Keesokan harinya, murid-murid mendapatkan jam bebas untuk membeli oleh-oleh sebelum sore nanti mereka ke bandara untuk terbang kembali ke Singapura. Dengan alasan sakit kepala, Haoran menolak ikut teman-temannya untuk berbelanja. Sementara Emma sendiri sudah mendapatkan hadiah kecil untuk Oma Lin di hari sebelumnya, sehingga ia tidak merasa perlu untuk berbelanja lagi.
"Nanti kita buat rencana untuk proyek kita sambil menunggu cowok-cowok ini belanja, ya?" kata Haoran saat mereka sarapan. Sudah dua hari terakhir ini Emma sarapan bersama Haoran dan teman-temannya karena Nadya entah kenapa mulai menjaga jarak dari Emma.
Sejak hari itu, ketika ia hendak menyalahkan Haoran karena membuat Mary sakit, dan Emma tidak setuju dengannya, Nadya mencurigai Emma sebenarnya menyukai Haoran dan hal itu menimbulkan kecanggungan di antara mereka. Emma sebenarnya tidak ingin kehilangan teman perempuan, tetapi ia tidak dapat menerima bila Nadya memperlakukan Haoran dengan buruk demi Mary.
Ia juga tidak punya waktu untuk drama. Saat ini yang menjadi prioritasnya adalah menemukan orang tuanya. Ia dan Haoran sudah menentukan berbagai hal yang harus mereka lakukan untuk menghubungi AWA, mencari jejak orang tua Emma dan masih banyak lagi. Ia juga harus dapat menyiapkan diri untuk masuk ke SpaceLab.
Dan satu hal lagi... ia sangat ingin membalas budi kepada Haoran yang telah berbuat sangat banyak kebaikan kepadanya selama ini. Ia ingin membantu Haoran untuk bertemu ibunya. Ia juga harus membuat rencana dan memikirkan bagaimana ia bisa melakukannya.
Ia mendengar bahwa Haoran telah lima tahun tidak bertemu ibunya.. Kalau pemuda itu menunggu hingga umurnya 25 tahun, maka total ia akan kehilangan ibunya selama sebelas tahun. Emma tahu betapa sedihnya mengalami kehilangan orang tua untuk waktu demikian lama. Ia sadar, Haoran tidak membutuhkan apa pun di dunia ini, sehingga Emma tidak akan dapat membalas budinya dengan uang ataupun benda materi lainnya.
Tetapi ia memiliki kekuatan ajaib... tentu ada yang dapat ia lakukan untuk mewujudkan keinginan Haoran. Ia akan berusaha.
"Aku tidak ada kegiatan pagi ini," Emma mengangguk. "Aku akan ke tempatmu."
Alex mendeham melihat interaksi di antara mereka. "Ahem... jadi sudah sampai mana hubungan kalian? Kami sudah bisa panggil Stardust sebagai Nyonya Haoran Lee?"
Haoran hanya menyengir lebar sementara Emma mengerutkan keningnya.
"Kenapa mesti memanggilku Nyonya Haoran Lee? Aku tidak menikah dengan Haoran..." tanya gadis itu keheranan.
"Kau terlalu serius," jawab Alex sambil tertawa. "Aku hanya bercanda."
Emma tertegun dan kemudian mengangguk. Rasanya Alex benar. Emma memang selalu terlalu serius. Haoran juga pernah berkata seperti itu kepadanya, bahwa Emma sangat serius dan terlalu sering mengerutkan keningnya.
Ia menjadi sadar diri dan tanpa sadar menyentuh keningnya yang masih berkerut. Perlahan-lahan ia merelakskan otot di keningnya dan bibirnya mengembangkan senyum tipis. Akhirnya ia mengangguk dan tersenyum ke arah Alex.
"Aku tahu kau bercanda."
Teman-temannya tertawa kecil melihat perubahan ekspresi Emma. Mereka tahu gadis itu sedang berusaha agar tidak terlalu serius.
"Nahh.. begitu, sering-sering senyum dong, Emma. biar tidak cepat keriput," goda Alex sambil membuat ekspresi seperti pantomim yang memaksa bibirnya melengkung ke atas.
"Jangan dengarkan mereka," kata Haoran sambil menggeleng-geleng. Percuma memaksa diri tersenyum kalau memang menurutmu tidak ada yang lucu. Kau tidak usah mengikuti standar orang lain."
Setelah berkata begitu ia menghalau teman-temannya agar segera pergi berbelanja souvenir seperti rencana mereka sebelumnya. Ia tahu Alex dan Dinh sering terlalu keasyikan kalau sudah berada di toko. Nanti mereka bisa terlalu lama di luar dan tidak sempat berkemas untuk pulang.
Ia sendiri segera bangkit dari kursinya dan berjalan dengan kedua tangan di saku.
"Aku mau berbaring sebentar untuk meredakan sakit kepalaku." Ia menoleh kepada Emma yang juga bersiap untuk mengikutinya. "Kau sudah berkemas?"
Emma mengangguk. Ia segera berjalan menyusuri langkah Haoran sambil melambai kepada teman-temannya. "Sudah tadi malam. Aku tidak menambahkan barang apa pun lagi ke dalam koperku."
"Bagus. Kau mau langsung ke tempatku? Atau nanti saja? Aku hanya perlu setengah jam berbaring. Kau bisa membaca beberapa referensi yang kukumpulkan semalam. Ada beberapa program musim panas computer science di Universitas Nasional Singapura untuk pelajar yang bisa kau ikuti, kalau kau masih ingin belajar," kata Haoran. Ia memencet tombol buka pintu lift.