アプリをダウンロード
40% Bahar & Rindy (Real story) / Chapter 2: Kenaikan Kelas

章 2: Kenaikan Kelas

 

sometimes we always

think that people's lives are better.

even though he might be more difficult,

it's just that he doesn't complain

 

•••

- Rindy PoV

Nama aku Rindy Athaya. Orang terdekat biasa memanggilku 'Ndii' , sedangkan kalau di sekolah aku dipanggil 'Rin'. Aku sekolah di SMA NEGRI yang ada di kota cirebon .

Sekolah aku termasuk sekolah favorit di sini. Karena hampir semua kendaraan umum melewati jalan arah sekolahan ku. Tapi untuk bisa menuju ke sekolah , semua siswa harus berjalan kaki sepanjang 500meter dari jalan raya. Bahkan ada juga siswa yang menggunakan sepeda untuk berangkat sekolah.

Karena pada saat itu, peraturan sekolah cukup ketat. Yaitu tidak memperbolehkan siswa menggunakan kendaraan pribadi. Jadi para siswa ada yang memilih menggunakan kendaraan umum , berjalan kaki, atau bahkan menggunakan sepeda. Kalaupun itu ada siswa membawa motor, Ia tak memarkirkan motornya didalam sekolah . tapi di rumah warga sebagai penitipan motor.

Saat aku kelas satu SMA , aku masuk kelas IPA2. Setiap setahun sekali kelas akan berubah. Lebih tepatnya adalah di Rolling lingkungan yang baru bersama teman yang baru. Kata Bu Yeni sih, agar kita tidak bosan. Bu Yeni adalah wali kelas dari IPA2.

Dan inilah saatnya Bu Yeni akan membacakan pembagian kelas sekaligus pembagian rapot kenaikan kelas.

"Setelah kemarin kalian berjuang menghadapi berbagai macam ujian. Inilah saatnya kalian akan mengetahui kemampuan belajar kalian selama setahun bersekolah disini" Kata Bu Yeni. "Baiklah ibu akan membacakan rangking satu sampai sepuluh. Buat kalian yang tidak mendapatkan rangking, jangan patah semangat. teruslah belajar" Lanjutnya.

Bu yeni menyebutkan satu persatu nama siswa yang mendapatkan rangking. AKU hanya bernafas kasar. Karena bagaimanapun aku tidak akan pernah dapat rangking apapun. Aku emang dari dulu enggak pernah berharap akan mendapatkan rangking, Karena menurut aku itu tidak mungkin. Jangankan rangking, naik kelaspun aku sudah bersyukur. Karena emang otak aku itu pas pasan. Tidak seperti teman teman aku yang punya otak cerdas dan selalu dapat rangking kelas. Setidaknya aku udah berusaha semampuku.

Dan benar saja. Dari sepuluh deretan nama yang di bacakan Bu Yeni tak ada satupun nama aku disana. Aku hanya tersenyum getir, membayangkan betapa senangnya berada di posisi seperti mereka. Kadang akupun minder sendiri sama teman teman. Minder karena mereka punya otak cerdas sedangkan aku? otak pas-pasan.

"Kalau begitu Ibu permisi dulu. Pembagian kelas akan Ibu tempel di jendela depan kelas"

Setelah Bu Yeni keluar, kelas menjadi riuh dengan sorakan ke bahagiaan. Bu bYeni sudah memberi informasi bahwa 100% siswa anak IPA2 naik semua.

"aahhh gue seneng banget Rin. Akhirnya gue masuk 3 besar" Seseorang itu teriak begitu girang lalu memeluk ku dengan bahagia. Aku hanya bisa tersenyum melihat sahabat ku mendapatkan rangking 2. Tidak apa apa aku tidak dapat rangking, melihat sahabat ku bahagia aja udah cukup kok.

"Gue juga ikut bahagia. Selamat yah zheyenkk" Yaps. seseorang yang tadi meluk aku adalah Dea. Dea adalah sahabat ku sejak pertama kali masuk sekolah.

sekilas aku ceritaan sedikit tentang Dea disini. Dia adalah gadis cantik, mungil , religius dan mempunyai gudang prestasi. Apa lagi kalau sudah menyangkut tentang agama. Dialah jagonya. Menurut ku dia gadis yang ceria ,yang selalu memberi sumber kebahagiaan dalam hidup ku. Bisa di bilang dia adalah keluarga yang berada. Ayahnya punya pondok diluar Cirebon. Sedangkan Ibunya selalu mengajar mengaji anak anak. Apa lagi yang kurang coba dari seorang dea? Menurut aku dia sempurna.

sedangkan aku? Aku hanya gadis sederhana yang hanya memiliki wajah yang berwarna seperti sawo mateng kecoklatan. Ibu ku bernama karin Gavriella hanya seorang penjahit yang membuka usaha konveksi. Sedangkan ayah bernama Aslan bekerja sebagai wiraswasta. Beruntungnya aku punya adik laki laki yang bernama Keanal. Dialah harapan sebagai penolong ekonomi keluarga ku. Keanal masih kelas 5 SD. Dia berbeda dengan ku. Dia memiliki warna kulit kuning , wajah yang tampan , dan dia selalu mendapat rangking pertama di sekolah. Yang suatu saat nanti keanal akan menjadi seorang sarjana yang harus sukses. Karena kepintaran yang dia punya.

"Rin. lo juga harus bisa kaya gue yah? Lo pokoknya harus belajar dengan semangat supaya bisa dapet rangking kaya gue." Ucap Dea sambil pegang pundakku.

Lalu aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala saja dan tersenyum.

