アプリをダウンロード
99.55% Kannoya Academy / Chapter 448: The secret

章 448: The secret

Yuka segera dibawa kepada ruang perawatan.

"Tenang saja, ini hanyalah racun pelumpuh yang ringan, dan berkat sihir salah satu murid dari jurusan kesehatan dapat menyembuhkanmu dengan cepat. Kakimu akan kembali normal besok subuh. Beristirahatlah." Kata seorang perawat.

"Baik... terimakasih." Jawab Yuka dengan ramah.

Tak lama seorang mengetuk pintu,

"Baik." Jawab perawat itu.

Gadis dengan rambut kemerahan memasuki kamar Yuka.

"Yuka, kamu baik-baik saja?" Tanya gadis berambut merah dengan ramah.

"Yukina....." jawab Yuka dengan ekspresi sedih.

"Kenapa? Kamu tidak baik-baik saja?" Tanya Yukina dengan khawatir.

"Bukan itu...." jawab Yuka.

Yuka menunduk.

"Kenapa..... kamu pasti ingat kan? Kenapa..... kenapa kamu sangat baik padaku?" Tanya Yuka.

".... ingat apa?" Tanya Yukina.

"Ingat akan hal itu....." jawab Yuka.

Yukina menatap ke arah kedua mata Yuka secara dalam.

"..."

Yuka menunduk dan tersenyum.

"Semua yang terjadi padaku ini adalah balasan dari kelakuanku dahulu..." kata Yuka dengan santai.

"...."

"Aku merasa bahwa ini semua adil. Semua yang terjadi atasku adalah adil." Kata Yuka.

"Adil apanya?" Tanya Yukina.

"Karena ini setimpal dengan semua yang telah kulakukan. Tidakkah kamu ingat? Seharusnya kamu ingat..... karena aku telah melakukan banyak sekali hal yang buruk padamu." Kata Yuka sambil menatap Yukina dengan lembut.

Yukina terdiam.

.

.

.

.

.

"Hey, kita semua sudah kelas 3!" Kata seorang murid

"Apakah kita bisa melihat sihir kita?" Kata murid lainnya

"Aku juga ingin tahu!" Kata seorang murid perempuan dengan rambut kemerahan, ya, Yukina.

"Bagi yang belum mengeluarkan sihir, ada kemungkinan yang sangat besar jika sihirnya aktif pada usia saat ini!" Kata murid lainnya.

.

"anak-anak, jika kalian ingin melihat sihir kalian, kemarilah, sentuhlah bola ini, seharusnya sedikit sihir kalian sudah mulai mengalir mengelilingi tubuh kalian." Kata seorang wanita.

"Horee! Ayo!"

"Mayumi, sihirmu keren!"

"Benar-benar keren!"

Gadis kecil itu tersenyum,

"Terimakasih!"

"Woaah!"

"Sihir api!"

"Keren, aku dapat sihir yang cukup aneh!"

Sementara itu.

"Sayang sekali, Yukina. Entah mengapa sihirmu tidak muncul pada usia ini." Kata wanita itu.

"E-Eh?" Kejut Yukina yang mulai putus asa.

"T-Tenang saja.... mungkin sihirmu bisa muncul nanti sebelum akhir tahun atau saat kelas 4, menantilah ya, Yukina. Biasanya sihir yang munculnya terlambat sangat kuat dan unik lho!" Kata wanita itu.

"B-Baiklah...." jawab Yukina yang sedikit putus asa.

"Aneh sekali....."

"Jangan-jangan ia memang tidak memiliki sihir?"

.

.

Setiap pelajaran sihir, Yukina hanya bisa memperhatikan dan tidak berbuat apapun. Hanya memperhatikan, dan terus memperhatikan. Hanya melihat.

Hingga akhir tahun, saat diuji, tetap saja tidak memperlihatkan hasil sedikitpun.

"Sayang ya, Yukina..... sihirmu belum muncul-muncul juga." Kata wanita itu.

"....."

.

.

Saat kelas 4 pun sama.

"Sayang sekali ya, Yukina. Sepertinya sihirmu sangat terlambat...." kata wanita itu yang mulai kehilangan harapan akan Yukina.

"Begitu...."

.

.

"Baiklah, sekarang, untuk pelatihan sihir, kalian akan dibagi menjadi kelompok." Kata seorang pria.

"Baik, guru!"

Sementara itu, Yukina juga dilibatkan karena pikirnya pelatihan ini tidak begitu sulit dan bahkan bisa saja membuat sihir Yukina muncul.

"Caranya mudah, kalian hanya perlu menjaga tumpukan balok ini selama mungkin dengan sihir kalian. Karena ini termasuk mudah, Yukina akan diikutsertakan. Siapa yang bertahan paling lama, akan diberi hadiah!"

"Baik!"

Lalu kelompok Yukina mulai berkumpul dan berusaha untuk menjaga tumpukan balok itu.

"Siap?"

"Siap!"

"1... 2... 3!"

Pria itu mulai mendorong mereka semua dengan energi sihir. Semuanya mulai bisa bertahan, tetapi tiba-tiba Yukina terpeleset dan terjatuh sehingga ia menjatuhi tumpukan balok itu, sehingga kelompok Yukina gagal.

"Yukinaaa...."

"Astaga.... padahal tim kita sudah bagus...."

Semuanya mengeluh kepada Yukina.

.

.

Setiap kali ada pelatihan kelompok, pasti semuanya tidak mau dikelompokkan oleh Yukina karena dengan adanya Yukina maka kekalahan sudah pasti. Pada akhirnya Yukina meminta,

"Pak, lebih baik saya sendirian saja."

.

.

Hari berikutnya, setelah banyak pelatihan,

"Yukina! Kenapa murung begitu?" Tanya Mayumi, saudaranya.

"Aah... kamu tahu sendiri... aku ini sangat lemah..." jawab Yukina.

"Tidak mungkin laah.... ayahmu dan ibumu sangat kuat." Jawab Mayumi dengan santai.

"Omong-omong, Yukina, teman-teman ternyata hebat semua! Ada yang bisa mengeluarkan api, ada yang bisa mengubah kursi menjadi pohon, ada yang bisa membuat gunungan tanah, dan masih banyak lagi!" Kata Mayumi.

"Yah, mereka memang hebat." Jawab Yukina.

.

"Mayumiiii!"

"Oh! Itu teman-teman, ayo ikut!" Kata Mayumi sambil menarik lengan Yukina.

Saat mereka tiba, sekumpulan murid itu terlihat tidak senang dengan adanya keberadaan Yukina.

"Kenapa sampah ini dibawa kemari?" Tanya seorang gadis kecil berambut putih.

"Yuka! Jangan berkata begitu pada Yukina!" Kata Mayumi dengan kesal. Yukina hanya diam saja.

"Aah.... maaf... tapi aku hanya mengatakan sebuah fakta." Jawab Yuka, gadis kecil berambut putih itu.

"Duuh... dasar kalian ini..." keluh Mayumi.

"Ah.... sepertinya aku mengganggu, aku permisi dulu..." kata Yukina sambil berjalan menjauhi mereka semua.

"Tunggu-" kejut Mayumi hendak menyusul Yukina, tetapi Yuka menyentuh pundaknya dan menahannya.

"A-Ada apa?" Tanya Mayumi.

Yuka tersenyum.

"Kamu tahu? Dia itu tidak selevel dengan kita. Dia seharusnya tidak usah bermain dengan kita." Kata Yuka.

"Tapi, dia saudaraku..." jawab Mayumi.

"Saudaramu? Kenapa dia bisa lemah begitu? Mana mungkin ia saudara Mayumi yang perkasa ini?" Kata Yuka.

Mayumi terdiam. Yuka tersenyum dan melanjutkan kata-katanya.

