_________
Saat gerombolan pemburu telah sampai di desa, langit sudah gelap.
Mereka telah di sambut oleh beberapa orang tua dengan berbagai hidangan mewah yang tersaji di atas meja.
Sebelum mereka duduk, setiap pria di berikan sebuah topeng untuk menutupi wajah mereka.
Sementara para gadis mempersiapkan diri untuk memberikan tarian indah untuk para pria tercinta mereka.
Dum.. Dum... Dum...
Suara gendang terdengar, di ikuti dengan irama, para gadis mulai berjalan keluar satu persatu dengan teratur.
Masing-masing dari mereka mengenakan sebuah topeng dan berbagai aksesoris di tubuh mereka.
Berbeda dari topeng yang di kenakan para pria yang menutupi seluruh wajahnya, topeng yang di kenakan para gadis hanya menutupi sebatas alis dan hidung saja.
Indah yang berada di barisan tengah bergerak kaku dan sedikit canggung, untung saja sebelum pertunjukan Kmitri sudah mengajarinya beberapa gerakan kepadanya.
Indah masih mengingat percakapan antara dirinya dan Kmitri saat sedang berhias diri.
"Kamu tau inti dari ritual ini?"
"Ritual penyatuan abadi ini seperti namanya, ritual yang dikhususkan untuk para pasangan yang bermadu kasih!"
"Seperti pasangan yang telah melakukan pertunangan, atau yang akan melakukan pelamaran tepat di puncak ritual!"
"Terlebih lagi untuk pasangan suami istri yang akan memiliki keturunan, atau mereka yang sedang mengandung akan mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan di mulai saat anak mereka akan lahir!"
"Kamu sangat beruntung bisa melaksanakan ritual ini dengan para pasangan di desa ini, seandainya saja saat ini kamu sedang hamil, keberuntunganmu pasti akan lebih besar!" ucap Kmitri dengan sedikit menyesal.
"Ah.. Hamil?" ucap Indah spontan.
"Iya hamil.. Bukankah kamu datang bersama dengan suamimu?" ucap Kmitri dengan ekspresi bingung.
"Ohh.. I..iya.." Jawab Indah kaku, dia baru ingat saat dirinya menyelamatkan Rafael, dia sempat menyebutkan kepada orang yang menemukannya bahwa Rafael adalah suaminya.
Dia tidak memiliki maksud lain saat mengatakan hal itu, dia hanya tak ingin di bawah terpisah dari Rafael jika mereka menganggap mereka sebagai orang yang tak di kenal.
Sekarang dia mengerti mengapa pada saat dia sadarkan diri, rafael berbaring tepat di sampingnya. Mereka mengira bahwa dirinya dan Rafael merupakana pasangan suami istri.
Indah tak tau bagaimana caranya menjelaskan pada Rafael jika dia mengetahui hal ini. Ini akan terdengar sangat canggung, apa lagi mengetahui sifat Rafael yang sedikit dingin jika menyangkut masalah pribadinya.
Semua gadis kini menari dengan gemulai, hanya gadis-gadis yang masih terlihat remaja yang akan mempersembahkan tarian untuk acara ritual.
Bagi pasangan yang sudah lanjut usia, mereka hanya akan mengikuti ritual sebagai pemimpin ritual di beberapa barisan depan.
Ini adalah kali pertama Indah menari di hadapan banyak orang, awalnya dia bergerak dengan sangat kaku, namun lama-kelamaan gerakannya menjadi sedikit lebih baik, mungkin karena memakai sebuah topeng, rasa canggungnya berkurang secara bertahap.
Rafael yang duduk di antara para pria memandang ke arah gerombolan gadis yang sedang menari, dari awal tatapannya hanya tertuju pada satu sosok gadis.
Gerakan gadis itu sedikit kaku di antara gadis-gadis yang lain, namun tak ada seorang gadispun yang mampu mengalahkan aura memikatnya.
Setiap lekuk tubuhnya terbentuk dengan sangat sempurna, rona merah di wajahnya tak tertutupi oleh topeng yang dia kenakan, malah menambah nilai ketertarikan tertentu saat memandangnya.
Gerakannya semakin lama semakin mengimbangi gadis yang lain, dia yang awalnya terlihat sangat kaku menjadi yang paling bercahaya dan menarik perhatian.
Secara tak sadar Rafael meneguk air liurnya dengan sedikit kasar.
Sejak Rafael menyadari perasaannya terhadap Indah, dia menjadi tidak bisa bersikap biasa saat berada di dekat Indah.
Pinggul, tulang selangka, dan bagian tubuhnya yang lain, mengingatkan Rafael akan malam pertamanya yang sangat indah dalam hidupnya. Malam pertamanya dengan Indah yang sangat berkesan di benaknya.
Rafael sudah memutuskan untuk membuat Indah, menjadi miliknya seutuhnya ketika mereka keluar dari hutan ini.
Tarian pun berakhir dan di gantikan dengan beberapa aktraksi ekstrem dari beberapa gadis yang sudah berpengalaman.
Suara sorak sorai menggema di malam hari, setiap orang merasakan kebahagiaan dan bersemangat di acara ritual kali ini. Setelah itu majulah para kelompok yang melakukan drama percintaan yang terjadi ribuan tahun lalu antara leluhur mereka.
Di sudut tertentu, sosok gadis menawan duduk dengan anggun memperhatikan barisan pria yang duduk tidak jauh darinya.
Dia memperlihatkan senyuman memikat saat memikirkan pria yang akan dia pikat sebentar lagi.
Tak sulit menemukan keberadaan Rafael, dia memiliki warna kulit dan postur tubuh yang berbeda dari para pria yang berada di desa.
Nefertari tidak sabar menunggu kesempatannya untuk bersatu dengan Rafael.
"Malam ini kamu akan menjadi milikku seutuhnya! Tak seorangpun yang akan mampu memisahkan kita, karena kamu adalah jodohku! Takdir yang dikirim untuk berada di sampingku selamanya!" ucap Nefertari sambil menjilat bibirnya dengan sedikit nafsu.
Saat drama sedang berlangsung, dua orang pria kekar berjalan ke arah Rafael dan memberikannya intruksi untuk mengikuti mereka.
Rafael berdiri dari kursinya dan mengikuti mereka, Rafael di bawah ke sebuah ruangan yang cukup sederhana, dimana seorang pria tua duduk dengan sikap berkuasa pada dirinya.
"Rafael bukan? Aku hanya akan berbicara sekali padamu!" ucap pria itu dengan sedikit angkuh.
"Aku akan memberikanmu sebuah kehormatan tertinggi dengan menikahi putriku yang cantik, dan menjadikanmu sebagai salah satu orang yang penting di desa ini!" tambahnya.
Pria tua itu berbicara seolah Rafael hanyalah seorang pria biasa yang akan mengharapkan kedudukan tinggi seperti pria kebanyakan.
Seolah Rafael telah di berikan sebuah tawaran yang sangat menggiurkan. Keberuntungan ini tak akan bisa di bandingkan dengan beberapa harta yang dimilikinya seumur hidup.
Jelas tetua itu sangat meninggikan keberadaan putrinya, apa lagi putrinya tidak hanya memiliki paras yang sangat cantik, dia juga memikiki kemampuan bela diri yang sangat baik serta ahli dalam berburu.
Dengan kemampuan seperti itu, gadis mana yang bisa di bandingkan dengan putrinya.
"Menikahi?" ucap Rafael dengan ekspresi yang sedikit terkejut.
Dia tidak menyangka akan di tawari untuk menikahi salah satu wanita di desa ini.
Mendengar satu kata dari Rafael, tetua itu tersenyum merendahkan. Dia berfikir Rafael tidak sanggup mengucapkan kalimat lain karena sangat terkejut dan begitu bahagia. Dia lalu melanjutkan.
"Tentu tidak semudah itu untuk menjadi suami dari putriku, kamu harus bisa merubah sikapmu menjadi sosok yang pantas buat putriku. Dan satu lagi, kamu harus berpisah dari istrimu yang sekarang!" ucap pria tua itu dengan penekanan pada kata 'Istri' di kalimatnya.
'Istri?' Rafael mengingat beberapa dari mereka mengira bahwa Indah merupakan istrinya, sehingga tak ada seorangpun dari mereka berani mendekati Indah.
Mendengar kalimat istri yang di tujukan untuk Indah, membuat perasaan Rafael menjadi melebur dan melembut. Satu kata itu seperti sebuah mata air yang berada di tengah gurun, begitu berharga dan langkah.
Saat pria tua itu merasa rencananya akan berjalan sesuai dengan rencananya, keyakinannya itu segera runtuh hanya dengan satu kalimat dari mulut Rafael.
"Maaf aku tidak bisa!" ucap Rafael datar, maksudnya dia tidak bisa menceraikan istrinya dan menikah bersama putrinya.
"Apa kamu bilang? Kamu berani menolak pengaturanku?" pria tua itu mulai marah dan membentak Rafael.
"Aku akan memberikanmu satu kesempatan lagi, segera berpisah dari istrimu yang sekarang! Dan menikalah dengan putriku! Kamu akan terhindar dari bahaya dan segala macam masalah di desa ini, jika kamu melakukannnya!" ucap pria tua itu dengan sedikit geram.
Jelas dia menyampaikan bahwa jika Rafael menolak, dia akan dalam bahaya dan juga mendapatkan banyak masalah.
Tapi siapa yang tak kenal Rafael, dia pria yang tak takut dengan apa pun. Ancaman seperti itu tak lebih dari omong kosong belaka di telinganya.
"Jika kamu hanya ingin menyampaikan hal itu, maka aku akan pergi sekarang!" jawaban Rafael menunjukkan bahwa dia tidak akan perna merubah keputusannya dan menikah dengan Nefertari.
"Kamu!" pria tua menjadi murka dan memukulkan tangannya di atas meja, namun Rafael tak memperdulikannya lagi dan melangkah pergi, kembali ke tempat duduknya yang semula.
Beberapa saat kemudia mereka akhirnya sampai di puncak acara ritual.
Dengan di pimpin oleh kepala suku yang duduk di singgahsana, mempersilahkan para gadis untuk memulai satu-persatu.
Gadis pertama yang memulai tentu saja anak dari tetua yang berpangkat sebagai tangan kanan ketua suku, Kmitri.
Kmitri sangat menantikan hal ini selama sisa hidupnya, dia mencintai satu pria yang sudah dia nanti selama ini.
Dia tidak akan melewatkan kesempatannya untuk memberikan lamaran tepat di acara ritual, dengan mudah Kmitri dapat menemukan pria idamannya yang mengenakan sebuah topeng.
Topeng yang digunakan masing-masing orang merupakan sebuah ujian, apakah masing-masing pasangan akan mampu mengenali satu sama lain.
Dengan langkah anggun Kmitri mengundang pria tersebut untuk mengikutinya berjalan ke atas altar tepat di depan patung para leluhur.
Kmitri lalu mengeluarkan sebuah berlian ungu yang berukirkan simbol-simbol kuno, saat semua kerumunan melihat berlian itu, mata mereka mengerjap terkejut dan penuh dengan kekaguman.
Berlian itu merupakan harta berharga dari tetua tertinggi dan merupakan simbol kekuasaan, jadi siapa saja yang memegang berlian itu, otomatis akan menjadi kepala keluarga selanjutnya yang memimpin.