Saat anak-anaknya ingin makan puding telur rebus, ibu mertuanya akan berkata dengan sinis. "Chunlai dan kedua saudaranya mana pernah makan puding telur rebus. Mereka hanya makan mianhuhu (bubur sayur dan telur) Sementara anakmu malah ingin makan puding telur rebus."
Sebelum ibu mertuanya bangun, Hualian akan diam-diam makan telur rebus. Kalau tidak, ia pasti akan lemas atau pusing sepanjang hari. Ia merasa bodoh saat mengingat hal tersebut. Kenapa ia tidak bisa diam-diam membuatkan puding telur rebus untuk anak-anaknya waktu itu?
Setelah anaknya diperlakukan dengan kejam oleh ibu mertuanya, ia baru mengerti bahwa orang seperti ibu mertuanya tidak layak untuk dihormati.
"Hualian, jangan berkata seperti itu. Kamu tahu kan, kalau ucapanmu itu menyakiti hatiku."
Shen Hualian kemudian mengangkat kepalanya dan menatapnya. "Lalu aku harus berkata apa? Apakah aku harus berkata, tidak apa-apa selama anak-anak kita tidak mati, begitu?"