アプリをダウンロード
90.02% Kannoya Academy / Chapter 405: Impostors

章 405: Impostors

"Hey, bangun." Kata Reflectia saat semua pasukan pergi.

Seorang lelaki dengan pakaian pasukan di sana mulai bangun.

"Kerja bagus. Sekarang kontrol cadangan ini milik kita." Kata Reflectia sambil tersenyum.

Lelaki itu tersenyum.

.

"Kita akan apakan tempat ini?" Tanya lelaki itu.

"Agar teman-teman kita bisa masuk, kita akan meledakkannya." Jawab Reflectia.

"Tapi.. bukannya besi di sini sangatlah tebal?" Tanya lelaki itu.

"Itulah... kita akan menarik perhatian...." kata Reflectia.

"Jika begitu, anda akan ketahuan.." kata lelaki itu khawatir.

"Tenang saja.... kamu tidak meragukan rencanaku kan? Tentunya ada alibinya.." jawab Reflectia.

"S-Siapa?" Tanya lelaki itu.

"... tenang, aku ada kenalan..." kata Reflectia dengan nada kejam.

"Ini juga akan mengulur waktu untuk pemimpin kita... ini sangatlah efektif..." kata Reflectia dengan nada yang sangat puas.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Junko lama sekali..." pikir Denzel.

Denzel merenungkan kejadian sebelumnya.

".... orang di sini hebat juga ya, bisa mengenali obat sihir dengan baunya....." pikir Denzel.

.

"Sebentar..." pikir Denzel.

"Bagaimana mereka bisa mengenali baunya? Bukan... bagaimana caranya mereka mencium bau obat itu jika obat itu masih tersegel?!" Pikir Denzel dengan terkejut.

"Bahkan... tas kardusnya juga tertutup dengan rapat... jangan-jangan..." pikir Denzel.

Denzel segera keluar dari ruangan penyelidikannya.

"JUNKO!" Pikir Denzel.

Tiba-tiba Denzel dipukul jatuh.

"Bodoh sekali... baru sadar..."

Denzel terkejut, semua anak buah di dalam tempat itu sudah terjatuh tak berdaya.

"A-Apa ini?!" Kejut Denzel.

Dua anak buahnya melepas pakaian pengamanan penelitian tempat itu.

"S-Siapa mereka?" Pikir Denzel.

"Rupanya... kita bisa memberikan pada boss kekuatan yang banyak ya.." kata seorang gadis berambut kecoklatan. Ia memainkan rambutnya.

"Benar.. dan juga.... kekuatannya sangat indah..." kata seorang gadis lainnya yang berukuran lebih pendek, rambutnya pirang panjang. Ia tertawa senang karena ia tahu bahwa ia bisa memberikan kekuatan Denzel pada pemimpin mereka.

Denzel segera menggerakkan tangan kanannya, ia mengarahkan tangan kanannya secepatnya pada mereka berdua.

"Hologram bullets!" Kata Denzel.

Dari telapak tangannya, muncul sebuah lingkaran sihir hologram. Hologram itu menembakkan peluru-peluru pada mereka berdua.

Gadis berambut pirang itu menembakkan beberapa peluru, dan peluru milik Denzel dan gadis itu saling bertabrakan. Peluru mereka berdua saling menghancurkan.

Lalu gadis itu menembakkan sebuah peluru pada pundak kanan Denzel. Denzel terjatuh ke belakang tak berdaya.

Denzel masih berusaha untuk berdiri.

"Junko.... di mana?" Tanya Denzel kesal.

"Junko? Oh... gadis berambut pink itu? Tenang saja, dia sudah dibekukan bersama dengan seseorang yang kamu penjarakan, Ni Wayan Galuh.. jika kekuatan mereka habis, maka nyawa mereka juga akan begitu. Jadi, tenanglah, kamu tidak akan memiliki waktu. Apalagi Ni Wayan Galuh tidak memiliki sihir." Kata gadis berambut coklat itu dengan cueknya, ia masih memainkan rambutnya.

Denzel terkejut dan kesal mendengar itu,

Denzel menopang tubuhnya dengan tangan kirinya, dan ia berusaha untuk berdiri. Ia berhasil berdiri.

"Beritahu di mana mereka!" Kata Denzel dengan sangat serius. Ia merentangkan tangan kirinya ke samping kiri, sebuah pedang seperti pedang lazer tercipta. Denzel mengambilnya dan mengayunkannya pada leher gadis berambut pirang itu.

"Oho? Tak kusangka kamu akan mengayunkan pedang ini pada leherku, kamu tidak langsung mencabut nyawaku, padahal aku ini sangat lemah... lihat! Aku hanya membawa sebuah pistol... tapi pelurunya..... itu berdasarkan perasaanmu." Kata gadis itu dengan nada yang meremehkan.

Tiba-tiba Denzel merasa kesakitan, terutama pada bagian kepalanya. Denzel memegang kepalanya karena sangat sakit rasanya.

"Apa... ini?" Kejut Denzel.

"Sekarang kamu ketakutan... dasar..." keluh gadis berambut kecoklatan itu.

Tak lama jantung Denzel terasa sakit, begitu juga dengan kulit tubuhnya.

Denzel terjatuh meringkuk di atas lantai.

"Sepertinya ini berlebihan, Mino.... jika begini terus, pemimpin kita akan mempermainkan gadis berambut pink itu, dia lumayan cantik soalnya.." kata gadis berambut kecoklatan yang sampai sekarang masih memainkan rambutnya seolah-olah tidak ada apapun yang dapat ia lakukan selain memainkan rambutnya.

Mendengar itu Denzel semakin kesal, ia berusaha untuk melawan rasa sakitnya.

"Apa ini? Perasaan cinta, marah, takut? Kamu memang berperasaan sekali ya... tapi tenang, pemimpin kita adalah seorang wanita... tapi dia masih suka mempermainkan sih.." kata Mino, gadis berambut pirang itu sambil tertawa melihat kondisi Denzel.

Tubuhnya jadi terasa panas, jantungnya makin sesak dan sakit, kepalanya semakin sakit dan mempusingkan, ia sudah tidak dapat berpikir lagi.

"Sudahlah, Mino, langsung serahkan saja.." kata gadis berambut kecoklatan itu yang masih memainkan rambutnya.

"Mocha... aku masih ingin melihat kesakitan lelaki ini... hihi, sungguh menyenangkan.." kata Mino, gadis berambut pirang itu dengan sangat puas.

"Jika kita berlama-lama, rencana boss bisa saja gaga--" kata Mocha, tiba-tiba ia berhenti memainkan rambutnya (akhirnya) dan mengambil sebuah gagang pedang dari sakunya. Ia mengayunkan gagang itu, sebuah bilah pedang segera muncul. Bilah itu sampai pada leher seorang gadis dewasa. Gadis dewasa itu segera melemparkan campuran obat yang berbau sangat menyengat.

"Uh... apa ini... jorok sekali.." keluh Mocha.

Mino segera waspada, ia melihat sekeliling, tetapi tidak ada siapapun.

Tak lama, sebuah ember memasukkan diri pada kepalanya. Mino tak bisa melihat dengan jelas, gadis dewasa itu menendang sendi lutut pada bagian belakang Mino, sehingga Mino terjatuh ke depan dan menjatuhi temannya, Mocha.

"Denzel! Cepat!" Kata gadis dewasa itu.

"Ni Wayan Galuh?" Kejut Denzel.

Melihat luka Denzel, Ni Wayan Galuh segera mencari obat, lalu ia menaburkan bubuk obat penyembuh pada Denzel.

"Ni Wayan Galuh, Junko di mana?" Tanya Denzel.

"Maaf, aku tidak melihatnya, aku hanya dikurung di sebuah ruangan sendirian.. bahkan aku tidak tahu jika Junko ditangkap.." kata Ni Wayan Galuh sedih.

"..... Galuh, maaf..." kata Denzel sedih karena telah menuduhnya.

"Tidak apa-apa... semua orang pasti berpikir begitu juga." Kata Ni Wayan Galuh.

Lalu Ni Wayan Galuh segera menopang tubuh Denzel dan berusaha untuk membawanya pergi.

Tapi, tak lama.

Ni Wayan Galuh terjatuh tiba-tiba.

"A?" Kejut Ni Wayan Galuh.

Ni Wayan Galuh melihat pada kedua kakinya, sebuah peluru menembus kulit kakinya di antara betis dan pergelangan kaki.

"Perasaanmu... yang menentukan." Kata Mino.

"Sudahlah..." kata Mocha yang kesal. Mocha menerjang ke arah Ni Wayan Galuh.

Ni Wayan Galuh segera melihat sekelilingnya dengan sedikit panik, tiba-tiba jantungnya sakit.

"Sihir perasaan..." pikir Ni Wayan Galuh.

Ni Wayan Galuh berusaha untuk tenang, tubuhnya mulai baikan. Ia melihat sekelilingnya.

Mocha sudah dekat dan hendak mengayunkan pedangnya. Ni Wayan Galuh menarik kaki meja yang penuh dengan obat di atasnya. Mocha terkena semua obat-obatan itu. Ni Wayan Galuh berusaha untuk berdiri lagi, dengan tertatih-tatih ia menopang Denzel dan berlari menuju kepada pintu keluar.

Ni Wayan Galuh berhasil membuka pintu keluar itu meskipun Mino menembaki mereka berdua.

Ni Wayan Galuh terkejut saat ada seseorang wanita dengan jubah hitam muncul di depannya. Dengan tongkat anehnya yang berat, wanita itu memukul kepala Ni Wayan Galuh hingga ia tak sadar diri.

Denzel juga dipukulnya.

"Mino, Mocha, aku kecewa pada kalian, kalian hampir saja meloloskan dua orang saksi sehingga kalian hampir ketahuan." Kata wanita itu.

Mino dan Mocha segera sujud di depannya,

"Maaf, kita memang kurang berpengalaman." Kata Mino dan Mocha ketakutan.

"Tapi... aku bangga kalian sudah bisa memalsukan bukti, sehingga semua orang di sini percaya dengan kalian." Kata wanita itu dengan nada yang lebih melegakan. Mino dan Mocha sedikit lega.

"Terimakasih, tuan." Jawab mereka berdua.

"Baiklah, akan kukurung mereka semua, tak kusangka gadis ini bisa lolos dari sihirku.." kata wanita itu.

Wanita itu mengurung tubuh Denzel dan Ni Wayan Galuh di dalam sihirnya.

"Baiklah, kalian... ikutlah aku." Kata wanita itu

"Baik, tuan." Kata mereka berdua.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C405
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン