Denzel dan Ardolph masih melawan Mayumi. Mereka melawan dengan sangat serius, hingga mereka tidak menyadari bahwa Yukina dan Junko sudah terbangun lagi.
"Kakak.. kita harus hentikan kak Mayumi." Kata Name.
"Kakak?" Kejut Yukina.
"Ya.. kakak.." kata Name.
"Baiklah.. aku merasakan ada yang aneh dengan tubuhku.." kata Yukina.
"Begitu juga denganku." Jawab Junko.
"Peluru itu membuat kita tidak bisa mengeluarkan sihir.." kata Denzel.
"Ya.. kita sudah terkena peluru itu.." kata Ardolph.
"Ya, tetapi itu hanya berefek 10 menit saja." Kata Junko.
"Junko?" Kejut Denzel.
"Kalian hebat sekali, hingga kalian tidak sadar.." kata Yukina sambil tersenyum.
"Yukina?" Kejut Ardolph.
"Kalian sudah terluka parah, sekarang giliran kami." Kata Junko.
"Kalian.. masih hidup?" Tanya Mayumi.
"Ya." Jawab Yukina singkat.
"Karena kau sudah menyakiti Denzel ku.." kata Junko.
"Dan juga partnerku dan Name dan Nomu.." sambung Yukina.
Junko pun membuat cambuk dari darah.
Yukina menggenggam tangannya, angin pun berhembusan ke segala arah dari genggaman tangan itu.
"Kamu harus diberi sedikit pelajaran, karena telah menyakiti teman kami." Kata mereka.
"Dasar kekanak-kanakan.. pertemanan itu hanya untuk anak-anak. 'Friendship power' itu tak pernah ada. Hanya anak-anak yang mempercayai itu." Kata Mayumi.
"Baiklah kalau begitu.." kata Junko.
"Kita tunjukkan saja.." sambung Yukina.
"Dasar keras kepala!" Kata Mayumi sambil menembakkan peluru itu pada Junko, tetapi dengan mudah Junko menangkis peluru itu dengan cambuknya itu.
"Tak mungkin! Cambuk itu kan terbuat dari sihir? Mengapa itu tidak hilang?" Kejut Mayumi.
"Ada sesuatu yang berbeda, setelah aku memimpikan masa laluku." Jawab Junko.
*mimpi Junko pada saat belum sadar diri.
"Aku di mana?" Tanya Junko.
Lalu Junko melihat seseorang berambut keunguan.
"Siapa kamu?" Tanya Junko.
"Aku adalah pendiri sekolah teman Kannoya Academy." Jawabnya.
"Lalu, aku di mana?" Tanya Junko.
"Lihatlah ini terlebih dahulu." Katanya.
"Kau selalu merasa, bahwa yang mengalir di dalam tubuhmu bukanlah darahmu sendiri kan?" Tanyanya.
Junko mengangguk.
"Aku akan menjawab pertanyaanmu."
"Itu adalah ibumu, setelah melahirkan."
"Mengapa? Waktu hidupnya hanya 5 jam lagi?" Tangis ibunya itu.
"Maaf, bayi ini kekurangan darah. Dalam waktu kira-kira 5 jam lagi, ia akan kehabisan darah. Kami sudah mencoba untuk mendonorkan banyak darah padanya, tetapi tetap saja ia kekurangan darah. Ia tidak bisa menerima darah-darah yang didonorkan padanya." Kata dokter.
Ibu Junko hanya bisa menangis.
"Padahal hidupnya baru saja akan dimulai." Kata ibunya sambil menangis.
Ayah Junko hanya bisa melihat ibunya menangis.
"Jika kalian ingin ia hidup, ia perlu didonorkan darah dari keluarganya. Mungkin ia akan menerimanya. Tetapi, ada kemungkinan ia akan memerlukan darah dari keluarganya sebanyak seseorang dewasa. Jika demikian, maka yang mendonorkan darah bisa kehilangan nyawanya." Kata dokter.
Ayah Junko berpikir sejenak, lalu berkata,
"Biarkanlah ia mengambil semua darahku ini."
Ibu Junko terkejut.
"Maksudmu apa?" Tanya ibu Junko.
Ayah Junko hanya tersenyum.
"Kehidupan anak kita, Junko, baru saja dimulai. Masakah aku biarkan dia mati begitu saja?" Tanya ayahnya itu.
"Tetapi, ayah!" Teriak anaknya yang pertama, yaitu kakak Junko.
"Tenang saja, aku masih hidup, hanya tidak di dalam tubuhku sendiri, tetapi dalam tubuh anak ini, Junko." Kata ayahnya.