"Kamu tahu? Setiap kali kita bermain dengan Yukina, kita harus menahan semua kekuatan kita sehingga kita tidak bisa bersenang-senang.... bukankah itu membosankan? Padahal aku ingin mengajarimu jurus yang baru saja kupelajari, tapi jika ada Yukina, sampah itu, aku tidak bisa menunjukkannya karena ia bisa saja lenyap." Kata Yuka.

"Dia itu seperti tembok yang menghalangi kita semua. Karena itu, kenapa tidak kita singkirkan saja tembok itu?" Tanya Yuka.

"T-Tapi-" kata Mayumi hendak membantah, tapi,

"Jika kamu ingin bersamanya..... maka kita yang kuat ini akan menjauh agar kalian tidak dalam bahaya....dengan kata lain, silahkan bermain sendiri tanpa kami." Kata Yuka.

Karena Mayumi berteman baik juga dengan Yuka dan teman-teman Yuka yang lainnya, dan ia kurang begitu dekat dengan Yukina, maka ia meninggalkan Yukina. Sejak itu, ia tidak pernah bertemu dengan Yukina lagi hingga,

"Hei, sampah!"

Yukina yang membawa makanannya, tiba-tiba wadah makanannya beserta makanannya meluncur kepada mukanya dengan kuat sehingga Yukina sempat terjatuh. Yukina tidak bisa melepaskan wadah makanan yang menempel pada mukanya itu.

"Sihir magnet Yuka memang hebat! Hahaha! Lihat lihat!"

Setelah beberapa lama, akhirnya Yukina bisa melepaskan wadah makanan itu.

"Sayangnya hanya bisa kutahan selama 10 detik." Kata Yuka.

Yukina berdiri kembali, tetapi Yuka mendorong Yukina hingga Yukina terjatuh ke atas lantai.

"Bodoh! Aku baru saja mau lewat ke arah itu, mengapa kamu menghalanginya!" Kata Yuka.

Lalu teman-temannya tertawa.

Saat Yukina masih di atas lantai, ia menatap ke arah Mayumi. Mayumi tidak tertawa. Tapi Yuka melihat reaksi Mayumi dan dengan segera ia mendekati Mayumi dan membisikkan sesuatu, yaitu,

"Sekarang adalah waktunya pembuktian. Kamu ingin di pihak siapa."

Mayumi sedikit kesal dan ia pun kebingungan, tetapi ia tetap memilih mereka.

"Baiklah, katakanlah. Itu tidak apa-apa kok." Bisik Yuka.

Akhirnya Mayumi mengatakannya,

"Kenapa melihat ke arahku, sam-sampah?!"

Yukina terkejut, tetapi ia tidak berharap untuk Mayumi tetap bersamanya juga karena ia merasa ia terlalu lemah untuk Mayumi.

Yukina memalingkan mukanya. Yuka tertawa,

"Bahkan saudaramu sendiri memanggilmu sampah? Kamu benar-benar tidak diinginkan ya.."

Yukina hanya diam. Yuka melirik ke arah Mayumi. Terpaksa Mayumi mengatakannya,

"Yukina bukan saudaraku! Dia terlalu lemah!"

Yukina hanya diam saja, seolah-olah ia mengerti hal ini akan terjadi.

Yuka tertawa bahagia bersama dengan teman-temannya.

"Lihat, maksudku, dengar itu Yukina! Tidak ada yang menginginkanmu, sampah. Lebih baik kamu enyah dari kami!" Kata Yuka.

.

.

Semenjak saat itu Yukina selalu sendirian. Yukina juga tahu bahwa ia memang terlalu lemah bagi mereka semua, Yukina tidak menyalahkan siapapun. Yukina juga sering dijahili oleh teman-temannya, terutama oleh Yuka dan Mayumi.

.

.

Suatu saat ada pelatihan pertahanan sihir, guru memutuskan untuk mengikutsertakan Yukina karena ini adalah pelajaran yang sangat penting untuk keselamatannya. Pak guru sudah berkata bahwa saat nanti melatih Yukina, jangan menggunakan sihir yang terlalu kuat.

Saat itu, Yukina dilatih untuk tahan dari sihir dan yang membantunya adalah Mayumi.

"Mayumi, cobalah serang Yukina, tetapi jangan kuat-kuat."

Saat Mayumi bersiap, Yuka mendatangi Mayumi dan berkata,

"Hey, Mayumi.... ini adalah kesempatanmu untuk menunjukkan sihirmu, tetapi seperti yang kukatakan, sampah itu menghalangimu lagi."

"Inilah kesempatanmu.... untuk menyingkirkannya." Sambung Yuka.

Mayumi terkejut. Yuka tersenyum ke arah Mayumi.

"Goodluck, buktikanlah kamu setia pada kami." Kata Yuka.

Mayumi menghela nafasnya, lalu ia mengisi energi sihirnya penuh-penuh lalu meluncurkannya ke arah Yukina. Yukina melindungi dirinya dengan bagian tubuh kanannya. Tak lama, darah mengucur banyak pada bagian tubuh kanannya. Tetapi Yukina tetap berdiri.

"Mayumi! Apa yang kamu lakukan?!" Kata pak guru itu dengan kesal.

Yuka datang,

"Pak, dia hanya menggunakan sihir sebagian kecilnya. Aku pernah melihat Mayumi menggunakan sihir yang lebih besar dari ini. Mayumi sangat perhatian sehingga ia mengurangi kekuatan sihirnya untuk Yukina. Ia sudah menyesuaikan standar untuk ketahanan sihir tetapi masih direndahkan lagi." Kata Yuka.

"Apakah itu benar?" Tanya guru itu.

"....."

Yuka melirik ke arah Mayumi.

"B-Benar.." jawab Mayumi.

Yukina berjalan pergi, pak guru segera menghentikannya,

"Yukina! Jangan bergerak, kamu memerlukan perawatan!"

"Tidak apa-apa... ini tidak sakit." Jawab Yukina yang berdarah-darah itu.

Yukina berjalan ke UKS sendirian dan mengobati dirinya sendirian juga.

Lalu, saat Yukina hendak bersiap pulang, ia melihat seorang anak lelaki kecil yang sepertinya sedang..... dijahili juga.

Melihat itu Yukina segera mengusir anak-anak di sekitar anak lelaki kecil itu, tetapi anak-anak itu menertawakannya karena mereka tahu bahwa Yukina itu lemah dan tidak memiliki sihir.

Karena itu, Yukina melepas semua perbannya agar ia menakuti anak-anak itu. Anak-anak itu ketakutan dan segera berlari. Sementara itu, anak kecil itu tidak takut dan berterimakasih kepada Yukina.

"Kamu tidak takut?" Tanya Yukina.

"Untuk apa aku takut pada pahlawanku!" Kata anak kecil itu.

Mendengar itu, Yukina merasa senang. Yukina membalut lukanya lagi dan membelai anak lelaki itu.

"Kamu anak yang baik ya..." kata Yukina.

Tapi tiba-tiba seseorang mendorongnya menjauh hingga ia terjatuh.

"Kamu! Jangan sentuh adikku! Jijik tahu!"

Benar, itu Yuka.

"..... maaf." Jawab Yukina.

Anak lelaki itu menangis dan berkata,

"Kakak! Jangan pukul dia! Dia menyelamatkan ku!"

Tapi Yuka tidak mau dengar, Yuka memukul Yukina dan mengusirnya.

.

.

Hari-hari berlalu sama untuk Yukina dan teman-teman. Yukina selalu dijahili. Hingga suatu saat,

"Kyaaa!"

Mereka semua tertebas, Yuka berhasil lolos sebentar dengan ketakutan yang sangat besar,

"A-Apa itu?"

