アプリをダウンロード
70.28% Kannoya Academy / Chapter 316: The rivals

章 316: The rivals

Kaki kanan Yukina patah, jadi saat ia pergi ke sekolah, ia menggunakan alat bantu jalan untuk kaki patah. Yukina berjalan sangat lama.

.

.

Pembelajaran telah selesai, semuanya pergi ke pemandian bersama untuk membersihkan diri. Yukina memilih untuk mandi dengan shower.

Saat Yukina memasuki pemandian, ia melihat Odelia sendirian dan tidak bergabung dengan teman-teman di pemandian air hangat yang lebih nyaman.

"Kamu sendirian?" Tanya Yukina.

"Memangnya kenapa? Apa urusanmu?" Tanya Odelia dengan nada dingin.

Yukina tersenyum,

"Tidak ada kok, hanya ingin mandi saja." Kata Yukina.

Odelia hanya diam saja.

.

.

"Asrama Kannoya Academy benar-benar murahan sekali... kamarnya terlalu kecil dan juga kamar mandinya." Kata Odelia.

"Kenapa kamu tidak memakai kamar mandi pribadimu?" Tanya Yukina.

"Sudah kubilang terlalu kecil." Kata Odelia sedikit kesal.

"Oh, maaf." Kata Yukina.

Yukina membasuh dirinya.

.

.

"Bagusnya sekolah Kannoya apa sih.." keluh Odelia.

Yukina menjawab,

"Kamu bisa melihatnya sendiri.."

"Sejauh yang aku lihat, sekolah ini seharusnya tidak usah dibangun, dan peraturan aneh di sekolah ini seharusnya tidak usah diciptakan." Kata Odelia.

"Begitu.." jawab Yukina.

"Persahabatan... apa itu? Menjijikkan sekali... dasar kekanak-kanakan...." keluh Odelia.

"Oo begitu.." jawab Yukina.

"Dan juga semua murid di sini tidak ingin bertarung dengan sungguh-sungguh.... aneh sekali..." kata Odelia.

"Oo begitu.." jawab Yukina.

"Dan juga pelajarannya kurang sekali... mana mungkin murid lulusan Kannoya Academy akan menjadi pahlawan?" Keluh Odelia.

"Oo begitu.." jawab Yukina.

"...." kata Odelia.

"Mengapa daritadi kamu menjawabku dengan 'oo begitu..' 'oo begitu..' saja? Apa kamu mendengarkanku?" Tanya Odelia.

"Aku mendengarkannya kok." Jawab Yukina.

.

.

Odelia memperhatikan bekas luka Yukina,

"Apa itu?" Tanya Odelia.

"Akibat kecelakaan 13 hari yang lalu.." kata Yukina.

"Hmph... begitu... jadi kalian semua ini terlalu lemah hingga mendapatkan banyak sekali luka.." kata Odelia.

"Oo begitu.." jawab Yukina.

"Berhentilah mengatakan 'oo begitu' dan balaslah dengan kata-kata lainnya, aku muak dengan kata-kata itu!" Kata Odelia kesal.

"Baiklah." Jawab Yukina.

"Lalu... kekuatan kalian sangat menggelikan... semuanya murahan... sihir kalian tidak ada yang berstandar tinggi.." kata Odelia.

"Baiklah." Jawab Yukina.

"Dan memangnya kalian bisa bertahan di dalam pertempuran jika kekuatan sihir kalian murahan seperti ini?" Tanya Odelia.

"Baiklah." Jawab Yukina.

"W-Woi! Berhentilah menjadi kaset rusak!" Kata Odelia dengan kesal.

"Sebentar lagi aku selesai kok." Kata Yukina sambil memberi sabun pada permukaan tubuhnya.

.

.

"Mengapa kakimu sampai patah?" Tanya Odelia.

"Itu kecelakaan kemarin." Jawab Yukina.

"Oh... begitu... kamu lemah sekali tulangnya, mudah sekali patah." Kata Odelia.

"Mungkin begitu.. aku kurang tahu soal tulang." Jawab Yukina.

Yukina membilas tubuhnya dengan air.

"Dasar... seharusnya sekolah Alanis saja yang dipertahankan... Kannoya Academy sungguh mengecewakan." Kata Odelia.

Yukina mengeringkan tubuhnya sambil menjawab Odelia,

"Begitu... baiklah." Kata Yukina.

"Memangnya apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Odelia.

"Mengeringkan tubuhku lalu kembali ke kamar." Jawab Yukina.

Yukina selesai mengeringkan tubuhnya, Yukina mengambil alat bantu jalan dan meninggalkan tempat pemandian bersama itu.

.

.

"Dia anak yang aneh..." pikir Odelia.

.

.

.

.

.

.

.

.

Yukina sampai di asramanya. Di lantai terbawah (yang tidak ada kamarnya dan biasa digunakan sebagai tempat makan bersama dan bermain bersama), Ardolph sedang mengelap rambutnya yang basah dengan handuk kecil di bahunya.

"Ooh... Yukina... kamu kembali. " kata Ardolph.

Yukina memalingkan mukanya dari Ardolph. Yukina sedikit tersipu-sipu.

"Penyakit itu kumat lagi..." pikir Yukina.

Ardolph mengambil gelas milik Yukina. Ardolph mengisi gelas itu dengan air segar dan memberikannya kepada Yukina.

"Ini, Yukina." Kata Ardolph.

"T-Terimakasih.." kata Yukina gugup sambil menerima gelas itu.

Yukina meminum air dari dalam gelas itu.

.

.

"Ardolph.... kapan kita akan berlatih lagi?" Tanya Yukina.

"Yah mana bisa, lihatlah kaki kananmu!" Kata Ardolph.

.

.

.

.

.

.

.

Sementara itu, masih banyak murid yang berada di dalam pemandian air panas.

"Toshiko, bolehkah aku bertanya... tentang Odelia dan Albern." Kata Ermin.

"Yah... mereka berdua adalah pesaing paling ketat, mereka menduduki peringkat puncak di setiap bidang mereka, Odelia pada nilai praktek dan Albern pada teori." Kata Toshiko.

"Oh begitu.... kamu tahu tentang keluarganya?" Tanya Ermin.

"Yah.... Albern dibesarkan di dalam keluarga yang sangat kompetitif. Mereka 5 bersaudara, jika salah satu dari anak mereka mendapat nilai yang lebih tinggi dari yang lainnya, anak itu akan diberikan makanan kesukaannya dan apapun yang ia inginkan saat itu. Tetapi jika bagi anak yang mendapatkan nilai terendah, anak itu akan mendapat makanan yang sangat tidak enak, dan apapun yang ia inginkan tidak akan didengarkan. Itulah yang membuat Albern sangat kompetitif... sejak dia lahir hal itu sudah ada...

Untuk Odelia, itu karena ayahnya. Ayahnya memiliki sifat yang agak bodoh dan gila, jadi Odelia sering diejek oleh karena itu dan teman-temannya selalu berkata bahwa ia akan menjadi seperti ayahnya, bodoh dan gila. Oleh karena itu, Odelia sangat berkerja keras, bahkan ia akan berlatih dari waktu pulang sekolah hingga pukul 00.00.... bahkan bisa lebih lama. Dan ia sangat suka mengkritik karena ia merasa bahwa orang lain bisa menjadi seperti ayahnya jika tidak melakukan apa yang ia lakukan.. "kata Toshiko.

"Sekali lagi... kumohon maafkan sifat-sifat kasar mereka.." kata Toshiko.

Ermin menggeleng,

"Tidak apa-apa... aku yakin dibalik kekasaran mereka pasti masih ada kelembutan. Menurutku... Odelia itu baik." Kata Ermin.

"Baik?" Tanya Toshiko.

"Ehehe... tentunya kamu juga. Odelia itu baik, ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya menjadi seperti ayahnya, tetapi memang caranya sedikit salah... tetapi maksud hatinya baik." Kata Ermin.

"Begitu.... wakil ketua... kamu memang hebat." Kata Toshiko.

"Panggil aku Ermin saja..." jawab Ermin.

"Boleh?" Kejut Toshiko.

"Tentu saja boleh!" Kata Ermin.

Lalu mereka menikmati waktu mereka bersama.

.

.

.

.

.

.

"Besok.... ulangan...." kata Rheinalth saat ia tiba di asramanya.

"U-Ulangaaan?!" Kejut Yukina.

"Iya." Jawab Rheinalth.

"A-Aku tidak me-memahami apapun..." kata Yukina sedih.

"Makanya belajar bodoh."

"Hah? Siapa yang bilang itu?" Tanya Ardolph sedikit kesal.

"Memangnya kenapa?" Tanya Albern yang menuruni tangga asrama itu.

"Jangan berkata-kata kasar seperti itu..." kata Ardolph.

"Kata-kata kasar? Dia sudah dewasa, dia bisa menerimanya, dasar bodoh." Kata Albern, lalu ia menaiki tangga asrama dan memasuki kamarnya.

"Ada apa sih dengannya..." tanya Ardolph kesal.

Yukina memegang bahu Ardolph,

"Tidak apa-apa." Jawab Yukina.

.

.

.

.

.

.

"Toshiko, memangnya sihirmu apa?" Tanya Kurosa saat perjalanan pulang ke asrama bersama-sama.

"Oh, sihirku sangatlah rumit, bahkan aku tidak dapat menjelaskannya." Kata Toshiko.

"Boleh lihat?" Tanya Kurosa bersemangat.

Toshiko membuka kedua tangannya, lalu muncullah sesuatu, bentuknya seperti ranting yang terbuat dari kaca, tetapi berwarna merah api.

"Wow, indah!" Kata Kurosa.

Saat Kurosa menyentuh ranting itu, Kurosa terkejut,

"Ee! Panas!" Kejutnya.

"Hehehe... maaf aku belum sempat bilang kepadamu bahwa ranting ini bisa memberikan sensasi membakar pada yang tersentuh dengannya." Kata Toshiko.

"Ooh begitu." Kata Kurosa.

"Dan juga.." kata Toshiko.

Mereka melewati lampu jalanan, dan saat ranting itu terkena sinar lampu, ranting-ranting itu berubah menjadi bola-bola sihir api yang sangat kecil tetapi sangat banyak.

"Kunang-kunang!" Kejut Kurosa.

"Bukan... itu bola-bola sihir api... hati-hati, yang ini tidak hanya memberikan sensari terbakar, tetapi membakar juga." Kata Toshiko.

Toshiko mengulurkan tangannya pada bola-bola sihir itu. Bola-bola sihir itu berkumpul pada tangan Toshiko dan lenyap terhisap oleh Toshiko.

"Keren!" Kata Kurosa.

"Ehehe... terimakasih." Jawab Toshiko.

Rambut Toshiko memancarkan sinar merah.

"Ooooh?!" Kejut Kurosa.

"Eh? Kenapa?" Tanya Toshiko.

"Rambutmu bercahaya.." jawab Alvina.

"Oh... maaf! Jika aku senang atau marah, rambutku memang suka bercahaya seperti ini." Kata Toshiko.

"Apakah membakar juga?" Tanya Kurosa.

"Jika rambut tidak." Kata Toshiko.

"Oooh, syukurlah..." kata Kurosa.

.

.

Lalu mereka semua sampai di asrama. Rheinalth mengumumkan tentang ulangan itu untuk besok. Teman-teman segera belajar, kecuali Toshiko. Ia terlihat khawatir.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C316
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン