Toshiko melihat sekelilingnya,
"Banyak juga tentara yang menjaga bersamaku.." pikir Toshiko gugup.
"Mereka pasti galak..." pikir Toshiko sambil berkeringat.
Seorang pasukan datang ke arah Toshiko.
"E-Eh?" Kejut Toshiko ketakutan.
"Tenang saja, kita akan menjaga kalian semua." Kata pasukan itu.
"Eh.... oh... baiklah." Jawab Toshiko gugup.
.
"Ray-Ray, tolong jaga ini baik-baik sebentar saja, kakak mau merapikan rambut." Kata Toshiko.
"Apa ini?" Tanya Raynell.
"Sebenarnya, daya cadangan ini terkontrol dari benda kecil ini, Butterfly dan pak gubernur mempercayaiku untuk menjaganya. Semua kontrolnya ada di dalam benda kecil ini." Kata Toshiko.
"Oh, begitu... baiklah." Jawab Raynell yang lalu memperlihatkannya pada adik-adiknya, yaitu Raynard dan Rayner.
.
Nera mendengar sesuatu.
"Sepertinya ada sesuatu.." kata Nera.
Nera berjalan ke arah pintu luar, ia mengintip keluar. Sebuah lubang kecil terbuka untuk mengintip.
Saat lubang itu terbuka, sebuah serpihan kaca menusuh salah satu mata Nera. Nera terkejut kesakitan.
Semua tentara segera berlari ke arah Nera.
"Ada apa?!" Kejut Toshiko.
"Aduh.." keluh Nera.
Pintu terbuka, seorang gadis berpakaian serba hitam muncul.
"Siapa itu?!" Teriak semua pasukan sambil menodong gadis itu dengan senjata-senjata mereka.
Gadis itu tersenyum. Semua pasukan itu segera kesakitan dan terjatuh.
"P-P-Penyusup!" Kejut Toshiko.
"Tch! Kita akan tetap melindungi daya cadangan ini! Roots!" Teriak Nera.
Dari tangan Nera, akar-akar tumbuhan meluncur ke arah gadis itu.
Tiba-tiba, di depan gadis itu, muncul sebuah cermin. Akar Nera terkena pada kaca gadis itu. Cermin itu pecah.
Dan karena cermin itu retak, tepat saat memantulkan bayangan tubuh Nera, tubuh Nera juga terluka sesuai dengan pola retaknya cermin itu. Karena retaknya cukup banyak, luka yang Nera terima juga banyak.
"Nera!" Kejut Toshiko.
Toshiko berlari ke arah Nera. Toshiko membuat ranting-ranting api dan meluncurkannya pada gadis itu. Lalu cermin juga muncul, dengan cepat Toshiko membelokkan serangannya. Tetapi tetap saja cermin itu retak sendirinya. Retakannya justru lebih banyak dari milik Nera. Tubuh Toshiko segera terluka sesuai dengan pola cermin itu.
Karena tubub Toshiko lemah, Toshiko terjatuh.
"Kakak!" Kejut Raynell.
"Baiklah, di mana Ray-Ray?" Tanya gadis itu.
Raynell, Raynard, dan Rayner saling berpandangan.
"Dia!" Kata Raynell, Raynard, dan Rayner sambil menunjuk satu dengan yang lainnya.
"Tch, aku harus berurusan dengan lampu merah kuning hijau ini?!" Keluh gadis itu.
Gadis itu segera mengejar mereka bertiga.
Rayner tertangkap,
"Ray!" Teriak Rayner sambil melemparkan sebuah alat kecil yang diberikan oleh Toshiko. Raynell menangkapnya.
Gadis itu menciptakan cermin di antara Raynell dan Raynard.
"Fire!" Kata Raynell.
Api yang besar membara pada tubuhnya. Gadis itu menerjang kr arah Raynell.
Raynell menghindar, sehingga gadis itu menabrak kepada cermin yang ia buat sendiri. Raynell melarikan diri dari gadis itu. Raynell menolong Rayner, adiknya.
.
Tak lama, gadis itu memukul kepala Raynell dengan sangat kuat, Raynell merasa pusing. Rayner segera berlari secepatnya menjauhi Raynell.
"Di mana?" Tanya gadis itu.
"Pada Ray satunya..." kata Raynell.
"Tch!" Keluh gadis itu.
Gadis itu melemparkan tubuh Raynell, lalu mengejar Rayner.
"P-Plants.." kata Rayner gugup.
Akar-akar tumbuhan melilit lantai itu secara tidak merata. Gadis itu jadi sering tersandung. Ia menjadi semakin kesal.
