アプリをダウンロード
15.78% DIFFERENCE / Chapter 6: Bab 6

章 6: Bab 6

"Honeyy,,"

Percy tersenyum saat Rindi memeluknya dengan bahagia. Saat ini Percy berada di parkiran bandara Soekarno – Hatta. Ia memang menjemput Rindi yang baru kembali dari Bali.

Rindi tersenyum bahagia di pelukan Percy, ia benar-benar merindukan Percy. Daffa memperhatikannya dari kejauhan dengan senyuman kecilnya. Setelahnya ia kembali memakai kacamata hitamnya dan beranjak beranjak pergi bersama pengawal dan asistennya.

"Aku merindukanmu, Honey."

"Iya," jawab Percy mengusap kepala Rindi dan melepaskan pelukannya. "Ayo masuk,"

Percy tersenyum kecil kepada Rindi seraya membuka pintu penumpang untuk Rindi. Tanpa menunggu lama Rindi langsung menaiki mobil diikuti Percy setelah memasukan barang Rindi ke dalam bagasi mobil.

Ia mulai menjalankan mobilnya setelah duduk di kursi penumpang. "Kamu kemana saja, Honey? Kenapa kamu tidak mengabariku dan tidak mengangkat telpon dariku?"

Mendengar rentetan pertanyaan dari Rindi, Percy hanya tersenyum kecil kepada Rindi dan mengambil sebelah tangan Rindi. Ia menggenggamnya dengan kuat membuat Rindi mengernyitkan dahinya bingung.

"Aku sedikit sibuk, maafkan aku."

"Apa kamu merindukanku?" tanya Rindi tersenyum melihat Percy mengecup tangannya yang berada dalam genggamannya.

"Sangat," ucap Percy kembali tersenyum walau matanya memerah menahan air matanya. Ia tidak sanggup mengatakan semuanya ke Rindi kalau dia dan Rasya akan segera menikah.

"Kamu baik-baik saja kan, Honey? Apa ada masalah?" Rindi terus menatap wajah Percy yang kembali menatap lurus ke depan dengan menyetir mobilnya.

"Iya, aku baik-baik saja."

"Eh, ini kan bukan arah ke rumahku?" ucap Rindi saat melihat sekeliling.

"Aku ingin ke membawamu ke puncak, kamu mau kan?" tanya Percy yang di angguki Rindi.

Di dalam mobil tidak ada yang mengeluarkan suara, hingga mereka sampai di perkebunan teh yang ada di puncak. Percy membukakan pintu penumpang untuk Rindi,

Setelah Rindi keluar dari mobil, Percy dengan posesife menggenggam tangan Rindi dan membawanya ke bagian tertinggi perkebunan teh. Mereka berhenti di dekat pohon besar. Udara sejuk menerpa wajah mereka berdua, senyuman tak luput dari wajah keduanya.

"Kenapa kamu membawaku kesini, Honey? Rasanya sudah lama sekali aku tidak ke puncak." Ucap Rindi menatap sekeliling.

Rindi berjalan ke sudut lain dan merentangkan kedua tangannya, ia memejamkan matanya seraya menghirup udara segar itu sebanyak-banyaknya. Percy masih berdiri di tempatnya memperhatikan Rindi dengan senyuman kecilnya. Air matanya sudah menggantung di pelupuk matanya siap meluncur membasahi pipi.

Hatinya terluka dan sakit akan melepaskan Rindi, ia merasa tak mampu melakukannya. Rindi membuka matanya dan tersenyum manis ke arah Percy.

Percy berjalan mendekati Rindi dan menyodorkan sesuatu kepadanya. "Ini apa Honey?" Rindi berbinar melihat Percy menyerahkan kotak berukuran kecil berwarna coklat yang di beri pita pink.

"Buka saja,"

Rindi segera membukanya dan semakin tersenyum berbinar melihat isinya. Di dalamnya adalah sebuah kalung cantik dengan gantungan berbentuk angel yang memiliki sayap indah. "Cantik,"

"Ini adalah kamu, kamu adalah malaikat yang selalu melindungiku." Ucap Percy memakaikan kalung itu di leher jenjang Rindi. "Kamu menyukainya?"

Rindi mengangguk antusias seraya memegang kalungnya itu. "Ini sangat cantik, Honey."

"Dia akan menjagamu mulai sekarang," ucap Percy membuat Rindi menengok ke arahnya. "Kamu semakin cantik menggunakan kalung itu," Rindi tersipu mendengarnya.

"Terima kasih, Honey. Aku sangat mencintaimu." Rindi langsung mengecup bibir Percy singkat.

Percy mengusap kedua pipi Rindi dengan senyuman yang mengisyaratkan kesedihan. 'Haruskah aku melepaskannya?'

'Kenapa harus seperti ini?'

