アプリをダウンロード
16.31% DI ANTARA GEMINTANG / Chapter 23: Terlihat Sangat Mesra Seperti Orang Berpacaran..

章 23: Terlihat Sangat Mesra Seperti Orang Berpacaran..

"Bukan aku yang memulai keributan," kata Ali cuek. tatapannya masih terarah ke mataku.

Aku balas menatapnya sampai mataku melotot saking jengkelnya dan kalau kami sudah dalam mode siaga seperti ini biasanya keributan diantara kami hampir pasti terjadi. Aku sudah bersiap dengan berbagai pilihan kata seandainya dia mulai menyinggungku.

"Sudahlah, Zie. Gak usah diperpanjang lagi." Seri menyentuh lenganku, membuat tatapanku beralih padanya sejenak.

Aku kembali menatap Ali lagi tapi entah mengapa cowok itu tak meradang seperti biasanya, dia hanya tersenyum jahil sembari menatapiku dengan tatapan meremehkan. Ali kemudian mengabaikanku dan mulai menghitung ceklis yang akan kami gunakan untuk pendataan sesuai jumlah kepala keluarga.

Aku segera kembali ke kamar mengambil beberapa barang yang kuperlukan saat pendataan nanti. Aku juga memasukkan payung ke dalam tas karena cuaca sedikit mendung, aku takut kalau tiba-tiba saja nanti hujan deras. Seri dan Ani berusaha menghiburku dan memintaku untuk tidak marah pada Ali karena itu sudah keputusan bersama. Mereka juga meminta agar keributan di antara kami tidak dibawa ke sini, aku hanya tersenyum kecut

Saat aku kembali ke ruang tamu ternyata sudah ada dua orang perempuan yang merupakan kader yang akan mendampingi kami. Rencananya satu kelompok dari kami akan didampingi satu orang kader untuk melakukan pendataan. Kami telah bertemu mereka di bali desa tadi jadi kami tak lagi saling memperkenalkan diri.

Setelah berbincang sebentar kelompok Seri dan Airin berangkat untuk melakukan pendataan di tempat masing-masing. Tak lama kemudian kader yang mendampingi kelompok Ria juga datang mereka juga segera pamit untuk melakukan pendataan.

Setelah kepergian Ria dan kelompoknya hanya tinggal kami berdua di ruang tamu ini. Suasana diantara kami terasa canggung, aku dan Ali tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Aku memainkan ponselku membuka beranda media sosialku yang berwarna biru untuk melihat status teman-temanku.

Aku menoleh saat merasa Ali menatapku. Aku cukup terkejut saat melihat tatapannya sedingin sebelumnya. Jantungku segera saja berdegup dengan kencang saat tatapan kami bertemu apalagi saat kami sama-sama tak bisa mengalihkan tatapan yang berada dalam satu garis lurus. Inilah sebenarnya yang ingin kuhindari darinya, perasaan tak nyaman yang mendekapku dengan erat saat aku bersamanya.

Kami masih saling menatap saat suara renyah seorang perempuan memecah kesunyian di antara kami dan membuatku salah tingkah. Kami melihat seorang perempuan berdiri di depan pintu entah telah berapa lama.

"Assalamu'alaikum..." ulangnya kembali setelah kami tersadar dari keterkejutan kami.

"Wa'alakum salam," jawab kami hampir bersamaan,

Seorang perempuan berumur sekitar tiga puluh tujuh tahun, tersenyum memasuki ruang tamu. Aku berdiri dan menyalaminya sambil tersenyum malu, aku merasa tak nyaman melihat tatapannya yang penuh arti pada aku dan Ali. Aku menatap perempuan cantik berambut sebahu tanpa melepas senyumku, sepertinya aku tadi tak melihatnya waktu di balai desa.