"Mengapa aku melihat 5 orang gadis berpakaian zirah?"

Salah satu gadis itu menatap ke arah Yuka dan dengan cepat ia menebas tubuh Yuka di bagian dekat dada dan leher. Saat Yuka ditebas, tiba-tiba ia merasakan kesakitan yang sangat besar.

"Kamu!"

Gadis itu berbicara kepada Yuka. Yuka terjatuh ke atas tanah tak sadar diri.

"Kamu..... dasar b*j*ng*n. Hanya berani dengan yang lemah? Dasar pengecut! Dan mimpimu sebagai pahlawan?! Tch! Manusia sepertimu tidak akan pernah menjadi seorang pahlawan! Merendahkan orang lemah, menyakiti orang lemah, sama sekali bukan pahlawan! Sepertinya kamu hanya ingin menjadi pahlawan karena kepopuleran dan penghargaannya, dasar rendahan! Orang sepertimu tidak pantas untuk hidup!"

"Lebih baik kamu menyerah daripada mimpimu yang terlalu tinggi untuk dirimu yang rendah itu!"

"Dan sakit kan? Itu semua rasa sakit yang dirasakan oleh tuan kami karenamu! Sekarang kamu akan menerima semua yang menyakitkan sebagai ganjarannya."

Gadis itu menghilang dan kembali ke dalam tubuh Yukina. Meskipun tidak sadar diri, tapi sepertinya sihir Yukina mendatangi Yuka di dalam alam bawah sadar juga.

"Sa.... sakit....." pikir Yuka.

"Sangat sakit....."

"Pedih dan sakit...."

.

"Yuka! Syukurlah kamu baik-baik saja."

"I-Ibu?" Kejut Yuka yang lemas.

"Yuka, apa yang terjadi?"

"Ayah...." kata Yuka.

"Di mana teman-teman, sepertinya mereka juga diserang-" kata Yuka dengan lemas.

"Maaf..... teman-teman mu tidak ada yang selamat..."

"A-Apa?" Kejut Yuka.

"Luka mereka terlalu fatal."

"Begitu....." jawab Yuka sedih.

Yuka mulai memikirkan perkataan-perkataan yang disampaikan oleh sihir Yukina.

"....."

.

.

Tak lama setelah pulih, Yuka kembali ke kelasnya.

"Rupanya Yukina tidak dapat ditemukan dimanapun. Sekarang kondisi kedua orangtuanya juga kurang baik. Apakah yang telah terjadi, pasti sesuatu telah terjadi." Kata wali kelas mereka.

"Yuka pak! Yuka menjahilinya!" Kata salah satu murid.

"Benar! Ia melakukannya setiap hari!"

"Ia bahkan memaksa saudaranya, Mayumi, untuk ikut menjahilinya!"

"Ah? T-Tapi kalian juga kan?" Kejut Yuka.

"Apa?! Enak saja!"

"Bisanya main tuduh! Dasar Yuka!"

"YUKA!" Bentak wali kelasnya.

Yuka terdiam.

"Bisa-bisanya kamu..... melakukan hal seperti itu? Kita tidak pernah mengajarkanmu untuk melakukan itu! Kamu tidak hanya menodai dirimu sendiri, tetapi nama sekolah ini juga." Kata wali kelasnya. Yuka hanya terdiam.

.

.

Sepulangnya,

"Yuka?"

"Ya, ibu?" Jawab Yuka.

"..."

"Apakah..... kamu benar-benar melakukannya?"

"....."

"Pak guru melaporkannya...."

"..... benar." Jawab Yuka.

"..."

"Besok kita akan bertemu dengan keluarga Ayami.... kamu harus meminta maaf."

.

.

Keesokan harinya, keluarga Yuka dan Yuka menemui kedua orangtua Yukina di dalam sebuah rumah sakit. Rupanya ibu Yukina baru saja melahirkan.

