Lingling sedikit berbeda dari Adis, dia lebih agresif, dan itu membuatku selalu bergairah. Kalian jangan salah paham! Aku tidak membandingkan Lingling dengan Adis yang sekarang, tapi aku membandingkan Lingling dengan Adis yang dulu, saat kami masih menjadi pengantin baru. Jika aku tidak memulainya duluan, Adis hanya diam dan menunggu sambil tersipu malu, padahal aku ingin dia lebih agresif. Dan, untungnya sekarang aku mendapatkan istri seperti yang kuinginkan. Jadi aku tidak akan menuntut hal itu lagi dari Adis, karena sudah kudapatkan dari Lingling. Aku mengerti Adis memang bukan tipe wanita agresif.
"Sayang, sudah, sore. Aku pulang dulu ya. Aku harus ke rumah sakit melihat keadaan Adis, kakak kamu."
"Aku ikut ya, Mas? Aku ingin bicara pada mbak Adis, aku ingin minta maaf padanya. Aku rela mencium kakinya asal dia mau menerimaku sebagai adiknya."