"Dasar!" Keluh gadis itu.
Gadis itu menciptakan cermin tajam yang hampir saja memotong tubuh Rayner, untung saja ia melompat ke atas. Ia menggunakan cermin gadis itu sebagai pijakan, lalu ia melompat.
"Raynard!" Teriak Rayner dengan lembut.
Rayner melemparkan alat itu pada Raynard yang sedang berlari. Raynard menangkap benda kecil itu.
"Tch! Kalian ingin bermain? Baiklah!" Jawab gadis itu.
Gadis itu mengejar Rayner.
Akhirnya Rayner tertangkap.
"Di mana?" Tanya gadis itu.
"Di Ray yang lainnya." Kata Rayner.
"Baiklah.. kalau begitu.." kata gadis itu.
Tubuh Rayner dikurung di dalam ruangan penuh cermin.
"Apa ini?" Kejut Rayner.
"Bermain-mainlah di sana." Kata gadis itu.
Gadis itu mengejar Raynard.
"Raynell!" Teriak Raynard sambil melemparkan alat itu. Raynell menangkapnya. Raynard segera tertangkap oleh gadis itu.
"Di mana?" Tanya gadis itu.
"Di Ray yang satunya." Kata Raynard.
"Baiklah... aku akan memaksanya untuk memberikannya.." kata gadis itu.
Raynard dikurung seperti Rayner.
"Baiklah, Ray yang satunya atau Ray yang lainnya.... aku tidak akan mengejarmu." Kata gadis itu.
Raynell tetap berlari, tetapi ia tidak bisa melihat adiknya seorangpun.
Gadis itu muncul di depannya.
"Lihatlah adik-adik malangmu..." kata gadis itu sambil menunjukkan bahwa Raynard dan Raynell dikurung di dalam ruangan penuh cermin.
"Apa itu?" Kejut Raynell.
"Baiklah, aku akan menjawabnya.... jika kamu tidak memberikannya.... kakakmu nanti akan menjadi anak tunggal saja... bahkan kedua orang tuamu tidak akan memiliki seorang anak lagi." Kata gadis itu.
"Apa.. maksudmu?" Tanya Raynell.
"Ini!" Kata gadis itu sambil memukul cermin yang mengurung tubuh Raynard dengan kuat. Cermin itu retak, dan terdengar teriakan Raynard. Darah mencucur keluar dari retakan cermin itu.
Raynell terkejut, ia ketakutan, tetapi ia tidak ingin terlihat begitu.
"Ha? Belum paham juga.." kata gadis itu sambil memukul cermin yang mengurung tubuh Rayner dengan kuat, cermin itu retak dan teriakan Rayner terdengar, darah mencucur keluar dari retakan itu.
"Jadi begini ya... tubuh anak-anak memang sangatlah lemah.." kata gadis itu.
Gadis itu kembali melihat ke arah Raynell,
"Baiklah... serahkan... atau kalian semua akan mati di sini!" Kata gadis itu.
Raynell berpikir dengan keras.
"Jika aku menyerahkannya.... semuanya akan baik-baik saja.." pikir Raynell.
"Raynell! Kamu tahu pesan kakak kan?" Teriak Raynard dari dalam.
"Berisik!" Kata gadis itu sambil memukul cermin yang mengurung tubuh Raynard, darah mencucur lagi.
"Benar... aku tidak akan menyerahkannya! Aku akan mengalahkan dirimu!" Teriak Raynell yang sudah mendapatkan keberaniannya lagi.
Raynell meletakkan benda itu di dalam bajunya.
"Fire.." kata Raynell.
Tubuh Raynell membara lagi.
Gadis itu tersenyum.
Ia mengarahkan tangannya pada Raynell, tetapi Raynell langsung melompat ke atas. Kurungan cermin itu meleset.
Raynell mengepalkan tangan kirinya, lalu memukul tubuh gadis itu dengan kuat, tapi.
"Hahaha.. geli sekali!" Kata gadis itu.
Raynell terkejut, tak lama tubuhnya dililit oleh cermin.
"Baiklah.." kata gadis itu.
"Aku bisa langsung mengambilnya sekarang dengan meretakkan sedikit kacanya dan membebaskan mereka lalu mengambil alat itu, tapi.." pikir gadis itu.
Ia tersenyum.
"Kakakmu masih hidup kan? Baiklah.. biarlah ia melihat kematian kalian bertiga!" Kata gadis itu sambil memukuli cermin-cermin itu dengan kuat dan bergantian.
Toshiko melihatnya.
"Hentikan.." kata Toshiko lemah. Ia berusaha untuk berdiri, tetapi tubuhnya terasa sakit semua.
"Jangan..." tangis Toshiko.
Gadis itu memukuli mereka bertiga dengan senangnya.
"T-Tidak.." tangis Toshiko yang berusaha untuk berdiri.
"Jangan..." kata Toshiko.
.
.
"Toshiko, karena ibu akan lebih sibuk dari biasanya, bisakah kamu menjaga Ray-Ray?" Tanya ibu Toshiko padanya.
"Hm! Aku bisa! Aku akan menjaganya dengan seluruh kekuatanku seperti saat ibu menjagaku!" Kata Toshiko dengan semangat.
"Ehe.. tidak usah seperti ibu, karena Toshiko bukanlah ibu." Kata ibu Toshiko.
"Tidak. Harus seperti ibu, kalau tidak nanti Ray-Ray tidak akan mengenal ibu." Kata Toshiko.
Ibu Toshiko tersenyum padanya, lalu mengusap-usap kepalanya.
"Ibu dan ayah janji akan pulang secepat mungkin." Kata ibu Toshiko.
.
.
Gadis itu memukuli mereka bertiga terus menerus.
"Kubilang... HENTIKAN!" Teriak Toshiko.
Dari tubuh Toshiko, ranting-ranting api yang sangat banyak muncul. Ranting-ranting api itu lebih besar dari biasanya dan meliliti seluruh permukaan ruangan dan benda yang ada, termasuk melilit gadis itu secara tiba-tiba.
Toshiko berdiri.
"Oh tidak.." kata Raynell.
Rambutnya terurai, tidak seperti biasanya yang terkepang menjadi dua.
Gadis itu tersenyum, ia melilit ranting-ranting yang melilit tubuhnya dengan cermin, dan ia memecahkan cermin itu, sehingga ranting-ranting itu juga hancur bersama dengan cermin itu.
"Kenapa? Kamu juga ingin mati?" Tanya gadis itu.
Toshiko berjalan ke arah gadis itu,
"Kubilang tadi... hentikan... jangan lakukan itu... tapi kamu tetap melakukannya... kamu anak bandel ya?" Tanya Toshiko dengan nada yang sangat berbeda dari biasanya.
"Lalu, kenapa jika itu benar?" Tanya gadis itu.
"Jika itu benar, kamu harus meminta maaf dan mendengar perkataan kakak." Kata Toshiko.
"Padamu saja, kamu tidak mungkin dapat menyentuhku." Kata gadis itu.
Gadis itu menginjak lantai, dan cermin menutupi tubuh Toshiko.
"Sayangnya... aku sudah tahu." Kata Toshiko.
Beberapa ranting-ranting api Toshiko merambat dengan cepat ke arah cermin yang hendak mengurung tubuh Toshiko. Ranting-ranting itu merusak cermin itu dari dalam.
"Bukannya kamu justru akan menyakiti dirimu jika seperti itu--" tanya gadis itu, tetapi ia terkejut bahwa Toshiko baik-baik saja.
"Ara ara... seorang anak yang tidak tahu kelemahannya sendiri... bagaimana mau belajar jika begitu? Sini kakak ajari.." kata Toshiko.
Toshiko meluncurkan banyak sekali ranting-ranting ke arah gadis itu.
Gadis itu sangat susah menghindari serangan Toshiko, tubuhnya banyak tertusuk. Oleh karena itu, kain hitam pada bajunya terlepas.
"Bukannya kamu.." kejut Toshiko.
"Apa? Kamu terkejut?" Tanya gadis itu.
"Tidak, hanya saja aku terkejut ada pahlawan yang sangat bodoh hingga berpihak pada musuh." Kata Toshiko.
Gadis itu tertawa,
Gadis itu menciptakan cermin yang sangat banyak di sekeliling Toshiko. Cermin-cermin itu diperintahkan untuk menyerang Toshiko. Cermin-cermin itu meluncur pada tubuh Toshiko.
"Ha ha.." kata Toshiko.
Toshiko menghancurkan cermin-cermin itu dari dalam lagi.
"Sudah kubilang... hentikan.. kamu harus belajar dari kakak." Kata Toshiko.
Tak lama Toshiko mulai mendekat pada gadis itu.
Toshiko memerintahkan ranting-ranting api miliknya agar merusak cermin-cermin yang mengurung tubuh Raynell, Raynard, dan Rayner dari dalam. Mereka bertiga terbebaskan.
Toshiko memegang leher gadis itu.
"Dasar! Aku juga tahu kelemahanmu!" Kata gadis itu.
Gadis itu menciptakan cermin yang banyak, lalu cermin itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan. Ranting-ranting Toshiko berubah.
"Lihat! Aku juga tahu kelemahanmu, bahkan kamu sendiri tidak tahu!" Kata gadis itu.
"Oh... benarkah?" Tanya Toshiko yang segera mengendalikan debu-debu api yang sangat banyak itu.
"Justru begini juga tidak apa-apa." Kata Toshiko sambil tersenyum.
Gadis itu meluncurkan pecahan-pecahan cermin ke arah Toshiko. Dengan debu apinya, Toshiko berhasil melelehkan serpihan-serpihan cermin tajam itu.
Toshiko menyebarkan debu itu di atas lantai dan membentuk pola pada tempat di mana gadis itu berdiri.
Lalu Toshiko mengangkat tangannya ke atas, api-api itu segera membakar tubuh gadis itu dari bawah.
"Dia kuat? Padahal awalnya ia sangatlah lemah. " Pikir gadis itu.
Gadis itu memerintahkan untuk menghentikan pencahayaan yang menyilaukan itu. Debu api itu kembali menjadi ranting yang merambat seluruh permukaan ruangan itu.
Toshiko menusukkan ranting-ranting api yang tajam itu pada tubuh gadis itu, tetapi tidak dalam-dalam.
"Kakak sudah bilang.... jangan." Kata Toshiko.
Tusukan itu terasa membakar tubuh gadis itu, gadis itu mulai merasa kesakitan.
"Dasar anak bandel..." kata Toshiko sambil tertawa kecil.
Gadis itu berusaha untuk melepaskan ranting-ranting itu, tetapi semakin ia berusaha, semakin dalam tusukannya.
"Semakin kamu menghindari hukuman, semakin hukuman itu mengejarmu! Jadi, terimalah..." kata Toshiko.
"Untuk apa?" Tanya gadis itu.
"Karena... telah melukai adik-adikku." Kata Toshiko.
Gadis itu tetap berusaha untuk melepaskan dirinya.
Duri-duri semakin menusuk, sehingga membuat sakit yang sangat membakar.
"Sudahlah, hentikan saja! Kamu boleh meminta maaf dengan kakak. Kakak masih mau memaafkanmu. Kalau tidak mau, maka akan lebih sakit dari ini." Kata Toshiko dengan nada kejam.
"D-Dasar monster.." kata gadis itu.
"Monster? Bukan... aku masihlah seorang gadis imut yang lemah itu." Kata Toshiko sambil tertawa.
.
Tiba-tiba Toshiko berhenti. Toshiko menyentuh lehernya.
"Serum..." kata Toshiko.
Lalu Toshiko terjatuh ke atas tanah.
"Kakak!" Kejut Raynell yang segera berlari ke arah kakaknya yang terjatuh itu.
Pasukan-pasukan mulai masuk dan menangkap Rayner dan Raynard.
"Hei? Ada apa? Kenapa kalian menangkap kita?" Tanya Raynell yang mulai ditangkap.
"Rupanya kalian memang mencurigakan. Ternyata benar. Bawa mereka!" Kata salah satu pasukan.
Seorang pasukan mendatangi gadis yang tertusuk oleh banyak sekali ranting-ranting itu.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya pasukan itu.
"Yah... sekarang baik-baik saja karena kalian." Kata gadis itu.
"Reflectia, mengapa ada banyak sekali ranting yang sangat panas di sini? Maaf kita menanyakan hal ini karena kamera sihir pengecekan di setiap ruangan disabotase." Tanya pasukan itu.
"Sebenarnya... aku hendak masuk memeriksa keadaan karena aku mendengar suara yang aneh. Rupanya,saat aku masuk,semuanya sudah terlilit seperti ini. Aku berusaha untuk melawan dan mengamankan kontrol cadangan ini agar tidak diambil alih oleh mereka. Tak kusangka, murid Kannoya Academy memberontak begini..bahkan ia mengkhianati temannya sendiri itu, yang tergeletak di atas lantai." kata Reflectia, gadis itu.
Mendengar itu, Raynell merasa sangat kesal dan marah.
"DIA BERBOHONG!" Teriak Raynell.
"Diamlah, bocah!" Kata pasukan itu.
Lalu mereka berempat di bawa pergi dari tempat itu.
"Kalau begini, ruangan ini tidak akan terjaga dengan baik. Saya akan memerintahkan pasukan untuk menjaga di sini, dan Reflectia, bolehkah saya meminta anda menjaga di sini untuk sementara hingga pahlawan lainnya datang?" Tanya pasukan itu.
"Tentu saja boleh, serahkan padaku." Kata Reflectia.
.
.
.
"Dasar penipu!" Pikir Raynell.