Akhirnya, semuanya berakhir. Tapi,
"HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Tangis Kurosa dengan sangat kencang di dalam rumah sakit.
"Ssssst! Berisik." Keluh Alvina.
"Memangnya kenapa sampai menangis begitu?" Tanya Ermin.
"Tidak adil.... kita harus menghabiskan 3 hari di Bali.... tetapi di dalam rumah sakit.... huuuu..." tangis Kurosa.
"Yah.... mau bagaimana lagi.... meskipun sihir di sini memang hebat, tetapi masih memerlukan sekitar 3 hari untuk pulih....." keluh Asuka.
"Jika di tempat lain, sepertinya memerlukan 3 bulan... bahkan lebih... seharusnya kita bersyukur." Jawab Rheinalth.
"Lalu, seperti biasanya..... bagaimana dengan Yukina?" Tanya Ardolph.
"Benar juga, dia melarikan diri dari rumah sakit saat itu... tetapi ia menyelamatkan kita semua lagi...." jawab Asuka sedikit khawatir.
"Benar..... Yukina berada di ruangan lainnya, lukanya serius, terutama pada kedua kakinya... tetapi sepertinya tidak seserius saat melawan Rei?" Kata Rheinalth ragu-ragu.
"Hm... sepertinya sama saja." Jawab Asuka.
"Eeeh? Benarkah?" Kejut Rheinalth.
"Yah.... namanya Yukina..." keluh Ermin.
.
.
"Aku ingin cepat sembuh... AKU INGIN BERMAIN!" Tangis Kurosa.
"Stttt.... jangan keras-keras! Ini di rumah sakit!" Kata Rheinalth dengan tegas.
"Huweeee..... habisnya....."keluh Kurosa.
"Sudahlah, seperti yang kubilang. Aku belum memesan tiket pulang dan karena vila sudah dimiliki, kita dapat tinggal berapa lama kalian mau." Kata Ermin.
"HOREEEEE!" Teriak Kurosa.
"KUROSA! SSSST!" Kata Rheinalth dengan tegas.
.
.
Setelah 3 hari,
"HOREEEE!" Kata Kurosa dengan bahagia.
"Akhirnya...." kata Toshiko senang.
"Ayo kita membasuh diri di vilaku-" kata Ermin. Mereka semua berjalan ke arah vila Ermin. Dan vilanya.... hancur.
"O ya.... terakhir kali tanah tergulung." Kata Ardolph.
"Benar juga..." jawab Yukina.
Kurosa terjatuh sujud di atas tanah, lalu
"HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
"Baik teman-teman.... ayo kita bangun vila ini lagi...." kata Ermin bersedih.
.
.
"Tidak perlu."
"Eh?!" Semuanya terkejut.
"Pak Gubernur!" Kejut Ermin.
"Hohoho, kalian tidak tahu kekuatanku ya? Lihatlah daerah utara dan timur, bagian tengah, barat, dan selatan belum saya perbaiki. Saya akan perbaiki sekarang." Kata pak gubernur itu.
Saat mereka melihat daerah timur dan utara, Aerum menggunakan sihirnya dan melayang ke langit.
"Oh! Tidak mungkin!" Kejut Ermin.
"Benar-benar sudah pulih." Jawab Aerum.
"Hohoho! Kekuatanku adalah..... the builder!" Jawab pak gubernur itu.
Lalu pak gubernur mengarahkan tangannya ke arah vila mereka dan tempat di sekitarnya. Tak lama balok-balok mulai saling menyusun dan vila mereka kembali seperti semula.
"HOREEE! TERIMAKASIH PAK!" Kejut Kurosa.
Pak gubernur itu memberi salam dan segera pergi ke tempat lainnya.
.
.
.
Setelah membasuh diri, mereka memutuskan untuk.... tidur seharian! Mereka sangat lelah.
.
.
Keesokan harinya,
"Waaah! Benar-benar sudah kembali!" Kejut Kurosa.
"Ayo bermain!" Kata Toshiko bersemangat.
.
.
Mereka mengunjungi sebuah pantai.
"AYO NAIK SKATEBOARD!" Teriak Kurosa sambil menggeret Asuka.
"O-Oi! Itu bukan skateboard ... itu adalah perahu...." keluh Asuka.
.
.
"Yukina, mau naik perahu?" Tanya Ardolph.
"Eh.... oh.... hm....." jawab Yukina gugup.
Sementara, di balik banyak orang,
"Fufufufuufufuuuuuuu..... ayolah.... terimaa... terimalah..." sesosok gadis cebol dengan rambut merah muda sedang menatap ke arah Yukina dan Ardolph dengan tatapan yang mengintimidasi hingga para monyet pun berlarian darinya.
"Bagaimana?" Tanya Ardolph.
"Eeehm.... m-maaf! Aku bersama Junko saja!" Jawab Yukina gugup.
Sementara itu, Junko yang hendak mengajak Denzel,
"EEEEEEEEEH?!"
"Fuiih.... aku selamat..." pikir Denzel.
"Oh, ok.." jawab Ardolph, ia terkejut.
Akhirnya, Yukina menaiki perahu bersama dengan Junko. Ardolph berakhir menaiki perahu bersama dengan Denzel.
.
"Eh, Ardolph...." kata Denzel di bagian belakang.
