Pendengaranku kian tajam, mataku juga semakin jeli, bahkan aroma parfum tiap orang bisa aku rasakan.
Orang normal tidak akan sehebat diriku. Tunggu, bukan aku yang tidak normal. Kalianlah yang terlalu standar.
Aku bahkan bisa membedakan aroma macam apa yang disukai Hadyan. Pria itulah tujuan dari misiku pulang ke negara ini.
Bagaimana tidak? Aku tidak pernah menemukan rasa disayangi dan diutamakan seperti kala aku berada dekat Hadyan, dari aku belia hingga tumbuh dewasa.
Hadyan membayang-bayangi kepalaku setiap saat, terlebih kala aku dikurung di apartemen orang temperamental itu. Bau-bau alkohol selalu membuat kepalaku berdenyut. Yang membuatku tetap waras adalah, mengenang masa lalu kala bersama Hadyanku.