sekarang sudah tepat pukul 11 malam, pesta ulang tahun pun akhirnya selesai. Dhyan telah pulang terlebih dahulu di antar oleh Radit, di ikuti oleh Jhon dan Marchel yang mengendarai mobil mereka, yang tertinggal hanyalah Azra, Alman, Afnan dan Rhyan.
sebenarnya Afnan ingin menyusul Jhon dan Marchel untuk pulang namun Rhyan bersih keras untuk mengantar Azra, berhubung Afnan datang berbarengan dengan Rhyan akhirnya dia harus mengantar Azra pulang terlebih dahulu.
"Angel, aku akan mengantarmu sekarang!" Rhyan lalu mengambil barang bawaan Azra yaitu kado-kado yang telah diterimanya malam ini. Tapi pada saat Rhyan ingin membawahnya, dengan segera Alman menyela.
"Azra datang bersamaku jadi biar aku yang mengantarnya pulang!" protes Alman.
mendengar perkataan Alman wajah Rhyan berubah dingin, ucapan Alman membuatnya menjadi tidak senang. Awalnya Rhyan merasa sangat senang karena akan merayakan hari ulang tahun Azra, tapi tanpa diduga pada saat mereka ingin memberikan kejutan Azra datang bersama seorang pria. Setelah Rhyan mengetahui bahwa pria itu adalah Alman teman sebangkunya ada sesuatu yang menggeliat di dalam dadanya.
Rhyan tak menyangka bahwa Azra dan Alman begitu dekat, saat berada di sekolah dia tak perna sekalipun melihat mereka berbicara satu sama lain, atau mungkin Alman telah melakukan pendekatan pada Azra tanpa dia ketahui? ini tidak bisa dibiarkan! sebelum mereka saling memiliki rasa, sebaiknya memisahkan mereka dari sekarang adalah pilihan yang tepat.
"Sudahlah, kamu sudah mendapatkan sebuah kehormatan dengan mengantar Angel kesini, jadi sekarang kamu bisa pulang!" usir Rhyan secara halus.
"Aku tidak bisa membiarkan seorang wanita yang datang bersamaku, pulang bersama lelaki yang tak memiliki hubungan dengannya!" Alman pun tak mau kalah.
"Apa kamu tidak tau siapa aku? aku adalah calon imamnya Angel, jadi sekarang kamu kembali saja ke asalmu!" Rhyan mulai geram dan berusaha menahan emosinya untuk tidak menonjok wajah Alman.
Afnan dan Azra yang mendengar ucapan Rhyan sontak terkaget, sejak kapan aku ingin memiliki calon imam, pikir Azra. Dia hanya bisa bertukar pandang dengan Afnan yang sepertinya juga memiliki pikiran yang sama dengannya. Alman dan Rhyan tak hentinya saling melemparkan argumen mereka dan mulai saling nenghina. Azra yang mulai muak dengan kedua orang itu segera melerai.
"Sudah cukup, sebaiknya kalian semua pulang saja sekarang! aku bisa mengurus diriku sendiri!" Azra lalu mengambil semua kadonya dari tangan Rhyan dengan kesal, ada apa dengan kedua orang ini? pikir Azra
Rhyan segera membujuk Azra, mengatakan padanya bahwa tidak baik jika seorang perempuan pulang sendirian di jam seperti ini. Alman pun memberikan usulan untuk membiarkan Azra memilih siapa yang akan mengantarnya pulang. Setelah berpikir beberapa saat Azra pun memilih Alman untuk mengantarnya, itu karena menurutnya dia datang bersama Alman jadi sebaiknya Alman yang mengantarnya pulang.
Tapi Rhyan tidak bisa menerima keputusan Azra, dan memutuskan untuk mengikuti mereka dari belakang. Tidak mungkin dia akan membiarkan seorang lelaki mengantarnya sendirian pada tengah malam seperti ini.
Afnan hanya mengikuti kemauan Rhyan, sebenarnya dia merasa ada sesuatu yang aneh pada diri Alman, dia juga merasa sosok Alman sedikit tidak asing, mungkinkah mereka perna bertemu sebelumnya. Afnan juga memiliki pemikiran seperti Rhyan hanya saja perasaan Rhyan didasari atas rasa cemburu, tapi Afnan lebih ke rasa khawatir seakan sesuatu yang tidak baik akan terjadi jika Azra bersama Alman.
"psiuuuuss"
dijalan yang sunyi sebelum mereka sampai di kos Azra sebuah kabut muncul, sedikit demi sedikit kabut itu menjadi lebih tebal. Secara bersamaan Afnan dan Azra mulai merasa was-was, mereka tidak menurunkan kewaspadaan mereka.
"Kenapa tiba-tiba ada kabut yang muncul? aneh, apakah setiap malam dijalan ini seperti ini?" Rhyan yang tak menyadari sesuatu yang aneh terjadi merasa bingung. Pandangan mereka semakin lama semakin tidak jelas.
"Cepat hubungi Azra sekarang dan katakan padanya untuk berhenti sekarang!" ucap Afnan panik, feelingnya mengatakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
"Ada apa?" Rhyan bertanya namun tetap mengambil ponselnya dan menghubungi Azra. Panggilan pertama tak ada jawaban, panggilan kedua masih tak ada jawaban, sampai akhirnya panggilan ketiga ponsel Azra tak dapat dihubungi.
"Ponselnya nggak di..."
BUG...
belum selesai Rhyan berbicara sesuatu yang besar menghantam mobil mereka dengan sangat keras, membuat mobil sport mewah milik Afnan terguling hingga beberapa meter. Kejadiannya begitu cepat membuat Afnan tak bisa menghindari benturan itu. Mereka berdua terkapar didalam mobil yang dalam posisi terbalik membuat diri mereka menggantung dengan sabuk pengaman yang menahan beban tubuh mereka, luka mereka cukup parah membuat mereka berdua tak sadarkan diri.
saat Azra dan Alman memasuki jalan berkabut yang sangat tebal dia menjadi sangat waspada, tiga detik kemudian dia merasa ada yang aneh dan tiba-tiba.
Ngiiiinnnnnnn
"Arrggghhtt" suara dengungan kembali terdengar membuat Azra kesakitan, semakin lama dengungan itu semakin keras hingga Azra merasa kepalanya akan pecah saat itu juga, hingga dia merasa sudah berada di ambang batas dan membuat dirinya tak sadarkan diri.
sekarang sudah pukul 11:30 malam hanya tersisa setengah jam lagi sebelum Azra genap berusia 17 tahun dan mendapatkan kekuatannya yang sejati.
Azra kini terbaring di dalam lingkaran bintang yang menyegel seluruh tubuhnya. Di alam bawah sadar Azra sekarang dia berada di suatu tempat yang tidak asing, dia dapat melihat hamparan bunga yang sangat indah dan beberapa pohon yang berjejer teratur. Sekarang dia berdiri di bawah pohon yang cukup besar, dia ingat tempat itu. Ini adalah sebuah taman yang biasa dia datangi sewaktu dia masih kecil.
Tidak jauh dari tempatnya berdiri dua orang anak kecil tengah berbincang dengan serius di bawah sebuah pohon yang rindang, salah seorang gadis cilik itu hampir mirip dengan sebuah boneka, tubuhnya yang agak berisi benar-benar terlihat lucu, ditambah lagi rambutnya yang agak ikal dengan wajah yang sangat imut dan sepasang mata yang bulat membuatnya terlihat persis seperti boneka bernyawa.
lalu gadis cilik yang satunya memiliki postur tubuh yang tegap dan agak lebih tinggi sedikit dibanding dengan temannya itu, wajahnya putih mulus layaknya sebuah porselen yang sangat berharga. Dengan rambut panjang berwarna coklat yang senada dengan matanya membuat orang yang memandangnya memiliki perasaan kehangatan dan kelembutan. Dia benar-benar terlihat mirip dengan seseorang.... tunggu dulu gadis kecil itu..?
Deg.. saat menyadari siapa gadis cilik itu, untuk sesaat jantung Azra seakan berhenti berdetak..