Wajah Mo Yesi sedikit berubah. Nafsu yang terpancar dari matanya telah tergantikan oleh emosi lain dan tatapan matanya meredup. "Apa yang kau sesali?" tanya Mo Yesi.
Qiao Mianmian mengertakkan gigi dan menjawab, "Aku menyesal karena aku pergi begitu saja saat itu. Aku seharusnya memukuli bajingan itu dan seharusnya aku memanggil polisi untuk menangkapnya. Tapi... Aku ternyata tidak melakukan apa-apa."
Mo Yesi terdiam sejenak, lalu bertanya, "Apakah kau sudah memukulnya? Jika kau tidak bisa memukulnya, juga harus tetap memukulnya! Kau begitu ... membencinya?"
"Apakah melakukan hal seperti itu tidak membuatmu cukup membencinya?" Qiao Mianmian balik bertanya dengan tatapan mata yang penuh dengan kebencian, "Dia adalah seorang bajingan. Bajingan, bajingan tercela!"