アプリをダウンロード
35.29% Story of My Life / Chapter 12: Mission: Day 3

章 12: Mission: Day 3

H-3.

Kami menyelinap ke halaman belakang. Dari jendela, kami dapat mengintip tanpa ketahuan.

Ramai sekali.

Seorang wanita berpakaian sederhana tampak sopan dalam melayani. Rambut peraknya amat memukau.

Sedangkan seorang lelaki yang tampak seperti berandalan duduk di sudut paling gelap. Tampak serius pada lukisan abstrak yang sedang ia kerjakan.

Rak pajangan penuh dengan set porselen, lampu hias, pajangan, dll. Di atap terpasang berbagai jenis chandelier yang memiliki bentuk berbeda, semuanya tetap anggun dan mewah.

Dindingnya dihiasi lukisan pecahan kaca dengan gambar kebajikan dan dosa.

"Itu tidak mungkin," gumam Avery lirih.

Kami menatap Avery yang tampak kaget dan tetap fokus.

"Lukisan di dinding itu menggambarkan para dosa dan kebajikan dengan amat sangat serupa. Seolah mereka sudah melihatnya sendiri," desis Avery.

"Darimana kamu tahu?" Aku memicingkan mata kepada Avery. "Kamu tidak pernah keluar dari perkemahan. Kamu bilang begitu."

"Ya, aku memang tidak pernah," Avery tetap tampak tegas. "Tapi, pacar Allen pernah. Ia membuat buku penuh dengan foto para dosa dan kebajikan untukku."

"Pantas saja dia digosipkan berselingkuh denganmu, Avery," kekeh Isla. "Kalian amatlah dekat, sih."

Aku dapat melihat Rick yang membekap mulut, mencoba menahan tawa.

Wajah Avery memang patut diabadikan. Wajah tenangnya menjadi penuh amarah, seolah siap untuk bertempur di medan perang atau berhadapan dengan musuh besarnya.

"Apa yang harus kita lakukan?" bisik Rick.

"Kita harus mendapatkan kepingan itu lagi," jawabku selirih mungkin.

"Bagaimana caranya?" tanya Isla.

"Haruskah kita mencurinya?" usul Avery.

"Apa kamu tau tempatnya?" tanyaku sinis.

Avery mengangkat bahu. Kami menghela nafas dan duduk.

"Apakah kita harus menunggu hingga malam?" tanyaku.

"Jangan lagi..." desah Isla.

Avery menarik kami ke balik pagar tanaman, berjongkok di balik semak-semak mawar liar.

"Ini cukup lebar untuk istirahat," ujarnya.

Kami makan dan mengobrol dengan lirih di situ. Asyik sampai lupa mengamati.

05.30 pm

Kami dapat mendengar bunyi pintu dikunci dan papan menghantam kaca dengan pelan.

Kami mengintip.

Kedua orang itu duduk di sofa hitam. Mereka melepas penutup kepala mereka, membuat Isla nyaris menjerit kalau tidak aku bekap mulutnya cepat-cepat.

Wanita cantik itu memiliki rambut yang seperti pagar hitam, mengepulkan asap hijau. Wajah anggunnya berganti menjadi wajah penuh sabetan.

Sedangkan lelaki itu memiliki banyak tindikan, dan berpakaian amat tertutup yang serba hitam. Kulitnya seputih kertas baru dan taringnya panjang.

"Apa itu vampir?" gumam Isla ketakutan.

"Yang laki-laki, iya," Aku mengangguk. "Tapi, kalo yang perempuan, aku tidak tahu."

"Dia jenis penjaga istana Last Place of Soul," bisik Avery. "Anak buah Strength."

"Anak buah?" desis Rick.

"Ya," Avery mengangguk. "Strenght sendiri tidak akan pernah keluar kecuali diperintah langsung oleh Necromancer."

"Lalu, bagaimana dengan vampir itu?" tanya Isla.

"Kalau dilihat-lihat, mungkin golongan Origin tingkat menengah," gumam Avery. "Vampir murni. Bangsa mereka adalah pelayan di Eternal Castle."

Aku menatap sosok laki-laki itu. Bangsa vampir jadi pelayan?

Eternal Castle... Kastil abadi...

"Kita tidak bisa diam," ucap Rick. "Kita harus maju."

Suasana menjadi hening.

Maju? Akankah itu pilihan paling baik?

Aku membuat kunci itu menjadi pedang dengan panjang 95 cm, hitam pekat dengan gagang perak dililit rantai, berselimut asap ungu legam.

Aku suka pedang ini.

Kami menyelinap ke depan dan Avery dengan mudahnya menendang pintu hingga terlepas. Kubah transparan terbentuk sempurna.

"Wah, wah..." Lelaki itu menyeringai. "Kita kedatangan half-blood yang tidak tau sopan santun."

"Khehehe..." tawa gadis itu. "Master akan amat bahagia kalau kami persembahkan kepala kalian."

Langit terdengar bergemuruh.

Kedua orang itu mendongak dan menyeringai keji.

"Master sudah tidak sabar rupanya," kekeh anak buah strenght.

Langit kembali bergemuruh.

Rick berdiri di depanku, menghalangi.

Aku mendorongnya minggir dan memberengut kepadanya.

"Aku tau caranya bertarung, Tolol," decihku.

Bersamaan dengan vampir melesat, aku pun menerjangnya.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C12
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン