アプリをダウンロード
46.42% Istri Kecil CEO Tampan & Dingin / Chapter 39: Bab 39

章 39: Bab 39

"Lanjutkan bi, kenapa diam."

"Mbak Ambar di perkosa hingga hamil oleh orang yang bernama Bima itu."

Braaaakkkk.. Dinda reflek memukul meja di hadapannya. Dia emosi ketika mendengar penderitaan kakak sepupunya itu.

"Beraninya dia melakukan hal keji itu pada kakakku!!"

"Bibi saja sedih, kasihan mbak Ambar harus menanggung semua sendirian. Awalnya bibi tidak mau pulang kampung. Tapi mbak Ambar berdalih tidak bisa membayar, dia memaksa bibi untuk pulang saja."

Dinda diam, merenungkan semua penderitaan keluarganya. Entah apa kesalahan yang di perbuat ayahnya pada Gatot itu.

"Aku harus mencari papa terlebih dahulu bi. Tapi dimana dia berada sekarang?"

Dinda tau betul, selagi ia bersama dengan orang yang ia kenal hidupnya tidak akan tenang. Bi Darmi dalam bahaya jika Dinda terlalu lama menumpang hidup padanya.

Dinda ingin mandiri. Bermodalkan cincin berlian dari tuan Arjun Saputra yang selama ini ia pakai Dinda memutuskan untuk pergi dari rumah bi Darmi tanpa pamit. Bukan apa-apa, kalau Dinda pamit tentu saja bi Darmi akan menahannya. Atau yang lebih buruk ia akan terseret jika Rendi sampai tau. Setidaknya jika bi Darmi tidak tau apa-apa akan lebih aman baginya.

Dinda belum ingin kembali pada tuan Arjun Saputra. Selain karena misi balas dendamnya. Ia juga sudah tidak percaya lagi pada tuan Arjun Saputra. Apalagi masih ada Dona di sisinya. Dia terlalu malas untuk berhadapan dengan wanita ular sepertinya.

Pagi-pagi buta Dinda ingin segera pergi, berjalan mengendap-endap layaknya pencuri.

"Cah ayu, mau kemana?"

Bak pencuri yang tertangkap basah. Dinda terkejut saat melihat bi Darmi yang sudah bangun untuk memasak.

"Apa aku harus pergi tengah malam agar tidak ketahuan." kata Dinda di dalam hati.

"Hehehe enggak bi, mau lihat matahari terbit saja. Tiba-tiba pengen."

"Wah cah ayu ngidam?"

"Iya nih bi, pengen lihat matahari terbit."

"Itu mah masih lama cah ayu, ini juga baru jam 3. Nanti deh bibi temani lihat matahari terbit di sungai. Di sana pemandangannya bagus."

Braaaakkkk.. Belum sempat Dinda mengiyakan ajakan bi Darmi, tiba-tiba saja pintu rumahnya di dobrak paksa hingga rusak.

Dinda terkejut ketika melihat orang-orang yang sepertinya jahat itu masuk ke dalam rumah.

"Aku ketahuan?" gumam Dinda.

Dinda mencari-cari seseorang. Atau lebih tepatnya mecari Rendi yang tidak nampak.

Bukan Rendi yang muncul, melainkan seorang pria muda yang masuk dan datang mendekat ke arahnya.

"Siapa kamu?"

"Siapa saya? Anggap saja saya malaikat mautmu."

"Jangan mendekat atau.."

"Atau apa? Hendak memanggil suamimu nyonya?"

Dinda gemetar saat menyadari jika dia bukan orang-orang tuan Arjun. Entah harus berteriak meminta pertolongan siapa. Dinda hanya bisa diam saat orang itu menyeretnya pergi.

"Lepaskan aku!!" Dinda memberontak.

"Diam atau ku bunuh kau seperti ayahmu!!"

"Kau Bima?" tebak Dinda.

"Anak pintar."

Dinda berang, dia begitu marah saat tau identitas asli pria brengsek itu.

Ingin memukulnya tapi, Dinda tidak berdaya. Di masukkan ke sebuah mobil dengan tangan dan kaki yang di ikat kencang.

----

Beberapa jam setelah Dinda di bawa pergi. Rendi dan beberapa anak buahnya sampai di tempat bi Darmi yang masih berantakan.

"Nyari siapa mas?" tanya seorang pemuda desa setempat.

"Apa benar ini rumah Darmi?" tanya Rendi.

"Benar mas. Tapi bi Darmi sedang di rawat di rumah sakit."

"Dia sakit?"

"Rumahnya di rampok mas."

"Dimana dia di rawat?"

Rendi tentu saja terkejut dengan berita itu, sementara Dinda tidak berada di sana. Tujuannya datang adalah mencari nyonya mudanya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Dengan arahan pemuda desa Rendi bergegas mendatangi rumah sakit tempat bi Darmi di rawat.

Namun sayang, saat ia sampai. Seseorang memberitahu jika bi Darmi tengah koma.

"Tadi subuh ada segerombolan orang yang datang ke rumah bi Darmi." ujar pak RT yang kebetulan berada di sana.

"Apa bapak tau motifnya membuat bi Darmi seperti ini?" tanya Rendi.

"Entahlah. Yang pasti mereka pergi membawa anak gadis yang ikut bi Darmi tinggal di rumahnya. Baru kemarin gadis muda itu datang."

"Apa? Gadis muda?"

"Ya, kalau tidak salah namanya Dinda."

Rendi menyadari kalau itu hal yang tidak bisa di anggap remeh. Gegas Rendi mengajak anak buahnya pergi setelah mendengar pengakuan ketua RT setempat.

"Bagaimana ini bos, nyonya Dinda di bawa anak buah Gatot."

"Ada yang membocorkan berita kehamilan nyonya. Ku yakin itu." kata Rendi serius.

"Jadi bagaimana ini bos?"

"Kita harus melaporkan pada tuan terlebih dahulu. Biar beliau yang memikirkan cara terbaiknya."

"Baik bos."

-----

Dinda terbangun karena guncangan yang tiba-tiba. Membuka kedua matanya dengan menatap sekeliling.

"Ini di dalam mobil box?"

Dinda menyadari jika dia hanya sendirian di dalam mobil itu. Mobil box itu bergoyang-goyang karena jalanan nya yang rusak.

Dinda merasa sangat mual sekarang. Dengan perjalanan yang seperti itu juga dalam kondisi hamil muda, siapa yang tidak ingin muntah?

Susah memang melakukan apapun ketika tangan dan kaki terikat. Sekuat tenaga Dinda mencoba melepaskan ikatan yang sangat kencang baginya.

Dengan jemari yang sampai berdarah akhirnya ikatan itu lepas. Buru-buru Dinda mendekati pintu mobil box yang terkunci dari luar.

Dinda mengintip di celah pintu mobil itu. Di sana ia melihat jalanan bebatuan yang rusak dan becek.

"Ini mau kemana? Aku tidak pernah melihat jalanan sejelek ini di pinggiran kota. Apa aku dibawa ke kota lain?"

Beruntung memang, ternyata pintu mobil box itu tidak di gembok. Sehingga Dinda bisa berusaha melepaskan kuncinya dari dalam dengan bantuan jepitan rambutnya. Mencongkel kunci besar itu.

Hingga keringat membasahi tubuhnya, Dinda belum juga berhasil membuka kunci itu. Diamatinya jika mobilnya telah keluar dari jalanan rusak itu.

"Tadi itu jalur alternatif sepertinya. Aku ingat jalanan ini."

Dinda sedikit bernafas lega karena dia tidak dibawa keluar kota.

Perhatiannya kembali pada kunci itu. Dia belum menyerah. Dinda masih ingin keluar dan kabur dari mereka.

Jegleeegg..

"Hah kebuka?!"

Membuka sedikit pintu itu. Dinda mengamati suasana terlebih dahulu sebelum membuka pintunya lebih lebar.

Bodoh memang karena rombongan pengawal itu melaju di depan bukan di belakang mobil box itu. Mereka pikir hanya dengan mengikat Dinda sudah aman. Mereka yang tidak tau saja bahwa Dinda ahli membuka segala jenis kunci. Karena dulu ia sering kabur dari kurungan orang tuanya di kamarnya.

Dinda sedikit takut saat hendak melompat. Dia teringat pada janin yang ada di perutnya.

"Maaf nak, tapi ibu harus melakukan ini. Kamu harus jadi anak yang kuat ya sayang."

Dinda memantapkan niatnya terlebih dahulu. Dan..

Hap.. "Sssshh aaaarghh.."

Kakinya terkilir karena melompat saat mobil masih melaju. Bahkan lutut dan sikunya juga lecet berdarah karena pendaratan yang tidak mulus itu. Untunglah jalanan cukup sepi menjelang petang.

Gegas Dinda berusaha berlari menghindari para penjahat itu yang sepertinya sudah tau kalau Dinda berhasil kabur.

Melihat mobil box itu berhenti membuat Dinda buru-buru memaksakan kakinya untuk berlari. Nyeri memang, tapi ia tidak ingin tertangkap lagi. Bahkan Dinda sampai harus bersembunyi di mobil sampah yang lewat agar tidak ketahuan oleh mereka.

Tau kondisinya sudah cukup aman, Dinda memutuskan untuk berjalan ke kediaman tuan Arjun Saputra yang itu artinya harus jalan kaki melewati perkebunan sawit yang panjang.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C39
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン