Dua hari setelah kejadian itu, Indah sekarang hanya duduk terdiam di taman belakang rumah.
Dia akhirnya bisa terbebas dari belenggu kamar itu, dan menghirup udara segar di taman ini.
Nadin hanya berdiri di belakang Indah, memperhatikan keadaan Indah yang tidak seperti biasanya. Semenjak Indah sakit ia seolah telah berubah menjadi seperti orang lain, jarang berbicara dan selalu termenung.
Tatapan matanya selalu terlihat kosong, sama seperti saat ini. Nadin tak bisa mendekati dan mengajak Indah berbicara seperti biasanya, karena banyak mata tertuju pada mereka.
Nadin merasa cemas dan bingung, apa yang bisa dia lakukan sekarang? tapi dia tetap bersyukur karena tuannya tak melakukan tindakan apa pun saat Indah kembali memakai riasannya.
Pikiran Indah melayang-layang, terlalu banyak tekanan yang dia rasakan sekarang. Semua tekanan-tekanan yang dia rasakan hingga saat ini, membuat ekspresinya menjadi mati rasa.
Tak ada emosi yang terpampang di wajahnya, yang terlihat hanyalah ekspresi datar yang tak terbaca.
___Hari ini merupakan hari libur kerja Rafael, dia hanya duduk di balkon depan kamarnya. Menyesap kopinya dan sekali-kali menghisap rokok yang ada di tangan nya.
Rafael yang aslinya tidak terlalu menyukai rokok, namun ada saat-saat dimana rokok bisa sedikit melampiaskan beberapa rasa frustasinya.
Saat dia menghisap batang rokok di tangannya, dia selalu memikirkan perempuan itu. Perempuan yang sejak awal sudah menggelitik benaknya pada pandangan pertama.
Mengapa dia harus menyembunyikan wujud aslinya sejak awal? Apakah dia sedang menyembunyikan sesuatu, atau dia memiliki gangguan mental? Berbagai dugaan muncul di benak Rafael.
Sekali lagi Rafael menghisap batang rokok di tangan nya dengan sedikit dalam, menghembuskan nya dengan sedikit kasar. Dia terlihat seperti pangeran dari kerajaan iblis, yang seolah sedang bertarung dengan pikiran nya sendiri.
Ketampanannya jelas dapat menjatuhkan sebuah kota dalam sekejap mata, aura dinginnya pun sangat terasa hingga ke seluruh ruang kamar.
Postur tubuh dan setiap gerakan nya, terlihat seperti sosok bangsawan dari dunia Iblis yang membawa aura manakutkan sekaligus memikat.
TREEEKK..
Suara pintu terbuka terdengar, membuat Rafael yang sibuk dengan pikirannya sendirik melirik ke arah pintu.
"Halo bro, udah lama nggak bertemu apa kamu tidak kangen padaku?" Demian yang tanpa mengetuk pintu atau meminta ijin kepada Rafael, segera masuk dan duduk di kursi di samping Rafael.
Yaa.. Itu adalah kebiasaan Demian, dan Rafael tidak keberatan dengan hal itu.
Rafael tak menanggapi ucapan Demian, dia lalu memalingkan wajahnya secara acuh tak acuh.
Ck.. Dasar pria anti sosial! pikir Demian saat tak mendapat tanggapan dari Rafael, tapi begitulah dirinya. Rafael sang lelaki dingin.
"Kamu tau? akhir-akhir ini aku sudah berubah menjadi pria yang baik!" ucap Demian sambil memperlihatkan senyumnya yang tampan.
"Sekarang aku hanya akan bersama dengan wanita yang aku sukai dan tak akan mempermainkan nya lagi!" lanjut Demian, lalu memandang ke arah Rafael, seolah menunggu tanggapan dari sahabat kecilnya itu.
Rafael yang mendengar kata "Pria Baik" dari Demian, membuat alisnya mengerut dengan jelas. Ekspresinya seolah mengibaratkan tatapan mencemoh, seakan yang di katakan Demian adalah omong kosong belaka.
Siapa lagi yang tak tau kepribadian Demian yang terkenal playboy dan suka mempermainkan perempuan di industri ini, dengan ketampanan, ketenaran dan harta yang dimilikinya membuat para wanita bertekuk lutut di kakinya.
Desas desus akan dirinya yang suka bergonta ganti pasangan bukanlah hal yang rahasia lagi, dan Rafael sangat mengetahui itu.
Demian yang melihat tatapan mencemoh dari Rafael mulai memperlihatkan ekspresi cemberut.
"Ayolah aku tidak seburuk itu, aku masih termasuk dalam rumus laki-laki yang baik" ucap Demian yakin.
Rafael : "....??" menatapnya dengan tatapan datar.
"Ok.. ak.. aku memang tidak sebaik itu, tapi mulai sekarang aku akan menjadi laki-laki yang baik!" ucap Demian mantap.
"Siapa perempuan itu?" suara Rafael terdengar biasa, tidak besar maupun kecil. Namun Demian yang mendengarnya melongo' tak percaya.
A..apa barusan pria biarawan ini berbicara padaku? ucap Demian dalam hati sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan nya.
Melihat tingkah Demian yang terlalu berlebihan, membuat Rafael memutar matanya dan berbicara sekali lagi.
"Siapa perempuan itu?" kali ini suaranya terdengar tidak sabaran.
Deg.. Oh tuhan, apa kah hari ini akan menjadi hari yang sangat baik untuk ku? pelayan setiamu yang selalu menetap di biaranya berbicara kepadaku. Bahkan sebanyak dua kali, dan kali kedua itu terdengar memiliki emosi?.
Demian merasa sangat terharu, dia seolah mendapatkan sebuah penghargaan yang luar biasa saat mendengar Rafael berbicara.
Namun setelah melihat ekspresi Rafael yang mulai tak senang dan mengeluarkan hawa dingin, Demian segera menjawab pertanyaan Rafael.
"Kamu tau? Wanita itu adalah wanita tercantik yang perna kutemui! Hidung, bibir yang seksi dan matanya yang sangat menawan. Membuatku sangat terlena" Demian berbicara dengan ekspresi yang berseri-seri, sambil membayangkan wujud asli perempuan itu di kepalanya.
Rafael hanya mendengarkan perkataan Demian dengan ekspresi datar, dia tak perna menyangka akan ada seorang perempuan yang akan mampu menaklukkan hati buaya darat ini.
Demian terus berbicara panjang lebar, membahas gadis idamannya kepada Rafael. Rafael hanya terduduk diam mendengarkan setiap ucapan Demian di sampingnya.
Di lantai bawah, Riko yang datang bersama Demian duduk di kursi tamu. Beberapa pelayan melayaninya.
Riko sedikit kecewa saat Demian melarangnya ikut masuk ke kamar Rafael, namun dia tidak bisa menyalahkah Demian. Riko sangat tau bahwa Rafael adalah sosok yang sangat menjaga area pribadinya, dia tak suka orang asing mendekatinya begitu saja.
Demian sangat beruntung bisa menjadi teman masa kecil Rafael! Riko mendesah pasrah dan merasa sedikit iri dengan Demian.
Sudah sekian menit berlalu dan Demian tak muncul juga, Riko merasa sedikit bosan dan memutuskan untuk jalan berkeliling.
Memperhatikan setiap detail rumah dan berjalan ke arah bagian belakang, Riko merasa sangat senang bisa berada di kediaman idolanya yang sangat dia kagumi.
BRUKK..
Riko terjatuh ke lantai, dia merasa telah menabrak sesuatu meskipun itu tidak terasa sakit.
DEG... Jantungnya hampir copot saat melihat ke arah depan, di..dia telah menabrak seseorang.
Seseorang itu adalah sosok perempuan yang berpenampilan sangat menjijikan, wanita itu menatap tepat kedua bola matanya. Tanpa Riko sadari tangannya bergetar dengan sendirinya, dan suaranya tercekik saat ingin berbicara.
"Nona... Apa nona baik-baik saja?" Nadin segera membantu Indah yang terjatuh.
Begitu pun dengan Riko, dia segera berdiri. Dia memandang ke arah perempuan aneh dan terlihat menjijikan itu dari atas hingga ke bawah, dia menelan ludahnya dengan kasar sebelum berucap.
"Ma..maaf kan saya nona, saya tidak sengaja menabrak anda!" ucap Riko sambil menyembunyikan ekspresi jijik pada wajahnya.
Indah dapat melihat ekspresi jijik yang tertahan di wajah Riko, lalu dia tidak memperdulikannya sama sekali. Dengan langkah cepat Indah pergi meninggalkan Riko di belakangnya, yang membuat Riko sedikit heran.