"M... mau apa kamu?!"
Aku masih berjongkok di depan Abimbanyu yang saat ini sedang duduk di atas ranjangku, aku tersenyum memerhatikan wajah mungilnya. Aku ndhak menyangka, jika aku akan memiliki seorang keponakan setengil ini. Masih kecil saja sudah seperti ini, apalagi kelak tatkala dia dewasa? Bisa-bisa dia akan memiliki mulut pedas seperti Romo juga Rianti.
"Matamu bagus seperti bundamu," kubilang, sembari memerhatikan mata bulatnya. Seednahknya, keturunan dari Rianti ndhak memiliki mata kecil sepertiku, pun seperti Romo. "Tapi bentuk hidungmu sama sepertiku, garis wajahmu juga sepertiku. Dari pada menjadi anak dari ayahmu, bukankah kamu ini lebih cocok sebagai anakku?"
"Tidak mau, cih!" marahnya. Dan itu berhasil membuatku kaget. Anak kecil ini. "Enak saja! Aku tidak mau! Ketampanannku ini kuperoleh dari Ayah, dan Bunda. Bukan dari siapa pun, apalagi dari orangtua jelek sepertimu,"