Olivia perlahan membuka matanya ketika sinar matahari samar mengenainya. Ia merasakan selangkangannya yang terasa nyeri. Namun kemudian tersenyum lebar. Dia melakukannya hingga 5 ronde, semalam. Gadis itu memiringkan tubuhnya, melihat sosok pria tampan tanpa busana yang masih tertidur dengan damai. Nafasnya begitu tenang, sedangkan tangannya memeluk tubuh Oliv sangat erat. Oliv memperhatikan tiap titik wajah itu. Dan lagi-lagi, ia tersenyum, menyadari betapa ia begitu mencintai sosok ini.
"Sudah puas melihatiku?" pria itu menyahut, masih dengan mata yang tertutup. Membuat Oliv tertawa kecil dan melumat bibirnya.
"Selamat pagi, hot daddy," goda Oliv. Jonathan membuka matanya. Gelanyar kebahagiaan kini memenuhi dadanya, ketika melihat wajah Oliv tepat di hadapannya.
"Aku ingin bangun pagi dengan pemandangan ini setiap harinya." ucap Jonathan.
Olivia tertawa. Ia membangunkan tubuhnya dan duduk di perut Jonathan, membuatnya meringis karena selangkangannya yang berdenyut.
"Apa kau baik-baik saja?" Jonathan tampak terduduk seraya mengelus selangkangan gadis itu.
"Sedikit sakit" ucap Oliv membuat Jonathan menciumnya dan berkata geli, "Kalau begitu, aku tidak akan mengulanginya."
Mendengarnya, Oliv memasang tatapan tajam, "Apa kau bilang?!"
"Well, aku tidak ingin menyakitimu. Tapi aku bisa menyakiti gadis lain, jadi,"
Wajah Jonathan memerah ketika Oliv menggenggam kejantanannya erat-erat. Kemudian, dia mendekatkan wajahnya dan berkata, "Jika kau beranimelakukannya dengan wanita lain, aku akan memotong dan memutilasi ini tanpa ampun. Kau mengerti?!"
Ancaman Oliv membuat Jonathan tertawa seraya mencium pipi Oliv gemas, "Pacar siapa sih, ini? Kenapa lucu sekali?!"
Oliv tersenyum, "Pacar Jonathan Marteen." Wajah memerah Oliv membuat Jonathan tak mampu menahan dirinya untuk tidak menggigiti pipi gadis itu gemas, membuat Oliv mendengus seraya mengelus-elus pipinya, "Kau apa-apaan, sih?!"
"Salah siapa kau menggemaskan begini?" mendengar itu, Oliv tertawa.
"Daddy, by the way," Oliv menggantung ucapannya. Gadis itu mengalungkan tangannya dan memeluk tubuh Jonathan, "Aku minta maaf soal kemarin. Aku lupa harus bertemu denganmu. Aku tidak akan membuat alasan, karena aku tahu, aku memang salah. Aku minta maaf sudah membuatmu marah." Jonathan mengelus punggung telanjang Oliv dan tersenyum, "Kau justru membuatku khawatir, bukan marah."
"Kau marah, lihat ini." Oliv mendengus seraya mengangkat tangan Jonathanyang diperban.
"For God's shake! Kau benar-benar membuatku ingin mati melihat keadaanmu, daddy!"
Gadis itu mencium bibir Jonathan kilat dan berkata, "Aku mohon, jangan lakukan itu lagi. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau terluka lebih parah lagi. Kau berjanji, kan?"
Jonathan mengangguk, terlebih ketika melihat Oliv memberikan kelingking padanya. Jonathan mencium puncak kelingking Oliv sebelum menautkan pada kelingkingnya, "Aku berjanji, sayang."
Oliv menatap pria itu dalam, "Jika kau marah padaku, maka, lampiaskan itu kepadaku. Sungguh, aku lebih baik melihatmu menyakitiku daripada menyakiti dirimu sendiri." Jonathan tersenyum dan mengelus kepala Oliv penuh kasih sayang, "Mana bisa aku menyakiti gadisku yang cantik?" Pria itu mencium bibir Oliv kilat, "Dan juga ... Aku tidak.marah padamu. Aku marah pada diriku sendiri karena tidak bisa merelakan gadis yang ku cintai dimiliki orang lain."
Oliv tersenyum, "Kalau begitu, jangan pernah melepaskanku untuk orang lain. Kau mengerti, daddy?"
"Aku akan mati jika kau lepas dari hidupku."
Oliv tertawa, "Kau seperti remaja labil yang baru merasakan cinta." Jonathan mencium kening Oliv, "Orang lain akan mengatakan bahwa kita terlalu berlebihan dengan perkataan itu. Itu karena mereka tidak tahu apa yang kita rasakan. Dan mereka juga tidak tahu apa yang kita kerjakan. Tapi, ketika mereka mulai menemukan seseorang, seperti aku yang menemukanmu. Aku yakin, mereka akan menjilat ludah mereka sendiri."
Oliv lagi-lagi tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
"Tapi, apa yang kau katakan pada Alva? Dan ... bagaimana dia? Apa dia marah?"
Oliv menghela nafas panjang, "Aku tidak tahu. Hanya saja, dia tidak boleh mengharapkan aku. Karena sebesar apapun ia berharap, sebesar itu pula ia akan merasa sakit." Jonathan mengangguk, "Lalu, apakah ia harus mengetahui tentang ini? Maksudku ... hubungan kita?"
Oliv termenung. Ya. Apa yang harus ia katakan pada Alva? Apakah Oliv tega untuk memberitahu Alva bahwa ia lebih memilih ayahnya ketimbang dirinya sendiri?
"Dia akan sangat terluka jika tahu kau memilihku." Seolah mengerti apa yang Oliv pikirkan, Jonathan berkata demikian.
"Tapi ia akan lebih terluka jika kita menyembunyikannya, daddy." Jonathan mengangguk setuju. Pria itu menggenggam tangan Oliv dan berkata, "Apapun itu, aku akan mendukungmu. Kita akan melewatinya bersama-sama." Jonathan menarik nafas, "Tapi, aku harap kita tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan."
Oliv mendongak, "Bagaimana jika kita menunggu ... setidaknya, hingga ia menemukan tambatan hatinya?"
"Lalu?"
"Selama itu, kita harus berhubungan dengan sembunyi-sembunyi. Karena kau tahu, ini bukan masalah kecil." balas Olivia.
"Apakah kau yakin, kita akan sanggup melakukannya? Menyembunyikan hal ini dari Alva juga berarti menyembunyikan dari dunia. Kau tidak bisa mengakuiku sebagai kekasihmu, dan aku juga tidak bisa memanggilmu kekasihku di depan orang lain." ucap Jonathan, membuat Oliv menutup matanya sejenak. Tidak diakui sebagai kekasihnya adalah hal yang begitu ia ingin hindari. Tapi. Dia tidak mungkin membiarkan Alva tahu secara langsung, kan? Itu sama saja membunuhnya dengan kejam. Semua butuh proses, sedikit demi sedikit.
"Demi Alva, kita harus melakukannya, daddy." ucap Oliv yakin, "Bukankah kau berdiri bersamaku untuk melewati ini?" Jonathan tersenyum dan mengecup bibir Oliv, "Kita lewati ini bersama."
Mereka berciuman dalam beberapa menit, kemudian Oliv memutuskan untuk berdiri dari tempat tidur. Kini, terlihat tubuh molek Oliv yang tanpa busana. Jonathan merasakan juniornya yang lagi-lagi naik di bawah selimutnya. Sialan. Hanya karena melihat tubuh polos Oliv, Jonathan sudah benar brnar terangsang. Gadis itu membalikkan tubuhnya, hingga bokongnya yang padat dan berisi tampak jelas terlihat. Membuat Jonathan dengan nakal menepuk salah satu sisinya.
"Daddy!" Oliv mendengus kesal seraya melirik Jonathan sinis. Namun, pria itu justru menggigit bibir bawah menggodanya, seraya mengerling nakal.
"Dasar mesum!" dengus gadis itu seraya berjalan cepat cepat ke kamar mandi Jonathan, hingga bokongnya semakin meliuk kesana dan kemari. Membuat sesuatu di bawah selimut itu semakin tegang.
"Ah, shit!!"
Jonathan meloncat dari tempat tidurnya ketika Oliv berteriak dari dalam kamar mandi. Mata pria itu membulat ketika melihat Oliv sudah terduduk dengan memegangi kakinya yang berdarah.
"Kenapa kau tidak pakai alas kaki, sih?" pria itu mendesah khawatir seraya mengambil serpihan beling yang masih menancap di kaki Oliv. Jonathan tampak mengambil alih kotak P3K yang masih tertinggal di kamar mandi, dan mengambil kapas kecil untuk membersihkan luka Oliv.
"Daddy," Oliv tersenyum kecil melihat wajah tampan Jonathan yang tampak khawatir. Pria itu tidak mengindahkan panggilan Oliv, justru terfokus pada pengobatan kaki Oliv.
"Oh daddy," Oliv kembali memanggil, Jonathan tetap mengabaikannya. Pandangannya semakin serius dalam memperban kaki Oliv.