Pria berambut kebiruan mendatangi mereka, lalu kedua orangtua Yuka mulai meminta maaf. Yuka ikut meminta maaf setelah melihat kedua orangtuanya meminta maaf.

"Jadi.... itu kamu ya?" Tanya pria itu.

".... benar...." jawab Yuka yang tidak menutupi kesalahannya.

Pria itu segera memukul muka Yuka dengan keras sambil berkata,

"Kamu tidak tahu apa yang telah terjadi padanya!"

"Sayang..."

Pria itu segera berhenti dan mulai menahan diri karena istrinya telah menyuruhnya.

"Maaf..... kita memang sedikit kesusahan akhir-akhir ini. Suamiku sedikit kacau jadi itu sebabnya ia berlaku sedikit kasar, maaf." Kata wanita berambut kemerahan itu.

"T-Tidak, aku yang harusnya meminta maaf..." kata Yuka.

"....."

"Ini semua salahku..." pikir Yuka.

Wanita berambut kemerahan itu tersenyum,

"Entah mengapa.... saat melihatmu..... aku teringat akan Yukina."

Pria berambut kebiruan mulai menggenggam kedua tangannya dengan keras saat mendengar nama itu.

...

"Yuka, mulai sekarang jangan ulangi lagi ya..."

"Tentu saja, ibu...." jawab Yuka.

...

Yuka memutuskan untuk melanjutkan studinya di Miyuki School karena tidak banyak teman-temannya yang mendaftar di sana. Yuka menghindari teman-teman lamanya karena hal yang ia lakukan. Tetapi tetap saja ada beberapa teman-teman lama Yuka. Teman-teman lama Yuka menyebarkan segala sesuatu yang Yuka telah lakukan pada Yukina hingga Yukina tidak mau kembali dan menghilang. Itulah sebabnya Yuka sedikit dikucilkan.

"Dia benar...." pikir Yuka.

"..... aku tidak marah..... ini adil bagiku.... atas segala hal yang pernah aku lakukan." Pikir Yuka sambil tersenyum.

"Semua rasa sakit dan luka ini.... pasti Yukina merasakannya selama 3 tahun itu..... ini semua karenaku.... ini adil, aku akan menerima semuanya."

.

.

.

.

.

.

"Menurutku ini tidak adil." Jawab Yukina.

Yuka menatap ke arah Yukina dengan heran.

"Kenapa?" Tanyanya.

Yukina berjalan ke arah jendela ruang perawatan itu.

"Semua orang adalah manusia. Semuanya tidak ada yang sempurna. Tetapi bukan berarti mereka berhak direndahkan."

"Ehm.... aku.... tidak paham." Jawab Yuka.

"Yuka, kamu bukanlah Yuka yang dahulu, dan meskipun sekarang kamu masih Yuka yang dahulu, aku tidak akan pernah melakukan hal yang buruk padamu. Aku memperlakukan semua orang sama." Kata Yukina.

"Eh? Tidak mungkin.... kamu-" kejut Yuka.

"Itu mungkin dan ya, aku memaafkanmu." Jawab Yukina.

"Tapi... kenapa...." tanya Yuka.

"Setiap orang melakukan kesalahan, entah itu kecil atau besar, tapi mereka semua berhak mendapatkan kesempatan kedua. Yuka, kamu menggunakan kesempatan keduamu dengan sangat baik... meskipun ada sisi buruknya pada dirimu sendiri." Jawab Yukina.

Yukina duduk di atas kasur Yuka pada bagian samping tubuh Yuka. Yukina tersenyum dan menatap ke arah Yuka.

"...."

"Ini aneh sekali... kamu tidak memiliki kemarahan apapun padaku.... " jawab Yuka.

"Seorang guru juga harus berhati besar." Jawab Yukina.

Yukina menyentuh kaki kanan Yuka.

"Semoga cepat sembuh ya."

"Terimakasih, Yukina." Jawab Yuka.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C448
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン