"Uh.." keluh Amiko.
Kedua lengannya sudah bercucuran darah.
Lengan kanannya sudah patah, tetapi Amiko masih mengangkat kota itu.
"Jika kau terus begini, kau akan mati." Kata Jaxon.
"Daritadi kau mengatakan hal itu. Dan lagi, mengapa kau sangat memperdulikan diriku?" Tanya Amiko.
Jaxon hanya diam saja.
"Baiklah jika kau nekat." Kata Jaxon.
Ia membuat sebuah portal di samping Amiko, dari portal itu keluar banyak asteroid. Asteroid itu mengarah ke arah Amiko.
Amiko berhasil menghindar dari semua asteroid itu. Tetapi, darahnya masih tetap bercucuran.
Jaxon membuat sebuah portal lagi, dari portal itu muncul sebuah batu besar. Amiko menghancurkan batu besar itu dengan sihirnya.
"Urgh.."
Amiko memuntahkan sedikit darah.
"Sudahlah, menyerah saja." Kata Jaxon.
"Ti.. dak.. ak.. an.." kata Amiko.
Amiko pun mulai tak sadar diri. Ia perlahan terjatuh dari tempat yang sangat tinggi itu.
"Maafkan... aku sudah tidak bisa menahannya lagi.."
Kota itu mulai terjatuh bersama Amiko.
"Amiko.. Amiko.."
"Ah...?" Tanya Amiko.
"Amiko.."
"Ayah..?" Tanya Amiko.
*flashback
Saat Amiko masih kecil, ayahnya sudah menderita penyakit besar.
"Ayah! Ayah! Bagaimana agar bisa menjadi pahlawan yang sangat kuat seperti ayah? Ayah!" Kata Amiko pada saat ia masih kecil.
"Kekuatan kita ini seperti api yang kecil. Sekecil apapun api itu, pasti bisa membakar banyak masalah yang sedang kita hadapi. Cara agar kita bisa membuat api itu lebih besar adalah.. dengan perjuangan-perjuangan kita. Kita harus berusaha. Jangan menyerah, jika kamu berpikir untuk menyerah, pikirkanlah mengapa kau berjuang sangat jauh. Itu akan menguatkanmu. " Kata ayahnya.
"Pada saat itu aku tidak memahami perkataan ayah.. tetapi sekarang aku paham." Kata Amiko.
Amiko pun terbangun kembali. Ia mengangkat tubuhnya dan kota itu lagi.
"Masih belum cukup! Masih belum cukup! Masih belum cukup, darah yang kucucurkan ini untuk kota ini!" Teriak Amiko.
"Gadis ini sangat keras kepala.." kata Jaxon.