"Tuan, apakah kita mau kembali pulang ke rumah sekarang juga?" Tanya supir Ray Williams dengan ragu-ragu, sambil ia melirik lelaki itu dari balik kaca spionnya.
Saat itu mereka sedang memarkirkan mobil mereka di pinggir jalan, karena sedari tadi Ray hanya terdiam dan tak mengatakan sepatah katapun.
Kondisinya saat ini cukup mengenaskan, dengan luka lebam di seluruh tubuhnya, dan juga di seluruh wajah lelaki itu yang semula tampan nan menawan.
Ray menatap ke arah luar jendela mobil yang ia turunkan dengan pandangan yang nanar.
Ia sepenuhnya masih tak habis fikir mengapa seorang Daniel Garibaldi dapat bertingkah seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya oleh seorang pel*cur sekelas Nana, yang namanya saja belum terlalu terkenal dimana-mana.
Ia mengamati mobil-mobil yang berjalan berseliweran melewati mereka.
"Tuan Ray?" Panggil sopirnya lagi.