Aku menyimpan surat itu dengan gemetar. Perasaan campur aduk melanda hatiku saat ini.
Rahasia apapun suatu saat pasti akan terungkap, tetapi aku tidak menyangka kenyataan ini akan terkuak secepat ini.
Jika Xia Qianyang bertanya tentang kakak perempuannya, apa yang harus aku katakan?
Apa aku akan benar-benar memberitahunya bahwa Xia Qianqiu yang sebenarnya sudah meninggal?
Aku menggelengkan kepalaku dan berjalan keluar dari ruang tunggu.
Di luar sangat cerah, tetapi hatiku justru merasa tertekan.
Lagi pula, ini semua hanya masalah fakta. Cepat atau lambat semua akan terungkap. Kalau begitu lebih baik menunggu Xia Qianyang datang.
Aku bersandar di bangku halaman dan berjemur di bawah sinar matahari.
Tak berselang lama, aku mendapati seorang bocah lelaki berusia lima atau enam tahun, berpakaian merah, berjongkok di gerbang panti asuhan, sedang menggambar sesuatu di tanah.