"Jadi.. jangan menangis.. aku masih hidup.. di dalam anak ini." Kata ayahnya sekali lagi sambil membelai anaknya dan juga istrinya.
"Jangan! Biarkanlah ia mengambil darahku saja!" Kata ibunya.
"Jangan.. kau masih harus mengurus anak kita." Jawab ayahnya itu.
"Tapi.." kata ibunya sambil menangis.
"Tenang saja.. aku akan selalu hidup di dalam tubuh anak ini." Kata ayahnya.
Akhirnya, ayahnya mendonorkan semua darahnya kepada Junko.
"Itulah sebabnya kau merasa bahwa ada darah seseorang yang lain di dalam dirimu."
Junko pun sadar, mengapa ia tidak dapat bertemu dengan ayahnya itu. Karena, ayahnya sudah tidak ada.
"Jangan menangis ya.."
"Aku tidak menangis kok." Kata Junko sambil tersenyum.
"Terima kasih karena telah memberitahuku." Kata Junko.
"Dan juga.. ayahku adalah penyihir 'magic eater'. Itulah sebabnya, pelurumu tidak mempan pada cambukku ini." Kata Junko.
"Aku tidak mengerti.." kata Mayumi.
"Magic eater adalah sihir pemakan sihir. Jika sihir termakan, maka sang pengguna magic eater bisa menggunakan sihir yang termakan ini. Ini mirip dengan sihir copyright magic, tetapi bedanya adalah.. copyright magic hanya bisa menggunakan 1 jurus atau teknik sihir yang dikeluarkan saat itu, dan setelah itu, ia harus meng-copy lagi. Tetapi, jika magic eater, sihir yang dimakan bisa digunakan berulang kali, dan tidak hanya 1 jurus atau teknik, tetapi bisa banyak." Kata Junko.
Yukina terlihat kebingungan setelah mendengarkan penjelasan Junko.
"Yah.. abaikan saja saat ini, Yukina." Kata Junko setelah melihat Yukina kebingungan.
"Sihir aneh! Mati saja kalian!" Kata Mayumi sambil menembak mereka.
Tetapi, berkali-kali Junko menangkis peluru Mayumi, hingga Mayumi kehabisan peluru.
"Tch.."
"Mayumi, kau memiliki sihir kan? Mengapa kau tidak menggunakannya?" Tanya Yukina.
"Dasar!" Teriak Mayumi.
"Storm Wind!" Teriaknya.
Mereka pun terhembus angin yang sangat kencang, dengan badai yang sangat kuat.
"Magic eater." Kata Junko.
Cambuk Junko menyerap badai dan angin itu.
"Storm Wind!" Kata Junko.
Angin badai pun menerpa Mayumi.
"Tornado Chaos!" Kata Junko.
Sebuah tornado mernepa Mayumi.
Saat Yukina hendak menggunakan kekuatannya, Junko berkata,
"Simpan kekuatanmu itu dulu Yukina. Itu hanya bisa digunakan sekali selama sehari, karena kau baru mendapatkannya."
"Baik.." kata Yukina sedikit kecewa.
"Wind Wave!" Teriak Junko.
Sebuah gelombang angin menyerah Mayumi.
"Junko, jangan sampai nyawanya terhilang." Kata Yukina.
"Tentu saja. Aku tidak mau membunuh lagi." Kata Junko.
Junko pun menghentikan semua sihirnya itu.
Mayumi terjatuh lemas.
"Sudah?" Tanya Junko.
"Hanya begini?" Tanya Yukina.
"Tidak! Bertarunglah hingga diantara kita ada yang mati!" Teriak Mayumi.
"Ah.. tidak mau.." kata Junko.
"Kau sudah tidak bisa bergerak." Kata Yukina.
Mereka pun meninggalkan Mayumi.
"Ayo, Name, Nomu." Kata Yukina sambil menggendong mereka. Yukina berlari ke arah pohon sakura biru itu dengan Ardolph. Sementara itu Denzel pergi menuju bawah kota. Junko hendak menemaninya, tetapi Denzel berkata,
"Lebih baik kau di sana saja. Banyak orang yang tersesat, dan kau cari saja yang tersesat."
"Huuuu..." kata Junko kesal sesampainya di perlindungan sakura biru itu.
"Mengapa?" Tanya Yukina.
"Aku tidak diperbolehkan untuk ikut bersama Denzel sayangku.. huuu" kata Junko kesal.
"Tenang saja, kau pasti diperlukan di sini." Kata Yukina.
"Yukinaa!"
"Alexa!" Kata Yukina.
Alexa memeluk Yukina erat-erat.
"Aku mengkhawatirkanmu.." kata Alexa.
Yukina tersenyum.
"Aku sekarang sudah di sini." Kata Yukina.