Gegak gempitalah tempikkan nyaring si guruh...
Bermegah megah pula dikala lintasan cahaya berlalu...
Apakah masih dicanang-canang lembaran duka kisahmu pada umum..
Ingin dijala simpati atau memancing empeti..
Berlecak kolam mata dengan tangis sendu...
Pada bantal yang menjadi tumpangan saksi nodaan air lukaku..
Pada malam yang ditemani bara-bara api menyala..
Hatta di waktu malam yang dihalangi kabus kabus pekat...
Pada hobiku yang engkau ingatkan...
Menjadi titik noktah akhir senjata yang melukakan...
Pada minuman yang engkau bandingkan....
Menjadi racun yang aku pilih untuk ditelan sebagai sebuah pilihan...
Gejolak perasaan yang ditindih-tindih...
Semakin menghakis rasa sayang yang aku senyapkan...
Nyata ulahmu, membuatkan aku tawar dan pahit...
Bukan gula dan bukan ubat, tetapi kata maaf yang aku pintakan...