai muncul di dalam pikirannya.
Ethan menatap wajah Carolina, seperti kata wanita itu, dia tidak memakai make up, Ethan bisa mengetahuinya karena kantung matanya yang berwarna hitam terlihat dengan jelas.
Tapi Ethan sedikit penasaran akan bibirnya yang berwarna peach, apakah itu benar warna aslinya atau wanita itu menggunakan lipstik.
"Kalau itu lipstik, sepertinya gak terlalu tebal, apa aku harus melumat bibirnya dengan lama sampai akhirnya bisa mengetahui itu lipstik atau bukan, ya?" pikir Ethan yang tanpa sadar mulai membasahi bibirnya.
"Gak kan? Nih wajah gue alami, tahu!" ucap Carolina yang tidak berpengalaman hanya beranggapan bahwa Ethan diam saja karena malu untuk mengakui bahwa dirinya memang tidak memakai make up. Carolina kemudian segera kembali ke posisinya semula.
Ethan yang baru saja berniat ingin melumat bibir itu, tiba-tiba terkejut karena Carolina segera kembali pada posisi dia semula!
"Wanita ini! Kini aku yakin bahwa dia sengaja ingin tarik ulur denganku!" pikir Ethan dengan kesal.
Sementara Carolina yang masih lapar, melanjutkan kembali untuk memakan makanannya tadi.
"Oh iya, itu kamu makannya apa? Kayak kebab kok ada ayamnya?" tanya Ethan penasaran. Makanan itu tampak seperti kebab tapi memiliki ayam goreng.
"Oh, ini salah satu menu di restoran ayam itu kok, namanya Twisty, ini ada kulitnya kayak kebab dan gulungannya berisi sayur dan ayam goreng, mau coba?" tawar Carolina menyodorkan makanan yang dia pegang di depan Ethan.
Ethan menatap makanan itu, atau lebih tepatnya bekas yang baru saja digigit oleh Carolina.
Bukankah ini sama saja seperti ciuman tidak langsung?
Apakah wanita itu sengaja ingin menggodanya?
"Kenapa? Gak mau? Ini enak kok," ucap Carolina yang masih menyodorkan makanan itu.
Enak apanya!
Bukankah ciuman secara langsung lebih enak daripada yang tidak langsung?!
"Kayaknya lebih enak kalo secara langsung," ucap Ethan tanpa sadar mengatakan apa yang dia pikirkan.
"Menurut gue rasanya sama sih dengan ayam goreng yang mereka jual, yaudah kalo lo gak mau," ucap Carolina yang mengira bahwa Ethan sedang membahas bahwa lebih enak makan ayamnya secara langsung daripada memakan ayam yang sudah dicampur oleh sayuran.
Carolina kembali menarik tangannya yang memegang makanan itu, dan menggigitnya kembali.
"Apa dia sengaja mempermainkanku?! Yang benar saja! Siapa juga saat ini yang lagi membahas ayam goreng! Dia sering memanggilku bodoh tapi dia sebenarnya yang bodoh!" pikir Ethan yang emosinya saat ini naik turun seperti roller coaster.
"Ini enak kok!" ucap Carolina lagi kemudian menjilat bibirnya yang kena remahan makanan itu
"Tuh lihat wanita ini! Dia benar-benar sengaja ingin menggodaku! Tapi kamu tidak bisa langsung menyosornya begitu saja, Ethan! Bagaimana pun kamu adalah seorang gentleman. Kamu harus memastikan kode yang diberikan wanita itu sekali lagi!" pikir Ethan lagi. Sebagai seorang pria yang dibesarkan dari keluarga terpandang, sejak kecil Ethan memang sudah dilatih mengenai tata krama dan bagaimana bersikap sebagai seorang gentleman.
Jadi dia tidak akan main sosor seorang wanita begitu saja.
Dia harus memastikannya sekali lagi.
"Yaudah mana," ucap Ethan, yang memajukan badannya dan memegang sandaran kursi Carolina untuk menopang tubuhnya.
Ethan sedikit membuka bibirnya dan menatap Carolina dengan lembut, menantikan reaksi wanita itu.
Jika wanita itu menutup matanya, membuka bibirnya, atau memajukan bibirnya. Pokoknya jika wanita itu menunjukkan reaksi untuk minta dicium, maka Ethan, sebagai seorang pria, akan mengabulkan permintaan wanita itu dan tidak akan memikirkan lagi soal tata krama dan bagaimana bersikap sebagai seorang gentleman!
Carolina menatap Ethan dengan tatapan aneh, kenapa juga pria itu harus mendekat seperti ini untuk meminta makanannya. Apakah dia benar-benar ingin tahu bagaimana rasanya?
"Nih!" ucap Carolina memajukan tangannya yang memegang makanan itu langsung ke bibir Ethan yang sedikit terbuka.
Ethan yang bibirnya di sosor makanan itu, mau tak mau membuka bibirnya lebar-lebar dan akhirnya menggigit makanan itu.
"Gimana? Enak kan?" tanya Carolina yang menarik kembali tangannya dan menatap Ethan dengan tatapan ingin tahu.
Sebagai orang yang suka makan, Carolina sangat percaya diri dalam hal merekomendasikan sebuah makanan. Jadi dia ingin tahu bagaimana tanggapan pria itu.
"Wanita ini benar-benar…! Sampai kapan kamu mau main tarik ulur begitu?" pikir Ethan yang masih dalam posisinya tadi dan mengunyah makanan itu.
"Gimana? Enak kan?" tanya Carolina lagi karena pria itu hanya diam saja.
"Seperti dugaanku sebelumnya, lebih enak secara langsung!" ucap Ethan dengan tidak senang dan balik lagi duduk ke posisinya semula.
Halo semuanyaaa~
Buat yang minta updatenya dibanyakin, kan author sebelumnya udah buat tantangan
Hadiah: 9/10
Ulasan: 2/25
Udah 3 hari tapi tantangan itu gak bertambah" u,u
Ayo penuhi tantangan author biar up 2 bab sekaligus seperti biasanya xD
Tetap terus dukung author, ya!
Salam,