"Ya?" Tanya Ardolph sambil menoleh ke belakangnya karena ia duduk di depan.
"..... rasanya..... canggung banget....." kata Denzel sedikit malu.
".... benar juga sih...." jawab Ardolph.
Karena, kebanyakan pada sekitar mereka yang menaiki perahu kayak adalah pasangan-pasangan.
"Sepertinya Junko akan merasakan hal yang sama-" kata Denzel sambil melihat ke arah Yukina dan Junko di depan sana, tetapi tidak sesuai ekspentasi,
"Yukina! Dayunganmu kuat! Tetapi kamu salah arah! Kita bisa berakhir di tengah laut!" Keluh Junko.
"Ooh, Junko, maaf.... aku sebenarnya ingin mencari tempat yang sedikit sepi agar kita tidak saling bertabrakan." Kata Yukina.
"Oooh, begitu.... tetapi jangan ke sana-sana... nanti berakhir di tengah laut..." keluh Junko.
"Baik, baik.." jawab Yukina.
Yukina memutar perahunya.
.
"KURANG AJAR MEREKA TERLIHAT AKRAB SEKALII!" Pikir Denzel sedikit kesal.
Lalu tak lama, di sampingnya, muncul manusia gila itu.
"Hmm..."
"Woi, Albern.... hentikan..." keluh Denzel yang segera mengetahui bahwa itu adalah Albern.
Albern mengelus-elus dagunya sendiri dan memberikan ekspresi aneh pada Denzel.
"Woi, Albern! Jangan berhenti begitu saja.. mendayung sendiri itu berat tahu..." keluh Odelia yang duduk di bagian belakang.
Lalu Albern dan Odelia kembali mendayung.
"Astaga, semenjak kita bertarung bersama, Albern menjadi gila." Keluh Denzel.
"Mungkin dia ada rasa-rasa ke kamu..." kata Ardolph sambil tertawa. Yang dimaksud rasa-rasa oleh Ardolph adalah rasa seperti kagum, mengidolakan, dll. Tetapi Denzel salah paham,
"WOI JIJIK!" Teriak Denzel yang sangat terkejut, lalu oleh karena ia terkejut, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam air.
"EEEEEH! DENZEEEEEL!" Kejut Ardolph.
.
.
"Semuanya bersenang-senang.... aku jadi senang! Ehehe!" Kata Butterfly dengan pakaian renangnya.
Butterfly melihat ke arah murid-muridnya, lalu ia melihat ke arah tangannya.
"Berkat sihir Junko, aku dapat mengembalikan kedua tanganku... tanpa sihirnya aku benar-benar tidak bisa berbuat apapun." Pikir Butterfly.
.
.
"Terimakasih, Osamu, Alfred, karena sudah mau menjadi palang voli." Kata Kurosa.
"Yaah...." kata Osamu sambil memegang jaring voli.
"Dasar Alvina!" Keluh Alfred. Alvina tertawa melihat Alfred yang dijadikan sebagai tiang untuk jaring voli.
"Ayo! Aku tidak akan kalah!" Kata Toshiko.
"Oho, tak semudah itu." Jawab Alvina.
"Benar, melewati kami tidak akan mudah!" Jawab Lucianna yang berada pada tim Alvina.
"Begitu ya? Hahaha!" Jawab Aerum yang berada pada tim Toshiko.
Lalu mereka bermain voli secara normal.
.
.
Akhirnya Yukina dan Junko selesai. Mereka menepi.
"Aha, menyenangkan rupanya bermain denganmu!" Kata Junko.
"Benar, kamu juga." Jawab Yukina.
Lalu mereka berdua saling tertawa satu dengan yang lainnya.
"IIIIIIRGHRHHRHHHHH!" Denzel berteriak di dalam hatinya tanpa alasan.
.
.
Tak lama, Yukina berhenti tertawa sebentar saat mendengar suatu suara secara tiba-tiba. Junko tentunya kaget kenapa tiba-tiba Yukina tidak tertawa. Yukina segera melihat ke arah belakangnya.
.
.
"Teman-teman...."
Seorang lelaki dengan orang-orang yang sangat berbeda berkumpul.
"I Made Arnawa..." pikir Yukina.
"I Made Arnawa... kamu baik-baik saja kan?"
"Bagaimana keadaanmu?"
"Ahh... aku baik-baik saja kok." Jawab teman I Made Arnawa.
"Woi kita tidak bertanya kepadamu."
Lalu mereka semua tertawa.
"Teman-teman.... kalian tidak apa-apa kan?" Tanya I Made Arnawa dengan tiba-tiba.
Mereka semua tersenyum ke arah I Made Arnawa, lalu berkata,
"Menurutmu?"
I Made Arnawa tersenyum kembali,
"Aku kembali, teman-teman!"
Teman-temannya segera memberikan pelukan hangat sambil tertawa riang.
Dari jauh, Yukina tersenyum dan mengingat dirinya dahulu.
"Satu tahun sudah berlalu, tidak terasa ya...." pikir Yukina sambil melihat ke arah langit.
"Yukina, ayo!" Kata Junko.
"Oh, baiklah." Jawab Yukina.
Lalu Yukina segera menyusul Junko.
.
.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk tinggal 3 hari lamanya, lalu mereka kembali pulang menaiki pesawat ke Jepang.