Teriakan serempak dari semua orang atas kata-kata yang seperti di komando oleh seorang dirigen dalam paduan suara dengan nyaring dan bunyi yang sama.....
"Apaaaaaaa.....!!! "
Teriakan kompak seperti teriakan suporter bola melihat gol di kandang lawan membuat Farah terdiam dan terpaku dan terlihat keringat mengalir di wajahnya dan seketika tangannya teraba dingin dan wajahnya menjadi pucat.....
"Kamu itu.... bocah Ayu kalau ngomong kok seperti itu to, memang kamu Ardan mau menuntut Farah atau Fatih ya ????? Coba kamu lihat bocah Ayu iki jadi ketakutan kayak gini! " tanya Bu Dhe Asri seketika mengalihkan pandangan ke arah Ardan dengan tatapan yang tajam setajam pisau penjual ayam di pasar pagi he he....
(Coba kena si Ardan pasti sudah tercincang-cincang kena pandangan tajam Bu Dhe Asri he he...)
Ardan "....."
Dan tentu saja pandangan tajam dan pertanyaan Bu Dhe Asri yang tak kalah tajam dengan tatapannya membuat Ardan juga terdiam tak bisa menjawab apa-apa.
"Masuk... sekarang kita masuk dulu kita bicarakan di dalam gak enak dilihat tetangga pagi-pagi sudah rame gak jelas" ajak Pak Dhe Santosa dengan nada yang tegas dengan intonasi datar tapi membuat semua mengikuti dan menuruti kata-kata beliau dan satu persatu masuk ke ruang tamu mengikuti Pak Dhe Santosa.
"Duduk....! " perintah Pak Dhe Santosa
Alhasil semua mengambil duduk Fatih duduk bersama Ardan di seberangnya Bu Dhe Asri duduk bersama Farah dimana Farah selalu memegang tangan Bu Dhe Asri karena tangan Farah terasa dingin dan gemetar. Sedangkan Pak She Santosa duduk sendiri di tengah - tengah.
"Sekarang cerita tentang permasalahan ini, Ardan benar kamu mau menuntut Fatih dan Farah dan apa tuntutannya?? "
kata Pak Dhe Santosa kepada Ardan.
"Begini Pa, Ardan kesini..... " belum selesai Fatih bicara terlihat Pak Dhe Santosa menatap tajam kearah Fatih....
"Belum waktunya kamu bicara Fatih, Papa tanya kepada Ardan bukan kepada kamu. Diam dulu! "
Fatih "...."
Ardan menjawab "Begini Om, saya kesini tidak ada kaitannya dengan kejadian kecelakaan dua mingu yang lalu. Saya kesini karena ada janji sama Fatih mau maen Futsal sama teman-teman hari ini. "
"Jadi bukan karena menuntut Fatih ato Farah?" tanya Pak Santosa
Ardan terlihat menganggukan kepalanya...
"Dan kamu Farah darimana kamu bisa menyimpulkan kalau Ardan mau menuntut kamu? apa alasannya? " tanya Pak Santosa kepada Farah.....
"Ehmmmmmmmm... karena saya terkejut melihat dia ketika di depan pintu dan Farah melihat ketika Mas ini menatap Farah seakan-akan menghakimi Farah Pak Dhe. " kata Farah sambil menundukkan kepala karena takut melihat Ardan yang sejak tadi terus melihat tajam kearah Farah.
"Terus permasalahan kecelakaan kemarin bagaimana, Papa tidak bertanya selama ini bukan berarti Papa tidak tahu atau tidak mau tahu tapi Papa pengen lihat kedewasaan kamu Fatih bagaimana menyelesaikan permasalahan yang timbul karena ulah kamu sendiri. " ucap Pak Santosa dengan menunggu tanggapan dari anaknya Fatih.
Ucapan Pak Santosa disetujui oleh Bu Asri terlihat beliau mengangguk-anggukkan kepalanya sedang tangannya masih memegang lembut tangan Farah yang masih gemetar.
"Terima kasih Pa, sudah mempercayai Fatih. Mengenai permasalahan kejadian kecelakaan dengan Ardan kemarin sudah Fatih dan Ardan selesaikan Pa....
motor Ardan dan mobil nya Bunda juga sudah diperbaiki kok Pa... Betul begitu kan bro? " tanya Fatih kepada Ardan....
Ardan menganggukkan kepalanya tanda menyetujui jawaban Fatih
"Yo wis kalau gitu, berarti Papa simpulkan bahwa masalah kecelakaan kemarin sudah selesai dan dipastikan tidak ada permasalahan di kemudian hari. Dan Farah kamu sudah mengerti dan paham kan dan buang rasa kekhawatiran kamu dan ketakutan kamu. Satu lagi Pak Dhe gak setuju kalau kamu kuliah naik ojek online lagi Pak Dhe khawatir dengan keselamatan kamu... Dan mulai besuk kamu ikut Mas mu lagi. Itu tugas kamu Fatih! " kata Pak Dhe Santosa
"Siap Pak! " jawab Fatih langsung berdiri dan hormat kepada Pak Santosa bertingkah seperti tentara mendapat perintah dari atasannya.
Dan tentu saja semua yang ada di situ tertawa melihat polah tingkah Fatih kecuali Farah yang terdiam karena pikirannya dia bakalan merepotkan kakak sepupunya lagi hari-hari ke depan. Mau membantah juga tidak berani karena keputusan Pak Dhe nya yang satu ini biasanya tidak bisa dibantah.
Ya sudah lah....