Aku tertawa geli hati pada suara hati yang berbicara..
Kini, terasa tersindir saat aku tidak ada nilai pada matanya..
Keputusan yang aku bibitkan dalam rintihan doa ...
Adalah satu pengharapan, agar engkau tidak punya rasa yang sama.....
Tika ini, aku hanya tersenyum melihat engkau yang menjadi bekas perasaan..
Terkadang, aku terkenang kalam doa yang sudah dimakbulkan..
Walau dalam doa itu, aku tahu aku tak punya hak untuk menghalang kefitrahan..
Namun, hati ini tak terdaya menanggung derita ini sendirian..
Bahkan aku tahu, bahawa engkau juga yakin kita tidak ada jalan yang sehaluan...
Penceritaan kita yang berbeza, walau punya darah merah yang serupa..
Tak mengizinkan aku meluahkan kata-kata berulah suara..
Hakikatnya, kita tiada satu jalan yang melarangkan ikatan kisah cinta..
Cuma, aku sukar menerima engkau dengan ikatan yang mengikat...
Asbab itu, aku usaha meninggikan benteng antara kita berdua..
Mungkin...ini hanyalah perasaan diri sendiri yang menaruh rasa..
Pada engkau yang memandangku, tanpa rasa dan perasaan...
Maafkan aku, andai kau juga pernah seperti aku..
Menyimpan gelora perasaan secara berdiam diri..
Dan mungkin juga, engkau dah lama menyisihkan perasaan yang dianggap sudah berlalu..
Dan bergerak, mengorak nafas baru..
Maafkan aku...kerna masih mengalunkan utara untaian kata..
Bahwa..aku masih mengambil cebisan perasaan walau aku sudah meraih langkah baharu..
Maafkan aku...