"Iya De. semoga gue bisa seperti lo"

beruntungnya aku punya sahabat seperti Dea. Walaupun dia punya segalanya, tapi dia tidak menunjukan semua itu. Dia bahkan sama seperti ku. Berpenampilan sederhana dan menggunakan hijab.

"Jangan memandang kehidupan orang lain itu enak. padahal lo tidak tahu kan apa saja yang sudah mereka lalui? Mungkin saja mereka yang lo anggap enak itu ternyata lebih sulit dari lo. Tapi mereka tidak pernah mengeluh atas apa yang sudah Allah kasih. " Dea menepuk pundakku kembali.

Tapi saat Dea ingin beranjak pergi dia membalikan badan lalu berkata:

"Jadikanlah Kelemahan lo sebagai sumber kekuatan lo" lanjutnya.

Dea benar tidak seharusnya aku seperti ini. Itu sama aja aku tidak bersyukur atas apa yang sudah Allah kasih. Aku tersenyum haru setelah mendengar ucapan Dea. Dea selalu tahu apa yang ada di fikiran ku, walaupun aku sama sekali tidak cerita padanya. Tapi dia bisa melihat dari raut wajah ku yang sedari tadi menahan sedih.

Aku keluar kelas melihat pembagiaan kelas sebelas. Sayangnya kini aku dan Dea tidak akan sekelas lagi . Aku masuk IPA1 sedangkan Dea tetap di IPA2.

"Kita enggak akan sekelas lagi yah?" Ucapku dengan lirih.

"Tidak apa. Toh nanti setiap istirahat kita masih bisa ketemu dan kekantin bareng kok." Dea menjawab sambil tersenyum.

"Iya De. Janji yah nanti kita akan tetap main bareng walaupun beda kelas?"

Dea mengangguk

"Iya janji"

"Dan nanti kalau lo nemu teman baru lebih asik dari gue, jangan pernah lupain gue yah nanti?" Dea terkekeh mendengar apa yang aku bicarakan. Aku hanya mengerutkan kening heran padanya.

Kok malah ketawa?

"Lo lucu banget sih ya ampun Rin." Dea mencubit pipi ku dengan gemes.

"Syalan. Sakit bego" aku menepis tangan dea kasar.

"Habis lo gemesin kalau kaya gini. Iya iyalah gue enggak akan lupain lo Rindy. Sekalipun gue punya teman baru juga, gue enggak akan mungkin lupain lo. Lo udah gue anggep sebagai saudara gue sendiri tau" aku tersenyum dan memeluk dea.

"Makasih"

***

Setelah acara pembagian rapot dan kelas. Aku dan Dea berencana akan main ke rumah Dea. karena rumah Dea lumayan dekat dengan sekolahan. Jadi gue memutuskan untuk bermain dengannya.

Biasanya Dea selalu menggunakan sepeda. Tapi entah kenapa sekarang dia tidak menggunakan sepeda. Jadi kami memutuskan untuk berjalan kaki . Jarak sekolah ke rumah Dea sekitar 500meter , biasanya kalau jalan kaki membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai dirumahnya.

Di sepanjang jalan, aku dan Dea hanya tertawa dengan berbagai macam cerita. Dari mulai cerita menggemaskan tentang adiknya yang baru saja beberapa bulan lahir. Adik ke empatnya itu adalah perempuan. Namanya Bilqis. Dea itu anak ke kedua dari enam bersaudara.

Saat kita sedang cerita cerita. Tiba tiba saja di persimpangan jalan belokan rumah Dea, Ada seseorang pria menaiki sepeda yang dengan sengaja ingin menabrakan sepeda nya pada Dea.

NGIKK

Seseorang itu mengerem sepedanya tepat di depan Dea, lalu ia tertawa.

Sedangkan Dea yang masih syok hanya beristigfar

'Astagfiruallah'

Pria itu kembali tertawa.

Dia bukannya minta maaf dan merasa bersalah kok malah tertawa? aneh sekali dia.

Hingga tiba tiba " BAHAR!! SIALAN LO KAGETIN GUE. UNTUNG GUE KAGAK JANTUNGAN. KALAU GUE JANTUNGAN LO MAU TANGGUNG JAWAB?"

benar saja, barusan Dea berteriak pada pria yang baru saja ingin menabrak ke arahnya.

"Hahaha sorry De. Gue enggak liat lo. Soalnya lo kecil sih . HAHAHA" Ku lirik kearah dea yang sedang menahan amarahnya ke pada pria yang baru saja pergi.

"Syalan lo kamvret . " Dea kembali teriak.

Aku hanya diam melihat kejadian itu. Dan berusaha melupakan kejadian itu. Anggap saja itu hanya kecelakaan yang biasa. Aku tidak ingat betul seperti apa wajah pria itu. Karena kejadian itu begitu cepat. Dan aku juga sibuk menenangkan Dea .

"Lo kenal dia De?" Dea melirik ku lalu menyimpan air minum di meja .

"Siapa?"

"Yang tadi mau nabrak lo" Jawabku setelah itu meneguk segelas air putih.

"Oh. Kenal. Dia tetangga gue sebelah situ." Dea menujuk sebuah rumah berpagar chat hitam dan tembok warna merah maroon.

Aku hanya mengangguk. "Dia emang gitu orangnya. Suka banget ngejailin gue. Kadang gue juga kesel sendiri sih" lanjutnya.

Kini untuk kesekian kalinya ku anggukan kembali kepalaku. Setelah itu aku dan Dea tidak membahas kejadian itu lagi. Sekarang aku dan Dea lagi asik bermain dengan adiknya yang baru berusia 2bulan .


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C2
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン