Giordano bahkan tidak menyangka, bahwa Rafael akan memiliki kemampuan beladiri yang kuat seperti itu.
Ini mustahil, jelas dia hanya terlihat seperti anak manja yang berasal dari kota. Ini pasti hanya kebetulan saja! Jelas Giordano tidak bisa menerima kenyataan bahwa Rafael merobohkan anak buahnya dengan sangat mudah.
"Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu terlalu berlebihan jika mematahkan tangan Toto?!" ucap Giordano dengan nada menuduh.
"Berlebihan?" ucap Rafael dengan alis terangkat.
Dilihat dari situasi manapun, pria penyerang alias Toto itu, jelas memiliki niat jahat terhadap Rafael. Jika Rafael tidak dapat menghindar tepat pada waktunya, maka tongkat kayu itu akan dengan ganas menghantam kepalanya dengan sangat keras.
Dan itu sudah cukup membuat kepala yang terkena tongkat kayu tersebut pecah dengan mudah.
Indah yang tersadar dalam keterkejutannya menjadi marah, dia tidak menyangka seseorang akan menyerang ke arah mereka dengan cara menyelinap dan kejam seperti itu.
"Dia pantas mendapatkannya! Jika suamiku tidak bergerak cepat, kamu pikir suamiku akan berakhir seperti apa?" ucap Indah dengan geram. Tentu saja jika hal itu terjadi, maka Rafael akan kehilangan nyawanya.
Mendengar kalimat suami dari mulut Indah secara langsung, membuat ketegangan yang mencekam di sekitar Rafael turun beberapa derajat.
Hatinya merasa luluh lagi dan lagi jika hal tersebut berhubungan dengan Indah, entah itu merupakan hal terkecil pun.
"Apa yang membuat dia menyerang ke arah kami seperti itu! Mungkinkah kalian ingin melakukan sesuatu yang jahat!" tuduh Indah ke arah Giordano.
"Tidak..!" ini tidak seperti yang dia rencanakan.
_______________________________
Di tempat lain di waktu yang sama.
"Ayah, sudah berlalu tiga hari sejak hilangnya si kecil EL! Aku sangat khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya!" ucap seorang perempuan paru bayah kepada pria lansia yang berdiri di depannya.
"Cici, tenanglah! Cucu ku adalah seorang pria yang tangguh, tidak akan mudah untuk menyakitinya apa lagi menjatuhkannya! Dia di besarkan di lingkungan militer dan sudah menjalani pelatihan berdarah sejak dini, bahkan dia memiliki bakat yang luar biasa di antara para jenius yang berada di kemiliteran. Jika saja dia tidak tertarik dalam dunia politik, mungkin dia akan menjadi puncak ketangguhan di angkatan militer!" Ucap pria tua itu yang merupakan kakek Rafael, sang kepala keluarga Pradianata.
Dalam nada suaranya terdengar sedikit penyesalan, dirinya yang seorang mantan perwira tinggi berharap banyak pada bakat terpendam yang di miliki Rafael dalam dunia militer.
Namun hal yang tak terduga, cucu kesayangannya itu juga memiliki bakat yang sangat tinggi dalam dunia politik. Mampu mengelolah perusahaan dan mengembangkannya dengan kecepatan yang menakjubkan dalam usianya yang masih mudah.
Dengan perpaduan otak jeniusnya dalam menyusun taktik, kemudian di sinkronkan dengan sisi kejamnya yang terlatih di militer, membuat dirinya menjadi sosok sempurna dalam segala aspek.
"Anak itu akan pulang dengan selamat cepat atau lambat!" nada suara pria tua itu penuh dengan keyakinan.
______________________________
Segerombolan pemburu yang berjalan dari pedalaman hutan, sampai Di tujuan mereka.
"Akhirnya kita sampai!" ucap seorang pria yang memimpin perjalanan.
"Cepat bawa pria yang terluka untuk di tanggulangi, sisanya biarkan mereka menghadap pada ketua suku untuk meminta ijinnya!" perintah pemimpin kelompok.
"Apa yang mereka lakukan? Mengapa mereka membawa pak Aldy ke arah yang berbeda?" ucap Dina dengan nada gelisa.
Mereka tidak memahami apa yang di ucapkan oleh orang-orang ini, dia sangat takut jika mereka akan mencelakai Aldy yang terluka parah.
"Kita harus melarikan diri! Aku pikir mereka akan melakukan sesuatu yang jahat pada kita!" ucap Tuti takut, dia memantapkan dirinya untuk mencari celah agar bisa melarikan diri secepat mungkin.