"Saya Santi, Mas, mbak," seperti bisa membaca pemikiranku perempuan itu memperkenalkan diri sambil tersenyum. "Saya yang akan mendampingi Mbak dan Mas melakukan pendataan di RT 4. Kebetulan tadi belum pulang dari rumah saudara yang punya hajatan,"

"Ya, bu. Saya Ali dan ini teman saya Zie,"Ali memperkenalkan diri kami pada perempuan itu.

Kami segera mempersilahkan dia untuk duduk terlebih dahulu dan menawarinya minum.

"Minum dulu, bu," kataku meletakkan gelas berisi teh yang masih utuh di depannya.

"Nanti saja, ibu baru saja minum," Santi kembali tersenyum. "Mak ijah mana?"

" Di belakang, bu. Saya panggilkan, ya,"

"Eh, gak usah, mbak. Kita berangkat sekarang saja, biar gak kesorean selesainya, soalnya tempatnya lumayan jauh"

"Baik," jawab aku dan Ali hampir bersamaan

Kami segera beranjak dari tempat duduk kami dan berjalan keluar dari rumah setelah memberitahu Mbok Tu. Kami menyusuri jalan berbatu dan melewati rumah-rumah penduduk yang tengah didata teman-temanku. Lokasi yang kami tuju ternyata agak terpisah dari lokasi lainnya. Setelah kami berjalan sampai di rumah paling ujung, kami melintasi jalan setapak melewati ladang menuju deretan rumah yang ada di atas kami.

Jalanan itu semakin menanjak dan menanjak, membuat nafasku mulai ngos-ngosan. Aku mencoba menjajari langkah Bu Santi yang cepat tapi selalu terlalu tertinggal., Ali yang berjalan di depanku sesekali menoleh dan tersenyum mengejekku.

Aku berhenti di bawah sebuah pohon yang ada di pinggir jalan yang kami lewati, tempat yang kami tuju merupakan tempat yang paling tinggi. Dari tempatku berdiri aku bisa melihat panorama yang begitu indah, kota tempatku menuntut ilmu terlihat sangat kecil dari sini dan yang paling membuatku takjub adalah gumpalan-gumpalan awan yang melayang di atas ladang-ladang jagung itu sejajar di bawah kakiku.

Aku berhenti sejenak untuk menghirup napas sembari mengabadikan pemandangan di sekitarku. Aku meminta Bu Santi untuk mengambil foto-fotoku kemudian dengan agak malu-malu meminta Ali mengambil fotoku dengan Bu Santi. Selesai berfoto bareng Bu Santi, aku meminta ponselku pada Ali tapi dia malah menyerahkannya pada Bu Santi dan meminta bu Santi untuk mengambil foto kami berdua. Aku langsung cemberut sementara Ali langsung terkekeh melihat ekspresiku.

"Ayo, senyum, mbak." perintah Bu Santi.

Aku segera mengangkat sedikit sudut mulutku dan memunggungi Ali. Cowok kembali itu tertawa. Bu Santi segera menyuruhku untuk menghadap ke arahnya dan memintaku tersenyum lebih lebar. Bu Santi mengambilnya beberapa foto kami dengan pose yang berbeda-beda sebelum akhirnya meneruskan perjalanan kami.

Sambil berjalan aku mengecek foto-foto yang diambil bu Santi tadi, ternyata hasil jepretannya tak kalah dengan fotografer professional. Aku terkejut saat melihat foto-fotokuku bersama Ali. Difoto itu pose kami terlihat sangat mesra seperti orang pacaran, padahal aku merasa poseku biasa saja tapi terlihat sangat bagus di foto ini. Tadinya aku ingin menghapus foto-fotoku yang bersama Ali tapi melihat hasilnya yang sangat bagus- bagus, aku menjadi sayang.

Setelah mengobrol sepanjang perjalanan akhirnya aku tahu kalau Bu Santi bukan asli orang sini tapi orang kota yang dapat suami orang sini dan dia juga punya kemampuan fotografi, makanya hasil foto-foto kami terlihat begitu bagus karena Bu Santi selalu mengambil momen yang tepat saat membidikkan kamera ponselku.

@@@


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C23
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン