Tanti memandang Dian dalam diam, keduanya sama-sama tak bisa saling mengutarakan satu sama lain. bagaimana tidak, hanya sebatas saling pandang, hanya sebatas saling diam seolah hal tersebut sudah menembus cakrawala dan garis dalam hati. Untuk kemudian, Dian menundukkan wajahnya. Hatinya masih terasa gelisah, hatinya masih terasa kosong, dan sunyi, hatinya masih terasa hamba, dan Dian tidak tahu apakah rasa trauma dan takut masih bisa dia lawan dengan sangat nyata? ataukah ini adalah awal di mana Dian merasa jika semua yang dia rasakan adalah keliru, semua rasa yang dia dapatkan selama ini mungkin hanyalah sebuah rasa kasihan atau yang namanya adalah iba, ya Dian juga tidak tahu pasti tentang hal itu. Kedua tangannya yang menggenggam tangan Tanti pun terlepas dengan sempurna, Dian menundukkan kepalanya seolah dia sedang meratapi rasa bersalah yang sangat luar biasa.