"Sepertinya begitu, disini terlalu ramai, aku takut akan ada orang-orang yang dapat melihat penyamaranmu! Jadi kita hanya bisa pulang cepat kali ini." ucap Nadin dengan nada menyesal.
"Tapi sebelum kita pulang, aku akan membelikanmu berbagai macam makanan apapun yang kamu suka!" lanjut Nadin dengan semangat.
"Baiklah, ayo kita lihat makanan yang ada di kedai sana, sepertinya itu sangat enak!" ucap Nadin sambil menarik Indah.
Setelah mencicipi banyak makanan, Nadin dan Indah berencana untuk pulang. Saat mereka akan berbalik, tiba-tiba seorang gadis yang berjalan dengan tergesa-gesa menabrak Indah.
"Aduh." gadis itu terjatuh cukup keras.
"Kamu baik-baik saja?" ucap Indah sambil membantu si gadis untuk berdiri.
"Ah.. Aku baik-baik saja." ucap gadis itu, namun saat dia melihat ke arah Indah, tiba-tiba saja dia diam membisu.
'Dari suaranya aku fikir dia seorang wanita, tapi ternyata dia adalah seorang pria yang sangat tampan, apakah aku terkena ilusi? Mana mungkin seorang pria terlihat sangat imut seperti ini? Pikir gadis itu dalam hati.
"Hey.. Kamu nggak apa-apa kan? Kamu kenapa melamun?" ucap Nadin tiba-tiba dari samping Indah.
"Ah.. aku baik-baik saja, sungguh!" gadis itu akhirnya mengembalikan kesadarannya.
"Aku sungguh minta maaf, jika kamu ada yang luka, katakanlah!" ucap Indah lembut.
"Eh apanya yang luka? dia juga yang nabrak duluan, kenapa harus kamu yang minta maaf." celetuk Nadin tidak senang.
Mendengar ucapan Nadin, gadis itu mulai memperlihatkan ekspresi yang tidak senang.
"Sudah jangan dengarkan ucapannya, dia memang seperti itu, tapi dia adalah orang yang baik!" ucap Indah untuk menenangkan situasi canggung.
"Jika kamu baik-baik saja, maka kami akan pergi dulu, lain kali kamu harus berhati-hati ok!" lanjutnya.
Sebelum Indah dan Nadin pergi, gadis itu memanggil mereka.
"Kakak! Bisakah kamu memberitahuku nama mu?" tanya si gadis dengan wajah penuh harap.
Setelah terdiam beberapa detik, Indah akhirnya berbicara.
"Nizam, kamu bisa memanggikul Nizam saja! dan yang disampingku adalah Nadin, kamu juga bisa memanggilnya kakak!" ucap Indah dengan wajah tersenyum.
"Kakak Nizam, namaku Lia, lain kali jika bertemu aku akan mentraktirmu!" ucap si gadis dengan antusias.
"Tentu saja, sampai bertemu lagi!" ucap Indah lalu berlalu bersama Nadin.
Setelah bermain dengan puas hari ini, gadis itu berencana menyudahi pelariannya. sekarang rasanya membosankan, terlebih jika harus selalu menghindari kejaran lari para pengawal.
Di area parkiran, sebuah mobil mewah yang sangat cantik terparkir dengan sangat elegan. Sosok pria yang sangat rupawan keluar dari kursi pengemudi saat melihat seorang gadis berjalan ke arahnya.
"Kali ini kau menyudahinya terlalu cepat? Apakah kau sudah bosan?" tanya pria itu dengan sedikit penasaran.
"Berhentilah menggodaku, dengan pengawal yang sebanyak itu mencariku, bagaimana bisa aku berkeliaran dengan bebas!" ucap Lia dengan nada kesal.
"Benarkah? Tapi mengapa kali ini aku melihat kau tidak sekesal itu?" tanya si pria.
"Kamu benar sekali, Kak Reyhan hari ini aku bertemu dengan orang yang baik, mungkin dia akan menjadi teman baik atau bahkan kakak yang aku dambakan!" ucap Lia, senyum yang tersungging di bibirnya.
"Benarkah? Jadi aku belum menjadi Kakakmu yang terbaik?" ucap Reyhan dengan Ekspresi yang pura-pura kecewa.
"ah.. Tidak-tidak bukan begitu maksudku, kamu tidak akan mengerti. Sebagai anak tertua aku tidak perna merasakan di perlakukan seperti seorang adik yang sangat di sanyangi. Tapi tentu saja kecuali dirimu Kak Reyhan, namun kau juga memiliki beberapa adik kandungmu sendiri, jadi aku ingin memiliki kakak ku sendiri juga." ucap Lia dengan ekspresi konyol.