"Seriously, daddy? Come on. Itu hanya luka kecil. Bagaimana bisa kau membungkusnya seolah aku kena kecelakaan motor?!" Oliv mendengus. Kini membuat Jonathan menatap gadis itu begitu intens, "Dengar. Luka kecil itu bisa infeksi, maka bakteri akan dengan mudah masuk ke dalam tubuhmu. Lalu, kau bisa sakit, dan,"
Oliv membekap mulut Jonathan dengan tangannya, "Seharusnya kau berfikir tentang itu sebelum meretakkan kaca kamar mandi! Khawatirkan lukamu sendiri, my honourable Mr. Marteen!"
Oliv meraih kakinya dan membuka lagi perban yang Jonathan lilitkan, membuat pria itu tampak mendelik tidak terima, "Olivia!!!"
"Sudahlah, ayo mandi sayangku, ayo mandi." Oliv menepuk nepuk pipi Jonathan seolah sedang bermain dengan anak balita. Kemudian tertawa seraya masuk ke ruang shower Jonathan. Gadis itu menyalakan air shower hingga perlahan, titik titik air hangat mengenai tubuhnya. Oliv memejamkan matanya, merasakan betapa nyamannya berada di bawah sana. Tangannya meraba seluruh bagian tubuhnya untuk dibersihkan.
Dan.
Pemandangan itu dengan telak membuat Jonathan mendesah tidak tahan, "What the fuck." Jonathan segera memasuki ruang shower tersebut. Tangannya meremas belahan bokong Oliv hingga memerah, membuat gadis itu mendesah, dan berbalik untuk menatap Jonathan yang sudah basah oleh guyuran shower. Dengan cekatan, Oliv mengalungkan tangannya di leher Jonathan dan mencium dalam bibirnya, menghisap layaknya lolipop, menggigot dan memainkan lidahnya di seluruh titik dalam mulut Jonathan.
Semakin panas, Jonathan tampak mengangkat bokong Oliv, membiarkan gadis itu dengan leluasa menikmati bibir Jonathan yang selalu manis untuknya. Kemudian, Jonathan mendorong tubuh Olif hingga menempel dinding kamar mandi. Diciumnya leher Oliv, digigitnya, disesapnya, membuat Oliv menggelinjang kenikmatan. Jonathan menundukkan kepalanya, kemudian mengemut puting payudara Oliv yang sudah mengeras. Ditamparnya buah dada yang bulat dan kenyal itu, kemudian meremasnya. Membuat Oliv semakin panas. Oh, Jonathan benar benar membuatnya menjadi panas.
"Fuck, me. Fuck, me." Oliv mendesah tak karuan. Membuat Jonathan menurunkan gadis itu dan mendorongnya hingga menempel di kaca ruang shower. Pria itu membalik tubuh Oliv, membiarkan tubuh bagian depannya menempel seluruhnya pada kaca tersebut. Sekali lagi, Jonathan menampar gemas bokong padat gadis itu. Ia berjongkok,menjilati lubang di antara belahan bokong Oliv, dengan sesekali menampar dan meremas belahan itu. Membuat Oliv menutup matanya dan semakin mendesah.
Jonathan mencumbu setiap titik bokong Oliv, kemudian merambat ke pinggangnya, kemudian hingga punggungnya, dan kembali oada leher Oliv. Pria itu mengarahkan tangannya ke leher Oliv, kemudian memutar krpala gadis itu agar ia bisa menyesap bibir tipis Oliv, kemudian memainkan lidahnya dalam mulut Oliv. Tangan Jonathan merambat ke payudara Oliv, meremasnya dengan gemas dari belakang. Membuat Oliv tidak tahan untuk tidak meremas junior Jonathan yang sedari tadi menusuk nusuk pantatnya.
Oliv berjongkok untuk memainkan junior Jonathan, lagi-lagi mengoralnya hingga dalam dengan mukut kecilnya. Oliv lalu mengocoknya, kemudian kembali mengoralnya. Melakukan itu berkali-kali hingga cairan putih dari junior Jonathan membasahi leher dan dada Oliv. Membuat Jonathan menarik tubuh Oliv dan kembali menciuminya dengan ganas. Setelah 15 menit, Jonathan melepaskan ciumannya dan tersenyum melihat gadis mungil itu. Jonathan membawa Oliv ke bawah shower dan membersihkan bagian dada Oliv yang terkena cairan putihnya.
"I love you." bisik Jonathan seraya mencium puncak kepala gadis itu.
"I love you more, daddy." bisik Oliv balik, seraya berjinjit untuk mencium bibir Jonathan. Setelahnya, Jonathan mengambil sabun, dan menyabuni seluruh tubuh Oliv seperti bayi. Membuat gadis itu harus mendesah. merasakan tiap sentuhan itu menjelajahi tubuh telanjangnya.