Tak terasa... waktu cepat berlalu. Udara pagi sudah menyentuh kulit tubuh Jonathan dan Nadia yang masih duduk di atas pangkuan Jonathan.
"Tuan Jonathan, sebentar lagi matahari pagi akan muncul yang akan menghangatkan tubuh kita. Sebaiknya turunkan aku sekarang. Kedua paha anda pasti sakit kan?" ucap Nadia merasa kasihan karena Jonathan tidak membiarkannya turun dari pangkuannya.
"Nadia, bisakah kamu tidak memanggilku Tuan lagi? apa sulit bagimu untuk memanggil namaku saja." ucap Jonathan menatap Nadia dengan tatapan dalam.
Nadia menelan salivanya kemudian berdehem untuk melenturkan lidahnya agar bisa memanggil nama Jonathan dengan mudah.
"Ehem...ehem... Jonathan." ucap Nadia dengan menahan senyum.
"Sekali lagi Nad." ucap Jonathan dengan tatapan tak berkedip.
"Jo... Jonathan.... Nathan... mana yang kamu suka?" tanya Nadia menatap Jonathan dengan mata bulatnya.
"Panggil Nathan saja, lebih bagus daripada Jo...Paijo tukang kebun orang sebelah." ucap Jonathan dengan tersenyum.