Zen menatapku dengan pupil mata melebar setelah menyadari bahwa aku satu kampus dan satu program studi dengannya saat menjalani prosesi penerimaan mahasiswa baru. Dia bahkan langsung menghampiriku detik itu juga, "Kenapa kamu ga bilang kalau kita bareng?"
"Emang aku harus bilang?"
Zen tak mengatakan apapun untuk menanggapiku, tapi ada senyum yang lebar sekali di bibirnya yang justru membuat beberapa perempuan di sekitar kami menyempatkan diri untuk menoleh. Namun aku akan mengabaikannya.
Ada banyak kegiatan prosesi penyambutan mahasiswa baru di kampus kami. Semuanya terjadwal selama beberapa hari. Selama beberapa hari itu pula Zen terang-terangan mendekatiku walau aku selalu berusaha menjauhkan diri darinya.
Kak Sendy yang kutemui beberapa kali saat prosesi berlangsung hanya menggeleng saat melihat Zen selalu membuntutiku. Dia bahkan sempat memberi isyarat padaku bahwa dia bisa saja melaporkannya pada Astro.