Sampai terdengar adzan suguh di kejauhan, aku sama sekali tak bisa memicingkan mataku. Senyum Ali yang selalu mempesonaku terasa menggodaku dan perasaan yang bercampur aduk di dadaku membuatku merasa tak menentu. Aku tak berhenti berdoa agar acara besok berlangsung dengan lancar sehingga semua kecemasan yang ada di hatiku lenyap.
Aku segera turun dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi untuk berwudhu, setelah itu alu menuju ruangan di dekat kamar mandi yang biasa dipergunakan keluargaku untuk menjalankan sholat. Selesai sholat, aku berlama-lama berdoa di sana dan tanpa kusadari aku telah jatuh tertidur.
"Zie," sebuah tangan lembut menyentuh bahuku, ibu! "Sudah siang, dari tadi ibu bangunin gak bangun-bangun."
Aku segera duduk, melihat sekeliling sambil mengusap mataku. Aku masih di ruang sholat dan masih mengenakan mukena. Aku segera melepas mukena dan melipatnya kemudian meletakkannya di lemari kecil yang ada di ruangan ini.