"Tentu." Helen lalu duduk di samping Vendri dengan tubuh sedikit bergetar. Diliriknya sedikit Vendri yang memandang indahnya awan di jendela. Tak sadar wajah Helen merona melihat damainya mimik muka Vendri yang terlihat makin tampan.
'Sial, Helen jangan seperti ini. Dia asistenmu, anak didikmu. Kau juga punya suami, jangan terpesona.' Namun jantung Helen tak mau berkompromi juga.
Helen pun berdiri dan melihat kebingungan di mata Vendri. "Kenapa Ibu berdiri?"
"Ak-aku akan duduk di tempat lain saja." jawab Helen sambil duduk tak jauh dari Vendri di kursi paling sudut. Di tempat itu hanya ada beberapa orang termasuk pramugari yang sibuk melayani para pelanggan VVIP.
Supaya lebih tenang, Helen memasang earphone dan menyetel musik. Dia tak mengetahui bahwa ada seorang pria tua memandangnya dengan pandangan yang aneh. Si pria itu pun bergerak mendekat.