Yukina pun bertarung dengan dr. Akita.
"Astaga Yukina, kamu sangat lemah." Kata dr. Akita sambil memukul perut Yukina secara kencang. Yukina pun terpental.
"Apakah kamu tidak berkembang karena penyakitmu itu?" Tanya dr. Akita.
"Penyakit? Penyakit apa?" Tanya Yukina.
Dr. Akita pun melihat bahwa Yukina terluka.
"Sepertinya kamu juga mudah terluka. Kulitmu sangat lemah terhadap sihir ya?" Tanya dr. Akita.
"Kulitku? Aku tidak pernah memperdulikan nya." Kata Yukina.
"Bagaimana jika kamu sekarat?" Tanya dr. Akita.
"Memangnya kenapa? Aku pernah sekarat saat aku masih kecil." Kata Yukina.
Dr. Akita pun terkejut.
"Oh.. pantas saja.. aku melihat bekas lukamu di bagian badanmu sebelah kanan, dari tangan hingga kaki. Apa yang terjadi?" Tanya dr. Akita.
"Yah.. hanya sebuah masalalu." Kata Yukina.
"Tidak, aku perlu mengetahuinya. Siapa tahu itu berkembang menjadi sebuah penyakit serius lainnya." Kata dr. Akita.
"Yah.. begini, aku diserang terus menerus oleh saudaraku itu yang memiliki sihir yang hebat. Hingga, tubuhku yang sebelah kanan terluka parah seperti ini." Kata Yukina.
"Astaga. Itu berbahaya sekali!" Kata dr. Akita.
"Mengapa kamu mempertanyakan hal ini? Bukankah kamu seharusnya bertanya tentang sang ratu?" Tanya Yukina.
"Mira sudah menemukannya, jadi bukan masalah." Kata dr. Akita.
"Oh begitu ya." Kata Yukina.
"Baiklah, kalau begitu, serang aku sekuat tenagamu lewat tangan kananmu yang berbekas luka itu. Aku ingin tahu seberapa kuatnya tangan kananmu itu." Kata dr. Akita.
Yukina pun mengepalkan tangan kanannya, angin pun bermuncullan dari tangan kanan Yukina.
Yukina menyerang dr. Akita dengan sihir anginnya.
"Wild wind waves!" Kata Yukina.
Beberapa kumpulan angin itu berubah menjadi sebuah tebasan pedang yang amat banyak, tebasan-tebasan itu mengenai dr. Akita. Dr. Akita terluka sedikit.
"Jadi begitu. Baiklah sekarang dengan tangan kirimu, dengan jurus yang sama." Kata dr. Akita.
"Baiklah." Kata Yukina.
Yukina pun menyerang dengan tangan kirinya dengan jurus dan teknik yang sama, tetapi serangan dari tangan kirinya lebih kuat dibandingkan tangan kanannya.
"Yukina, bedasarkan uji coba tadi, tanganmu yang berbekas luka lebih lemah daripada tangan yang satunya. Berarti luka itu sangat serius, tetapi kau mengabaikannya." Kata dr. Akita.
Yukina hanya terdiam.
"Seharusnya kamu menyembuhkannya dengan benar. Kau masih beruntung bisa hidup. Ada banyak orang yang mati karena hal itu." Kata dr. Akita.
Yukina hanya terdiam dingin.
"Jadi, kamu benar-benar tidak peduli ya?" Tanya dr. Akita.
"Jika aku masih bisa berdiri dan bernapas, berarti aku baik-baik saja." Kata Yukina.
"Meskipun pandanganmu salah, tetapi aku kagum dengan perkataanmu dan sifat hatimu tadi." Kata dr. Akita.
"Baiklah, mari kita lanjutkan." Kata dr. Akita.
"Teman-teman, kalian baik-baik saja kan?" Tanya Nera dalam hati sambil melihat langit yang sudah bewarna abu-abu.
Nera melihat ke belakang, ia melihat Masashi.
"Ah.. Masashi.. apa yang akan kamu lakukan padaku sekarang?" Tanya Nera lemas.
"T-tidak a-a-ada." Kata Masashi.
"Kenapa? Ada apa? Mengapa kamu mengikutiku?" Tanya Nera.
"Karena.. aku tidak tahu harus berbuat apa habis ini." Kata Masashi.
"Oh... baiklah.." kata Nera.
"Emhm... anu.." kata Masashi.
Nera melihat ke arah Masashi dengan serius.
"Bi-bisakah k-kita menjadi teman?" Tanya Masashi.
Nera pun tersenyum.
"Tentu saja." Kata Nera.
Masashi pun terkejut dan senang.
"Teman-teman... kalian baik-baik saja kan?" Tanya Denzel dalam hati.
"Aku akan segera menyusul kalian! Bertahanlah!" Kata Denzel.
Dari kejauhan, Junko, membaca pikiran Denzel secara diam-diam.
"Benar-benar lelaki sejati." Kata Junko.
Kurosa berlari mencari teman-teman nya.
"Untung aku masih bisa berlari! Aku akan datang, teman-teman! Bertahanlah!" Kata Kurosa.
Mira pun melihat ke arah Rheinalth dan berkata,
"Rupanya aku menyukai sekolah ini! Berbeda dengan sekolah lainnya!" Kata Mira.
"Maksudnya?" Tanya Rheinalth.
"Berbeda! Berbeda!" Kata Mira rewel.
"Aduh anak ini.." kata Rheinalth.
"Berbeda karena..." kata Mira.
Rheinalth pun memperhatikan Mira dengan seksama.
"Karena semua murid di sini memiliki magic heart." Kata Mira.
"Apa itu magic heart?" Tanya Rheinalth.
"Magic heart! Magic heary! Itu! Masakah kakak tidak tahu? Kakak sendiri juga punya!" Kata Mira rewel.
"Maksudnya?" Tanya Rheinalth.
"Uuh.. benar-benar tidak tahu ya? Magic heart adalah sebutan dariku untuk orang yang memiliki hati yang mulia." Kata Mira sambil tersenyum manis.
Rheinalth pun terheran-heran sekaligus terkejut dan senang.
"Hati yang mulia.." kata Rheinalth.