アプリをダウンロード
5.54% VOLDER / Chapter 23: Chapter 23

章 23: Chapter 23

San Francisco tidak pernah terlihat sesuram ini sebelumnya. Atau yang lebih tepatnya, suasana hatiku yang tidak pernah sesuram ini sebelumnya. Untuk yang kesekian kalinya kuhela nafasku sambil memandang keluar jendela kantorku. Menjadi asisten manager memberiku beberapa kelebihan, salah satunya memiliki kantor pribadi. Walaupun sangat kecil tapi lebih baik daripada berbagi kubik sempit dengan karyawan yang lain.

Hari ini tepat satu minggu setelah aku bertemu dengan Nicholas. Hari ini seharusnya aku memberikan jawabanku. Aku tidak bisa memejamkan mataku sama sekali semalaman dan pagi ini pekerjaan yang diberikan Mr. LeBlanc mengalihkan hampir seluruh pikiranku dari Nicholas. Paling tidak malam ini aku harus meneleponnya untuk memberitahu jawabanku. Tapi hingga detik ini aku belum tahu apa yang harus kukatakan padanya.

Aku tidak bisa meminta petunjuk pada Lana. Sepertinya Lana sama menderitanya denganku, setelah kami kembali dari Manhattan Lana selalu mengalihkan pembicaraan jika aku menyinggung Gregory Shaw. Sejauh ini Gregory belum menampakkan batang hidungnya lagi. Aku tidak tahu harus merasa lega karena Ia tidak berhubungan dengan Lana lagi, atau marah karena Ia membuat Lana sedih. Yang jelas, minggu ini adalah minggu yang buruk.

Mr. LeBlanc menahan seluruh karyawan hingga pukul 9 malam untuk mengerjakan audit akhir tahun yang semakin mendekat. Aku sudah memberitahu Lana aku harus lembur malam ini. Kakiku melangkah ke dalam lift yang sepi lalu suara Mr. LeBlanc terdengar, memintaku untuk menahan lift. Aku tersenyum padanya saat Ia bergabung denganku di lift, Ia membalas senyumanku lalu menatap jam tangannya. "Semoga malam ini terakhir kalinya kita harus lembur. Aku terlambat lagi."

"Sedang ditunggu seseorang, Mr. Leblanc?" tanyaku dengan sopan walaupun sebenarnya aku tidak terlalu peduli. Ia tersenyum lebar di sebelahku, "Hanya makan malam. Ellie sampai harus menungguku di lobby saat ini."

Aku tersenyum lagi, kali ini lebih tulus. Mr. LeBlanc adalah pria yang baik, jauh lebih menyenangkan dari Mr. Newman managerku yang sebelumnya. Lift kami berhenti di lobby beberapa detik kemudian. Seorang wanita duduk di sofa lobby mendongak saat mendengar langkah kaki kami lalu tersenyum pada Mr. LeBlanc.

Sekarang aku mengerti mengapa Mr. LeBlanc menggerutu, Ia harus membuat wanita secantik ini menunggu di lobby untuknya. Jika aku adalah pria mungkin aku akan jatuh cinta pada wanita ini juga. Rambutnya yang coklat kemerahan dan bergelombang membingkai wajahnya dengan sempurna. Tulang pipinya yang tinggi membuatnya semakin anggun, auranya elegan melingkupinya dengan sempurna.

Perlahan kedua mata coklatnya beralih padaku, "Marcus membuat kalian lembur lagi?" suaranya yang menyenangkan membuatku membalas senyumannya.

"Ellie, ini adalah asistenku, Eleanor. Ah... nama kalian terdengar mirip." ucap Mr. LeBlanc sambil memperkenalkan kami.

