Perempuan mana yang tidak akan kalut ketika mengharapkan sang suami akan melewati liburan menyenangkan bersama-sama -mengunjungi tanah kelahiran yang telah lama tak dikunjungi, malah terkesan sebagai beban berat.
Puncak khayalan Aruna adalah melihat senyum Mahendra sepanjang perjalanan sederhana dengan mengamati kehidupan dari sudut pandang berbeda, seperti layaknya minum air jernih kala kita sudah terlalu banyak meminum aneka rasa yang menjadikan lidah mati rasa.
Mahendra mempunyai kehendak sendiri, menolak bus yang bisa jadi lebih cepat mencapai tujuan dari pada perjalanan menggunakan jeep yang tentu saja akan menjadi sayang ketika banyak tempat dilewatkan.
Aruna marah, dan marahnya kali ini terkategorikan serius. Perempuan hangat yang jarang protes tersebut terdiam seribu bahasa, mendiamkan dua pria yang saling melirik merasa telah menumpahkan banyak dosa.