Jimin membawa Seul Gi ke lorong dimana kemarin ia melihat-lihat ruangan bersama Lee Sung Kyu dari kelas sebelah.
Seul Gi tidak mengerti mengapa ia mau mengikuti Jimin.
"ada apa sih sebenarnya?", Seul Gi menatap curiga ke arah Jimin.
"kita akan memakai ruangan ini kalau kau sudah setuju untuk menjadi partner menariku".
"apa? kau yakin? ruangan ini tidak pernah terpakai dan lagi pula, kalau aku tidak mau bagaimana?", Seul Gi teringat saat Jimin pernah berkata mengenai pekerjaannya, "jangan kau fikir, hanya karena kau mengetahui pekerjaanku, aku akan mau. Aku tidak peduli apa yang orang-orang bicarakan mengenai itu".
Jimin menarik tangan Seul Gi yang baru saja ingin beranjak, "aku bukan lelaki yang sepicik itu".
Seul Gi terdiam dan tidak membalas ucapan JiMin. Mereka pun beranjak dari tempat itu.
"Sudah ku katakan, aku menyukai ekspresimu. Saat kau menari, kau terlihat tulus dan alami".
"semua tidak ada gunanya kalau bukan untuk pekerjaan".
"apa maksudmu?".
Seul Gi menghentikan langkah kakinya, "aku menari hanya untuk bekerja dan aku tidak mengerti apapun tentang menari. Jadi kau salah jika kau berharap padaku".
"aku bisa membantumu".
"tapi aku tidak punya waktu".
"kita bisa mengatur waktu dan aku akan mengikutimu".
"apa kau tidak mengerti?! Aku tidak punya waktu dan tidak bisa memikirkan apapun selain sekolah dan bekerja jadi kuburlah keinginanmu itu!", Seul Gi sekarang benar-benar pergi dan meninggalkan Jimin.
Ye Ri membanting sebuah buku dimeja Seul Gi.
"kau rangkum itu dan berikan laporannya padaku hari senin! jangan banyak protes!", bentar Ye Ri.
Seul Gi menatap buku itu dengan rasa malas. Entah kapan ia bisa mengerjakan. Inilah mengapa ia lebih suka bekerja sendiri.
"mana bagianku?", tanya Jimin dengan suara yang dapat Seul Gi dengar.
"Kau sudah janji akan belajar bersamaku hari sabtu nanti, akan aku berikan untukmu dihari sabtu. Kita kerjakan bersama-sama", jawab Ye Ri sembari duduk ditempatnya.
Seul Gi terkejut saat tiba-tiba Jimin ada disamping mejanya. Ia tidak menggubris omongan Ye Ri.
"kau sudah dengar? hari sabtu kita akan belajar diperpustakaan. Jangan berani-berani untuk tidak datang", ujarnya dengan nada memperingati Seul Gi.
Ye Ri merasa jengkel. Ia sengaja menahan teman kelompoknya yang lain untuk bergabung dan bahkan sudah membooking cafe untuk belajar bersama Jimin tapi ia malah mengajak Seul Gi dan memberitahu bahwa belajar diperpustakaan.
Ye Ri mengejar Jimin yang keluar kelas. Ia menyamai langkah kaki Jimin dengan susah payah.
"Jimin, apa kau tidak tahu bahwa perpustakaan kami sangat tidak layak untuk dipakai belajar?".
Jimin menghentikan langkahnya, "begitu? kalian bisa menanyakan dimana rumahku pada Kang Seul Gi dan kita akan belajar bersama disana. Mengerti?".
Ye Ri mengangguk dan berbalik pergi. Ia menuju kelas dengan rasa kesal. Saat sampai dikelas yang ia lihat pertama kali adalah Seul Gi.
Ia menggebrak meja Seul Gi, "untuk apa kau mengetahui rumah Jimin?".
Seul Gi tidak memperdulikan Ye Ri. Perempuan itu memang membencinya dari awal.
"tidak mungkinkan Jimin mau makan makanan dari restaurant mu yang sangat tidak layak itu?".
Seul Gi berdiri dengan kasar, ia menatap langsung ke mata Ye Ri. Saat Seul Gi maju, Ye Ri melangkah mundur. Semua aktivitas dikelas itu terhenti karena mereka terkejut baru kali ini Seul Gi memberikan respon atas yang Ye Ri katakan.
"jaga ucapanmu kalau kau masih mau berjalan dengan dua kaki", Seul Gi sengaja menabrakkan bahunya hingga Ye Ri kesakitan.
Seul Gi tahu bahwa sekolah ini memang dipenuhi anak-anak berfikiran sakit jiwa. Ia tidak peduli dengan apapun jika yang dihujat adalah dirinya namun bukan orang tuanya. Ia tidak akan menerima apapun itu.
❤❤❤
Seul Gi mendapatkan pesan pagi-pagi dihari sabtu pagi. Jimin mengirimkan pesan bahwa tempat belajar mereka diubah jadi dirumahnya. Seul Gi masih ingat Ye Ri bertanya, mungkin karena ini. Pasti Jimin yang mengumbar bahwa ia mengetahui rumahnya.
Ia baru sempat merangkum bagiannya hanya setengah. Seul Gi segera membantu ibunya untuk mempersiapkan bahan-bahan untuk jualan. Ia masih punya waktu karena mereka akan belajar bersama di jam 12.
Setelah selesai dan waktu menunjukkan pukul 11, ia segera bersiap-siap dan pamit kepada ibunya sehingga hari ini restaurant hanya akan menyediakan untuk makan atau beli ditempat.
