Lucianna menutup kedua matanya.
"Rain..." kata Lucianna.
.
.
"Lucianna.. kamu lupa jika kita berada di dalam ruangan." Kata Osamu.
Lucianna terkejut.
"Lalu kita harus apa?" Tanya Lucianna.
"Aku... juga tidak tahu." Jawab Osamu.
.
.
Lucianna menutup kedua matanya.
"Dangerous rain." Kata Lucianna.
Hujan di luar semakin liar dan parah, tetapi itu tidak memberikan efek apapun pada Lucianna dan Osamu.
.
.
"...."
"Baiklah.." pikir Lucianna.
Lucianna membuat sebuah bola sihir air. Meskipun sulit bagi Lucianna, tetapi Lucianna tetap mencoba. Lucianna menyiramkan air itu kepada gunungan-gunungan besi yang mengimpit mereka, tetapi tidak terjadi apapun.
"Bagaimana ini.." pikir Lucianna putus asa.
"Lucianna!" Kata Osamu tiba-tiba.
"Gunakan sihir hujan dan anginmu sebanyak-banyaknya!" Kata Osamu.
Lucianna terkejut, tetapi ia melakukannya.
"Waktunya waktu." Kata Osamu.
"Apa maksudmu?" Tanya Lucianna.
"Memang membalikkan waktuku tidak semahir Time Ruiner, tetapi aku akan coba." Pikir Osamu.
"Aku akan terus menghentikan waktu di sekitar kita agar besi tidak menghimpit kita. Kamu teruslah siram. Meskipun ini hanya 1 menit, tetapi untuk besi ini akan terasa seperti 1 tahun." Kata Osamu.
Lucianna melakukannya.
Setelah 1 menit berlalu, besi itu berkarat. Osamu memukul gunungan-gunungan besi itu dengan tangannya saja, lalu Osamu kesakitan.
Lucianna menertawakannya,
"Baru saja kulihat orang pintar melakukan hal yang bodoh..." kata Lucianna.
Osamu merasa malu.
Osamu menciptakan sebuah tongkat dari sihirnya, lalu memukulnya pada gunungan-gunungan itu.
Mereka terbebas, waktu kembali berjalan.
.
.
"Osamu.. mengapa kamu tidak memakainya dari tadi saat ruangan masih renggang, justru kita tidak usah buang-buang stamina dan tenaga untuk menghancurkan besi itu." Kata Lucianna.
"Aah... benar juga." Jawab Osamu.
Lucianna bingung saat melihat kelakuan Osamu.
"Osamu... kamu tidak seperti biasanya." Kata Lucianna.
"Yah... mungkin karena melihat kemanisanmu aku menjadi tidak fokus." Kata Osamu.
"Apa?" Tanya Lucianna.
"Apa?" Tanya Osamu.
.
.
.
.
Manusia besi itu menerjang ke arah mereka berdua. Osamu menggendong Lucianna lagi,
"Speed!" Kata Osamu.
Osamu dapat berlari dengan cepat sambil menggendong Lucianna.
Lucianna mengarahkan tangan kirinya ke arah manusia besi itu. Dari tangan Lucianna, muncul air dan angin yang bersatu dari cuaca badai angin.
"Wind storm." Kata Lucianna.
Lucianna meluncurkan bola sihir itu pada manusia besi itu. Saat bola sihir itu mengenai tubuh manusia besi itu, air yang sangat kuat dan angin yang sangat kuat itu mendorong manusia besi itu.
"Wind Storm!" Kata Osamu.
Dari buku-bukunya, elemen air dan angin berkumpul. Buku-buku itu menembakkan sihir air dan angin kepada robot itu.
"Aku akan menghentikan waktu lagi seperti tadi." Kata Osamu.
"Baiklah." Jawab Lucianna.
Tetapi,
"Tunggu!" Kejut Osamu.
"Kenapa?" Tanya Lucianna.
"Dia..." kata Osamu.
"Kenapa?" Tanya Lucianna.
"Anti-karat..." kata Osamu.
"Lalu bagaimana ini..." tanya Lucianna.
.
.
"Ada cara gampang, tetapi nanti tidak seru untuk dibaca." Kata Osamu.
"Begitu.. lagipula.. dibaca?" Tanya Lucianna.
"Nanti akan membosankan untuk para pembaca... yah sebenarnya beberapa aksi akhir-akhir ini sedikit membosankan mungkin untuk sang author..." kata Osamu.
"Malah bahas author..." keluh Lucianna.
"Laku bagaimana?" Tanya Osamu.
"Sudahlah, lakukan saja!" Kata Lucianna.
Osamu menurunkan Lucianna.
Osamu menciptakan sebuah pedang yang kuat, lalu Osamu mendatangi manusia besi itu.
Osamu menempelkan pedang itu pada leher manusia besi itu.
Osamu mengayunkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Manusia besi itu menahannya.
"Apa?" Kejut Osamu.
Manusia besi itu bergerak.
"Padahal waktu sudah dihentikan... yaah.." keluh Osamu.
Manusia besi itu mengambil pedang Osamu dan mematahkannya.
Osamu kembali menggendong Lucianna.
"Bunuh... bunuh... bunuh!" Kata manusia besi itu.