Ellie mengulurkan tangannya padaku, "Halo, Eleanor. Senang bertemu denganmu, namaku Elizabeth." Aku membalasnya uluran tangannya masih dengan tersenyum, bahkan cara bicaranya pun elegan. Kami mengobrol sebentar sebelum akhirnya aku berpamitan, Mr. LeBlanc membantuku menghentikan taksi untukku. Aku melambai pada pasangan itu lalu menutup pintu taksi. Sepertinya sebentar lagi akan ada Mrs. LeBlanc.

***

Apartemenku dan Lana berada di lantai dua. Hanya ada 3 unit apartemen di lantai kami. Milikku dan Lana, Mrs. Fitzergald yang berumur 67 tahun, dan Mr. Osbourne yang hampir tidak pernah terlihat. Kami jarang bertemu dengan tetangga yang lainnya.

Kubuka pintu apartemenku tapi ternyata masih terkunci, kupandang pintu di depanku sambil mengerutka keningku. Lana seharusnya sudah pulang. Kukeluarkan kunciku lalu membukanya, saat berjalan masuk aku mendengar suara gumaman dan suara Tv.

Aku hampir saja memanggil Lana tapi mataku menangkap pemandangan di balik tembok pembatas ruang Tv dan pintu apartemen. Lana sedang berdiri memunggungiku jadi Ia tidak bisa melihatku, di depannya Gregory Shaw... sedang menciumnya. Kedua tangannya berada di wajah Lana, aku bisa melihat sebagian wajahnya dan matanya yang terpejam.

Aku masih membeku di tempatku, terlalu terkejut untuk bergerak lalu mata Gregory terbuka tiba-tiba menangkap pandanganku. Tapi Ia tidak menghentikan ciumannya. Gregory hanya memandangku selama seperempat detik sebelum memejamkan matanya kembali dan melanjutkan ciumannya semakin dalam. Kubalikkan badanku dengan wajah memanas lalu keluar dari apartemen lagi.

Sepertinya dugaanku salah, pria itu belum meninggalkan Lana.

Kusandarkan punggungku di pintu apartemen lalu menghela nafas, hari ini benar-benar hari yang sangat panjang. Tiba-tiba pintu apartemen Mr. Osbourne yang berada di depanku terbuka. Aku mendongak ke arahnya, tapi bukan pria berumur 50 tahun yang keluar dari balik pintu itu.

Seorang pria tinggi yang mengenakan setelan jas berwarna biru tua berdiri di depan pintu, kedua matanya berwarna sama dengan jas yang dikenakannya memandang ke arahku. Tiba-tiba perutku terasa seperti diaduk.

Nicholas sedang berdiri di seberangku.

Mulutku terbuka dan tertutup seperti ikan, "Apa yang—Bagaimana—"

Rasa terkejutku hanya bisa bertahan sebentar. Pintu yang kusandari tiba-tiba terbuka lebar, hampir membuatku terjungkal ke belakang. Lana menatapku dengan pandangan terkejut bercampur panik, sedangkan Gregory hanya tersenyum kecil. "Ella? Aku—aku pikir kau baru kembali satu jam lagi."

Aku memandang mereka bertiga bergantian selama setengah menit penuh. "Apa yang sedang terjadi disini?" tanyaku akhirnya.

Gregory berusaha menahan senyumannya yang sepertinya akan berubah menjadi tawa. "Senang bertemu denganmu, tetangga. Aku baru saja mengenalkan diriku pada Miss Morrel." Katanya dengan nada bercanda.

Aku akan mendengus mendengar jawabannya jika saja rasa terkejutku tidak berubah menjadi rasa bingung.

"Tetangga?" ulangku sambil berharap aku salah mendengarnya. Kualihkan pandanganku pada Nicholas yang sedang menatap Greg dengan wajah cemberutnya. "Ia sedang bercanda, kan?" tanyaku padanya sambil menunjuk ke arah Gregory.

Nicholas hanya memandangku sambil menghela nafasnya. Ia tidak bercanda. Mulutku terbuka lebar bersamaan dengan rasa panikku. Gregory Shaw sebagai tetangga? Lebih baik aku mencari apartemen baru daripada harus melihat wajahnya setiap hari. "Tunggu dulu... Lana, kau tahu Ia berencana pindah?"

"Well..." Ia menggigit bibirnya.

Dasar pengkhianat!

"Sejak kapan Ia pindah?" tanyaku dengan perlahan untuk menahan rasa marahku.

"Seminggu yang lalu." Jawabnya dengan suara yang hampir tidak terdengar. Pantaas saja Gregory tidak menghubungi Lana selama ini, karena mereka bertemu langsung. Aku merasa seperti orang paling bodoh saat ini. "Lana..."

"Eleanor, hentikan." Kali ini Greg menatapku dengan wajah cemberut.

"Hentikan?!" suaraku semakin meninggi. Kukepalkan kedua tanganku dengan marah.

"Jika kau tidak terlalu sibuk melarangnya berhubungan denganku, mungkin Lana tidak akan menyembunyikan hal ini darimu." Suaranya tidak terdengar menyenangkan seperti biasanya dan Ia memandangku dengan dingin. "Kau tidak bisa melarangnya bertemu dengan orang lain."

Kalimat terakhirnya menusukku sama sakitnya dengan saat Ia menggigitku. "Aku tidak ingin Lana terluka." Kalimatku keluar dari mulutku dengan susah payah.

"Aku tidak akan menyakitinya." balas Gregory dengan ketus sambil menyisir rambut hitamnya dengan salah satu tangannya.

Aku mendengus mendengar jawabannya. "Tentu saja kau tidak akan menyakitinya, karena kau akan menghapus ingatannya setelahnya." Gumamku dengan sangat pelan, tapi aku yakin Greg bisa mendengarnya. Ia memandangku dengan ekspresi tidak percaya bercampur marah. Kami saling memandang dengan marah, aku hampir tidak percaya pria ini pernah menyerangku. Ia tidak terlihat semenakutkan dibanding saat kami pertama kali bertemu.

"Jika kau menyakitinya, Shaw, sedikit saja—"

"Shaw bukan hanya aku, Eleanor." Potongnya sambil mengalihkan pandangannya sekilas ke balik bahuku. Ekspresi marah di wajahnya sudah menghilang lagi.

"Sepertinya kalian berdua membutuhkan waktu untuk berbicara." Lalu Ia memandang ke balik bahuku lagi, "Aku akan sangat berterimakasih jika kau bisa membuatnya berpikir lebih jernih besok pagi, Nick." Gregory menarik Lana yang kini memandangku dengan wajah bersalah lalu menutup pintu apartemen kami di depan wajahku. Satu detik kemudian aku mendengar suara mengunci dari dalam.

"Apa Ia baru saja mengunciku dari apartemenku sendiri?" tanyaku dengan marah sambil berbalik menatap Nicholas.

"Greg tidak akan menyakiti Miss Morrel, Eleanor." Ia memiringkan kepalanya sedikit ke arah pintu di belakangnya, mengajakku masuk. Aku berkedip menatapnya, rasa marahku yang sebelumnya berubah menjadi panik dengan cepat. Ia hanya membalas tatapanku dengan wajah tenangnya. Aku belum siap memberikan jawabanku. Tidak sekarang, dan tidak minggu ini. Tapi aku tahu aku tidak bisa menghindarinya saat ini, perlahan kakiku melangkah mengikutinya masuk ke apartemennya. Lalu Ia menutup pintu di belakang kami, berada satu ruangan dengannya semakin membuatku panik.

Aku tidak tahu Ia akan datang ke San Francisco, well, seharusnya aku sudah bisa menduganya. Nicholas tidak akan mau mendengar jawabanku melalui telepon.

Satu hal yang aku yakin... Apapun jawabanku setelah ini, semuanya memiliki konsekuensi masing-masing. Dan Nicholas akan menjadi bagiannya.


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C23
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン