Malam hari di tengah hutan, kelompok tujuh orang pria bergerak tanpa henti, menelusuri setiap sisi terpencil di bagian hutan.
Dengan perbekalan dan alat komunikasi seadanya, mereka bergerak teratur, mengikuti arahan seorang pria muda yang berada di barisan paling depan.
"Berhenti!" suara pria muda itu terdengar, membuat orang-orang yang mengikuti di belakang menghentikan langkahnya.
Sekali lagi Reyhan berjongkok dan mendapati sebuah jejak tersembunyi, dia mengamati jejak tersebut selama beberapa menit.
Setela selesai menganalisa, ekspresinya diwajahnya berubah drastis. Dia telah menemukan suatu petunjuk yang sangat penting.
"Bagaimana? Apakah kita kehilangan jejak?" tanya pria disampingnya.
Mereka telah berjalan selama berjam-jam, sejak petunjuk terakhir yang mereka temukan, itu adalah lima jam yang lalu. Pria tersebut khawatir, untuk menemukan CEO itu akan sangat sulit, bahkan mungkin saja mereka akan berakhir tersesat di tengah hutan yang sangat luas ini.
"Tidak, kita sudah berada di jalur yang tepat! Aku yakin, sebantar lagi kita akan menemukan CEO Pradianata!"
Mendengar kabar baik tersebut, tiba-tiba rasa capek dan tegang yang mereka rasakan menguap begitu saja, seolah energi mereka telah terisi kembali dan sangat bersemangat untuk melanjutkan pencarian.
Semua orang berharap untuk menemukan CEO dan menyelamatkannya terlebih dahulu, sehingga mereka dapat memberikan tamparan wajah yang keras, kepada tentara satuan elit militer yang meremehkan kemampuan mereka sejak awal.
_____________________________
Di pinggiran hutan, beberapa tenda didirikan dengan posisi yang strategis. Masing-masing dari pos di jaga oleh 3 sampai 5 orang.
Keseluruhan daerah terlihat seperti sebuah kamp militer, beberapa tentara melakukan patroli berjalan setiap setengah jam.
Di tengah kamp itu, terdapat sebuah tenda yang berukuran paling besar dari tenda lainnya. Tenda itu juga memiliki penjagaan yang paling ketat, di antara mereka ada yang bukan berasal dari bagian dari militer.
"Bagaimana perkembangan pencarian?" tanya seorang pria paru bayah kepada perwira yang berdiri di hadapannya.
"Melapor pada perwira tinggi, keberadaan CEO Pradianata masih belum mendapatkan perkembangan, namun, dilihat dari kondisi jejak yang telah di temukan, menunjukkan bahwa Tuan Muda CEO Pradianata kemungkinan masih hidup. Beberapa pelacak juga di kerahkan untuk bekerja lebih keras dalam menemukan Tuan Muda CEO Pradianata!" ucap perwira dengan hormat.
Meskipun dirinya merupakan Perwira tertinggi saat ini, dan pria paruh baya di hadapannya hanyalah seorang mantan perwira tinggi. Namun rasa hormatnya tidak berkurang sedikitpun.
Pria paruh baya di hadapannya, merupakan senior yang sangat di idolakannya sejak muda. Prestasi-prestasi yang telah dia dapatkan, membuat negara sangat bangga padanya, begitu pula dengan dirinya.
Dia selalu menjadi panutan yang baik untuk para junior-juniornya di militer, tidak hanya berbakat, tapi juga memiliki kedudukan yang tinggi dalam beberala aspek. Salah satunya di bidang politik dalam dan luar negri.
BUG... Pria tua itu memukulkan telapak tangannya di atas meja, menghasilkan bunyi yang keras dan membuat meja itu bergetar.
"Para lelaki tua bangka itu berani membuat si kecil El dalam bahaya! Aku akan membumi hanguskan setiap komplotan itu kedalam neraka terdalam! Aku, Lukas Pradianata bersumpah. Setiap janjiku akan kupenuhi jika cucuku terluka meski hanya luka terkecilpun!" janji pria tua itu dengan otoritas tertinggi.
Sebelumnya dia telah mendapatkan informasi tentang penyerangan Rafael beberapa hari yang lalu. Mereka merupakan kelompok yang sama yang menyebabkan kecelakaan Rafael di usianya yang baru menginjak 10 tahun.
Pada saat itu, terjadi perselisihan berdarah besar-besaran antar kelompok besar dalam negeri. Semua yang berhubungan dengan tragedi tersebut, masih tidak dapat melupakan setiap kesakitan kehilangan kerabat yang berasal dari pihak masing-masing.
Perselisihan berdarah itu berlangsung hampir satu tahun penuh, mungkin karena jumlah kerugian dan korban yang terlalu tinggi, membuat kepala negara tidak bisa berdiam diri.
Presiden menjadi penengah di antara kedua kelompok, meskipun sangat sulit untuk melerai tindak kekerasan mereka, Presiden pada akhirnya berhasil mengendalikan situasi. Mereka menandatangani surat persetujuan damai, dan mengakhiri konflik bersenjata.
Mengakhiri pertikaian dan menentukan pembatasan dari masing-masing pihak.
Namun keberanian apa yang dimiliki oleh pihak lawan? Hingga berani memulai pertikaian yang tak berujung. Jika perang kedua terjadi, maka kali ini tidak akan ada yang bisa melerai dan berakhir dengan salah satu di antara mereka yang mati.
Saat pria tua itu ingin memberikan perintah untuk melakukan tindakan pembalasan, tiba-tiba suara langkah seorang prajurit terdengar dari arah luar.
Seorang prajurit mudah melangkah ke hadapan pria tua, berdiri tegak sambil memberikan hormat, dia mulai memberikan laporan terbaru mengenai situasi pencarian Rafael.
"Melapor pada perwira tinggi, semenit yang lalu, salah satu tim pelacak memberikan laporan penemuan mereka mengenai keberadaan Tuan Muda Pradianata. Sekarang mereka berada di sisi lain bagian hutan yang berjarak 4 jam perjalanan penuh dari sini!"