Keesokan harinya.
Briena mengerjapkan kedua matanya, hanya warna putih yang tertangkap kedua retina matanya. Bau desinfektan cukup menyengat, salah satu alasan kenapa dia tidak menyukai rumah sakit. Wanita itu menatap ke arah infus di tangannya, sekali lagi mengomel dalam hati karena kecelakaan itu membuatnya harus berada di tempat yang ia benci.
Briena menoleh ke arah Vian yang tidur di sofa. Ia melihat pria itu terbangun dari tidurnya.
"Apa tidurmu nyenyak?" tanya Briena kemudian, meski ia sudah bisa menebak jawabannya.
"Hehm, tidurku sangat nyenyak," sahut Vian lalu terbangun dan duduk bersandar pada sofa. "Kau fikir aku akan berkata seperti itu," imbuhnya sarkas.
Ok. Next part aku bakalan kasih part yang bikin kalian kaget. Pendukung Briena-Vian jangan nangis yaa
Makasih kalian semua sudah dukung cerita ini. Maaf jarang menyapa kalian, tapi plis dukung anak-anak saya ya.
Please, give me a power stone .
Jangan lupa juga kasih bintang dan review cerita saya yang lain, supaya anak-anak saya terkenal dan banyak yang baca.
Thank you semua, ayam flu(๑♡⌓♡๑)
PYE! PYE!