.
.
.
.
.
" Apa? Ayah mengganti peranku sebagai Manager? ".
" Ayah tidak meragukanmu sebagai Manager, dengan adanya peran mu sebagai seorang Manager perusahaan kita semakin melambung ".
" Umurmu sudah 25 tahun , dan di umurmu ini sudah saat nya kau untuk memikirkan soal pendamping hidup yang serius ".
Jimin tak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Ayah nya itu.
" Maksud Ayah? ".
" Menikahlah dengan seseorang ".
...
.
.
.
.
.
Hening seketika.
Suasana rumah menjadi sedikit dingin.
Jimin tak bisa berkata kata.
Menikah?
Bahkan hati nya belum siap untuk itu.
Bahkan diri nya juga belum pernah mengalami jatuh cinta.
Bagaimana bisa dia merasakan apa itu jatuh cinta?
Sejauh ini Jimin hanya terlalu fokus dengan kerjaan.
" Menikah? ".
Jimin menghela nafasnya.
Dia seperti bertanya tanya pada dirinya sendiri.
Secepat itu ia harus menikah?
" Tidak perlu terburu buru, untuk sebuah pernikahan bukanlah hal yang instan . Ayah pikir Yoona adalah sosok yang pantas bersanding denganmu, kau bisa mengenal nya lebih jauh terlebih dahulu. "
" Selepas itu, kalian berdua bisa menikah ".
Jimin menatas gadis yang duduk tak jauh di depannya.
Entah apa maksud dari tatapan Jimin itu.
Ketidaksukaan nya pada Yoona?
Atau sebaliknya?
" Jimin anakku, sudah sewajarnya jika sekarang kau mempunyai pendamping di hidupmu . Kau sudah dewasa , dan sepertinya ibu dan ayah menemukan seseorang yang pantas ".
" Biar ku pikirkan terlebih dahulu ".
Jimin pergi meninggalkan ruang tamu , dia lebih memilih masuk ke kamar lalu menguncinya.
Tatapan nya seakan kosong, Jimin bukan tidak mau menikah, Jimin bukan tidak butuh seseorang di sampingnya sampai ia menua nanti.
Tapi ia hanya belum siap dengan siapa hatinya akan jatuh.
.
.
.
.
.
Yuura sedang menikmati makan siang nya sambil menonton acara televisi.
Handphone di sampingnya berdering dan Yuura cepat cepat mengangkat nya.
.
.
.
" Yeobosseo? ".
" Bagaimana kabarmu disana? Ibu sangat merindukanmu ".
" Aahh ibu !? Harusnya aku yang bertanya hal ini pada ibu, apa ibu baik baik saja? ".
" Ibu hanya terlalu sibuk karena membantu ayahmu, untuk libur akhir pekan biar ibu dan ayah saja yang mengunjungimu ".
" Benarkah? ".
" Iya ... Kalau begitu ibu harus menutup telpon nya karena ibu harus kembali membantu ayahmu ".
" Nee.. Baiklah sampai nanti ".
.
.
.
Setelah pikiran nya kembali mendingin Jimin kekuar dari kamarnya , saat akan berjalan ke ruang tamu Jimin menemukan Yoona yang sedang duduk sendirian.
" Dimana ayah dan ibuku? ".
" Nee?... Ayah dan Ibumu baru saja pulang ".
" Pulang?? Lalu apa kau tidak ikut dengan mereka? ".
" Apa kau belum tau jika mereka yang menyuruhku menginap disini? ".
" Me... Menginap!? ".
Mata Jimin teralih pada satu koper besar yang berada tak jauh darinya.
" Aku akan menjadi calon istrimu sebentar lagi, jadi tak masalah bukan? ".
Yoona dengan lancar mengatakan hal itu di depan Jimin. Tanpa dengan keraguan sama sekali, tanpa mempedulikan apa yang akan di katakan oleh Jimin, Yoona benar benar begitu sangat frontal.
" Aku juga tak ingin terburu buru untuk menikah denganmu, jadi aku ingin mengenalmu terlebih dahulu".
" Dan kita bisa memulainya mulai hari ini secara perlahan ".
Dengan ekspresi imutnya yang di buat buat Yoona bahkan berani menyempatkan dirinya memeluk Jimin.
Membiarkan kepalanya terbenam di dada bidangnya.
Jimin hanya diam , dia tak membalas pelukan nya juga tak melepaskan pelukan nya.
Tidak ada degub jantung yang di rasakan Jimin saat Yoona memeluknya.
Berbeda saat Jimin bersama dengan Yuura yang bahkan Yuura sama sekali tidak pernah memeluknya.
Saat bersama dengan Yuura , Jimin lebih sering merasakan jantungnya berdegup.
" Sekarang kau beristirahatlah , kau lelah bukan ? ".
Jimin membuat alasan agar Yoona melepaskan pelukan nya.
" Nee.. Baiklah ".
Jimin mengantarkan Yoona ke dalam kamar, sesaat Jimin menunjukan kamar yang sempat di pakai oleh Yuura saat menginap .
Teringat bahwa Jimin sengaja menata kamarnya menjadi berwarna Pink agar Yuura menyukai nya.
" Aku akan tidur disini? Ku akui ini sangat lucu tapi aku kurang menyukai warna pink ".
" Aniyo, tidak disini ".
Jimin mengurungkan niatnya dan kembali menutup pintu kamarnya.
" Kenapa? ".
" Tidak apa apa , hanya saja jangan di kamar itu ".
Jimin berniat mencari kamar lain untuk Yoona, dan memutuskan memilih kamar khusus tamu yang jaraknya agak berdekatan dengan kamar Jimin.
" Kau bisa tidur disini ".
" Lalu, dimana kamarmu? ".
" Kamarku berada di samping kamarmu ".
" Mwo? Kenapa kita tak satu kamar saja? ".
Pungkasnya.
Jimin tak menjawab melainkan pergi ke bawah.
" Aku mengerti, kau masih malu padaku. Tapi nanti kau akan mulai terbiasa ".
Ucap Yoona dengan nada agak berteriak.
.
.
.
.
.