Seul Gi mencium adiknya Kang Do Hyun yang masih SMP dan seorang lelaki dan juga So Hyun seorang anak perempuan yang masih SD. Mereka akan membantu ibunya untuk hati ini.
"semanggat eonnie", kata So Hyun menyemangati.
"Seul Gi, bawa ini", Eomma memberikan dua kotak ayam goreng dan pedas.
"tidak perlu Eomma".
"bawalah. Eomma akan sedih kalau kau tidak bawa".
Seul Gi mengambil bungkusannya, "sarang eomma".
Ye Ri masih terpukau dengan rumah Jimin. Begitu juga dengan 3 orang yang lain, See Ji, Ta Ri dan juga Nam Myeon. Rumah itu sangat indah. Dan pemadangan didepan mereka juga tidak kalah indah.
Jimin memberikan printout pada teman-temannya, "semua sudah ku kerjakan. Kalian hanya perlu mempelajarinya dan bertanya padaku jika tidak mengerti".
"wowww kau sangat hebat", puji Ye Ri saat mengecek tugas mereka.
Jimin melihat jam dan sudah jam setengah 1 tapi Seul Gi masih belum datang juga. Ia mulai merasa sebal mendengar ocehan Ye Ri yang memujinya atau memuji dirinya sendiri.
"hei See Ji, kau harus belajar bagian ini", Jimin membelakangi Ye Ri dan mulai mengajarkan yang lain selain Ye Ri.
Ye Ri menyesal mengatakan sudah mengerti tugas mereka sehingga tidak dapat bagian untuk diajari oleh Jimin.
"annyeong. maaf terlambat", suara Seul Gi membuat Jimin langsung menoleh dan berdiri menghampirinya.
"apa kau tidak dapat menghargai waktu?", ketus Jimin.
"sudah kukatakan bahwa rumahmu jauh dan aku naik bis kesini. Aku tidak membawa motor".
"waeyo?".
"hai kalian, apa itu sekarang penting? Kita tidak peduli walaupun Kang Seul Gi naik karpet ajaib sekalipun", potong Ye Ri yang kesal karena semakin tidak mendapatkan perhatian.
Jimin kembali duduk dan Seul Gi ikut duduk diseberangnya. Seul Gi mengeluarkan catatannya.
"maaf aku baru merangkum setengahnya".
Ye Ri mendengus, "kau memang tidak pernah bisa diandalkan Kang Seul Gi", ia mengambil buku catatan Seul Gi dan meremehkannya lagi.
Seul Gi hanya diam karena ia tahu bahwa dirinya salah.
"tidak perlu khawatir, pelajarilah ini", Jimin memberikan print out yang tadi dia bagikan ke teman-teman, "bertanyalah kalau kau tidak mengerti".
Seul Gi mengecek print out itu lembar per lembar dan merasa kagum dengan kerapihan Jimin mengerjakannya. Cara mengetiknya seperti sudah handal dalam hal ini.
"oh ya. aku punya sesuatu", Seul Gi mengambil ayam yang tadi ia tinggalkan di meja luar. Ia lupa membawanya.
Saat masuk dan Jimin melihat bungkusan ditangan Seul Gi.
"whoaaa!!! Terima kasih, aku sangat senang", Jimin berlari kecil dan mengambil bungkusan itu dari tangan Seul Gi. Ia langsung membawanya ke meja dan membuka dua kotak ayam goreng. Seperti yang ia bayangkan saat melihat bungkusannya. Ada satu porsi ayam goreng biasa dan satu porsi ayam goreng pedas.
"Cobalah saus keju. Kami mencoba membuat saus keju", Seul Gi membukakan satu mangkuk kecil saus keju dan menyodorkan pada Jimin.
Jimin mencoleknya dan memasukkannya ke dalam mulut, matanya membesar dan wajahnya berseri? "enak! ayo semuanya kita makan".
See Ji, Ta Ri dan juga Nam Myeon melirik ke arah Ye Ri yang sekarang memasang muka kesal. Ye Ri merapihkan barang-barangnya.
"mau kemana kau?", tanya Jimin dengan ayam dimulutnya.
"kami harus pulang. iyaka"? Ye Ri menatap teman-temannya yang mengangguk dan tersenyum kaku.
Jimin mengerti situasi macam apa ini dan begitu juga dengan Seul Gi. Seul Gi menunduk dan pura-pura sibuk dengan ayam gorengnya.
"baiklah. sampai jumpa disekolah", ucap Jimin dan melambaikan tangannya.
Ye Ri keluar tanpa menatap Seul Gi. Ketiga temannya mengikuti.
Seul Gi mendesah dan itu mengganggu Jimin.
"ada apa lagi? kenapa kau sering sekali mendesah seperti itu?".
"sangat sulit kerja kelompok seperti ini. aku tidak suka", Seul Gi mengeluh.
"kenapa? apa yang salah?".
"sudah jelas bukan bahwa tidak ada yang menyukaiku dikelas terutama Ye Ri dan kawan-kawannya".
Jimin beroh ria dan memasukkan satu potong ayam dengan saus pedas. Ia tidak dapat menjawab Seul Gi.
"sudahlah. Tidak ada gunanya memberitahumu", Seul Gi bertanya dimana untuk mencuci tangan karena ia tidak memiliki selera untuk melanjutkan makan.
Ia mengikuti arahan Jimin untuk ke kamar mandi. Seul Gi melewati sebuah ruangan dimana foto Jimin terpampang jelas disana. Ia memang sangat tampan, dan orang tuanya juga cantik dan tampan. Tidak heran Jimin memiliki visual seperti itu.
❤❤❤