"Jangan pernah meninggalkanku, aku yakin akan ada jalan untuk hubungan kita." Ucapan Rindi membuat Percy menatapnya dengan sendu.

"Aku tidak tau,"

"Jangan mengatakan itu, aku yakin kita akan bisa bersama." Ucapnya.

"Dinding di depan kita sangat tinggi dan kuat, aku tidak yakin mampu merobohkannya." Percy berbicara dengan mengusap pipi Rindi.

Cup

"Lihat, tidak ada penghalang apapun di antara kita." Ucap Rindi kembali mengecup bibir Percy.

Percy menarik Rindi ke dalam pelukannya, tanpa terasa setetes air mata luruh dari pelupuk matanya. "Aku mencintaimu,"

"Aku tau Honey, aku tau kita saling mencintai. Jadi tetaplah bersamaku," ucap Rindi dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tau kalau Percy tidak baik-baik saja, ia bisa melihat ketakutan di matanya. "Aku sangat mencintaimu, sangat."

Percy semakin memeluk Rindi dengan sangat erat, ia seakan tak ingin lepas dari Rindi. Ia begitu mencintai Rindi,

Setelah cukup lama berpelukan, Rindi melepas pelukannya dan Percy tersenyum padanya. Ia menangkup wajah cantik Rindi dan mencium bibirnya dengan lembut. Rindi membalas ciuman lembut Percy dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Percy.

***

Rasya berjalan menuju sebuah cafe malam, ia bekerja disana sebagai penyanyi cafe. Sesampainya disana, ia berjalan menuju ruang istirahat untuk menyimpan barangnya di dalam kabinetnya.

"Hy Sya," mendengar sapaan itu Rasyapun berbalik dan tersenyum kepada perempuan itu.

"Hai Hezky,"

"Tumben sekali loe kemari lebih awal dari biasanya." Ucap Hezky duduk di salah satu kursi yang ada disana.

"Entahlah, gue sedang boring dan sepertinya menghabiskan waktu disini tak masalah." Ucapnya.

"Ada apa?"

Rasya mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan dari Hezky yang merupakan sahabatnya. "Oh ayolah Acha sayang, kita udah kenal dari sejak SMP. Gue tau loe,"

Rasya tersenyum kecil karena dia memang tak pandai menyembunyikan masalah dari seorang Hezky. "Gue akan menikah akhir bulan ini."

"What?? Dengan siapa?" tanyanya sangat penasaran bercampur kaget. Selama ini yang dia tau, Rasya wanita single yang tidak begitu tertarik menjalin sebuah hubungan. Bisa di bilang dia memiliki trauma dalam berpacaran, hingga dia memilih untuk sendiri dan fokus pada bakat menyanyinya. "Apa loe mabuk? Atau gue yang salah dengar?"

"Gue serius, Ky. Gue akan menikah dengan Percy."

"What?? Percy? Percy Jonshon maksud loe?"

"Iya, siapa lagi. Hanya ada satu Percy Jonshon dalam kehidupan gue."

"Tapi kenapa mendadak? Apa loe hamil anaknya?"

Duk

"Aduhh." Rasya menendang tulang kering Hezky membuatnya meringis dan menunduk memegang kakinya.

"Kalau ngomong tuh di jaga, gue gak hamil." Ucap Rasya dengan kesal.

"Lalu kenapa mendadak sekali? Waktunya juga tak lama lagi."

"Pekan ini kami bertunangan tetapi tidak mewah."

"Loe yakin?"

"Gue gak pernah ngomong seserius ini sama loe," Hezky menghela nafasnya. Ia memang mengetahui seluk beluk kisah Rasya Percy dan Rindi.

"Lalu Rindi?"

"Gue gak tau, gue belum bertemu dengannya beberapa minggu ini. Percy bilang dia yang akan menjelaskan segalanya pada Rindi."

"Kenapa mendadak sekali,"

"Entahlah,"

"Loe yakin menerimanya? Sya, Percy mencintai Rindi."

"Hmm," Rasya memalingkan wajahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia benci mengakui kenyataan itu, Percy mencintai Rindi dan bukan dirinya.

"Gue gak tau harus senang ataupun sedih, yang jelas saat ini hati gue berkecamuk. Di sisi lain gue senang, akhirnya aku bisa memiliki Percy, tetapi di sisi lainpun gue merasa sangat jahat pada Rindi sahabat gue sendiri. Gue mencuri pria yang dia cintai." Keluh Rasya.

Hezky hanya diam melihat iba kepada Rasya, iapun bingung dan tak tau harus bagaimana.

Kalau saja aku bisa melihat masadepan, mungkin aku tidak akan sebimbang ini. Mungkin aku akan menghindari sesuatu yang bisa membuatku menyesal...

Tetapi mencintainya bukanlah sebuah penyesalan, walaupun cintaku hanya bisa aku simpan di dalam hati yang paling dalam.

***


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C6
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン