Aku bersiap-siap pergi jalan-jalan dengan Zack sore ini. tidak ada yang spesial, kami sering jalan-jalan bersama saat sekolah dulu, lalu kami masuk universitas yang sama tapi beda jurusan kami jadi jarang bertemu, tetapi tiap malam dia pasti kerumah. dan setelah lulus kuliah kami jadi jarang bertemu, banyak hal yang membuat kami tidak bisa sering bertemu.
"Zack, ayo, aku sudah siap," aku menatap orang di depanku ini, dia berpakaian bak seorang model majalah. kadang aku berfikir, kenapa aku tidak jatuh cinta padanya. padahal Zack adalah laki-laki terbaik didunia ini setelah kak leo.
"lama sekali, kau ini membuatku berkarat ya, karna menunggu mu begitu lama," Zack mulai mengomel, "untung kau cantik, kalau tidak,,," kata-kata itu terputus begitu saja.
"kalau tidak apa? apa yang akan kau lakukan kalau aku ini tidak cantik? coba katakan,,," tantangku dengan nada tinggi.
"tentu saja aku tidak akan melakukan apa-apa," dia mulai beralasan tak jelas. "aku tidak akan berani melakukan sesuatu padamu, aku tidak mau dihajar habis-habisan oleh kak Leo, bisa-bisa aku tidak dapat melihat dunia ini lagi".
"itu tau,,,anak pintar," aku penepuk-nepuk kepala Zack, "sebentar aku akan mengunci pintunya,"
selesai menutup pintu dan memastikan tidak ada yang ketinggalan, aku berjalan menuju tempat Zack menungguku. dia mengendarai sepeda motor sport keluaran terbaru, itu membuat dirinya semakin keren dan menawan.
"motor baru Zack?" tanyaku penasaran.
"tidak, ini milik perusahaan papa, kemarin papa membawanya pulang, dan memberikannya padaku, katanya tidak ada yang mau menggunakannya di kantor, jadi dari pada menganggur lebih baik aku gunakan dengan sebaik-baik nya," katanya menjelaskan.
"Zack menyebalkan," kataku sambil mencubit tangannya.
"sakit Ra," dia mengusap-ngusap bagian yang aku cubit tadi. dia memberikan helm untuk aku gunakan dan menyuruhku segera naik ke motornya.
dalam perjalan kami hanya diam, suara angin yang melintas begitu keras, membuat jaket tipis yang aku kenakan menjadi tak berguna untuk melindungiku dari dinginnya udara jalanan.
akhirnya kami sampai di tempat tujuan, MAX'cafe, tempat Zack dan teman-temannya biasa berkumpul. aku jarang ikut kemari, hampir tidak pernah. aku tidak suka suasana cafe nya, terlalu ramai dengan pria-pria perokok dan suasana nya yang tidak layak di sebut dengan cafe.
"Zack, kenapa kemari, kamu kan tau aku tidak suka tempat ini," kataku merajuk.
"maaf, aku cuman sebentar, ambil beberapa barang yang ada di temanku, lalu kita pergi," katanya menenangkan. "Lira tunggu disini saja, aku tidak lama". mendengar ucapan Zack aku menjadi lega. aku menunggu Zack dengan sabar di tempat parkir. beberapa saat kemudian tiba-tiba saja ada yang memegang tanganku dengan kasar.
"hey lepaskan, siapa kalian, apa mau kalian," ucapku dengan nada tinggi. kedua pria itu hanya tertawa mengejek, tercium bau alkohol dari arah mereka. aku menutup hidungku, mundur perlahan menjauh dari mereka.
"hey gadis manis, kenapa kau sendirian disini, gadis manis sepertimu tidak baik jika sendirian di tempat seperti ini,"
"iya, lebih baik kau ikut dengan kami, kami akan membuatku senang," mereka bicara dengan suara keras dan lalu tertawa. mereka mulai mendekat ke arahku, aku terus berjalan mundur menjauhi mereka, hingga akhirnya tak ada tempat untuk mundur lagi.
mereka terus merayuku dengan kata-kata kiasan yang sedikit kasar, membuatku semakin takut. mereka coba menarikku, dan aku berusaha keras melepaskan diri dari mereka.
"ayo gadis kecil, jangan melawan," kata salah satu dari mereka.
"tidak lepaskan, tolong,,,tolong,,," aku menjerit ketakutan.
"hey diamlah gadis kecil, menurut saja," perintah satunya. aku mulai sangat ketakutan, air mataku tiba-tiba saja keluar. dalam hatiku aku terus memanggil Zack, berharap dia akan segera datang menolongku.
"kalian sedang apa, lepaskan gadis itu," kata seseorang dari belakang 2 pria jahat itu.
"memangnya siapa kau, berani-beraninya memerintah kami,"
"lepaskan saja, atau kalian sudah bosan hidup," ancam laki-laki itu lagi.
"hah,,, banyak omong kau," ke dua pria itu pun menghajar laki-laki yang berusaha menolongku. ketiganya saling adu pukulan, tapi laki-laki itu dengan sigap langsung dapat mengalahkan mereka berdua dalam sekali pukulan. ke dua pria itu bangun dengan badan sempoyongan, seperti tidak mau menyerah, mereka tiba-tiba saja berteriak seperti memanggil bala bantuan. seketika itu ada segerombolan pria yang menghampiri tempat pertarungan mereka. tubuh mereka cukup besar dan berotot, seketika itu tubuhku mulai gemetar ketakutan.
"ada apa ini? apa yang telah terjadi," kata salah satu dari mereka.
"cepat bunuh dia, bunuh laki-laki itu," perintah pria yang sudah babak belur tadi.
seketika itu pula para pria yang baru datang tadi berlari kearah laki-laki di depanku dan mulai menghajarnya, seketika itu pula pertarungan berat sebelah itu tidak dapat di hindari. aku tetap berdiri gemetar melihat mereka saling adu pukulan, aku benar-benar ketakutan.
"berhenti,,," teriak laki-laki dari jauh, suara itu seperti femiliar ditelingaku. "bukankah sudah aku katakan, jangan lagi bertindak seenaknya di sini, apa kalian sudah bosan hidup ha..." mendengar kalimat tersebut tiba-tiba saja orang-orang itu berlari ketakutan. "Lira, Lira, kau tidak apa-apa sayang," aku mendengar kalimat itu, dia memeluk tubuhku dengan hangat, mengusap air mataku dan menenangkanku. ku angkat wajahku untuk melihat siapa yang menyelamatkan ku.
"kakak, kak Leo," seketika tangisanku semakin keras, "kakak dari mana saja, aku takut, aku takut kak, mereka memaksaku, menarik tanganku," aku menangis terseduh-seduh.
"sudah kau sudah aman," kata Kak Leo menenangkan. "untung saja Danzel tadi datang lebih awal, terimakasih ya Dan,"
"sama-sama, aku tadi hanya kebetulan lewat dan melihat hal yang buruk telah terjadi pada seorang gadis, jadi reflek," kata laki-laki yang sedari tadi berkelahi. setelah tenang barulah aku menyadari kalau laki-laki yang berkelahi tadi adalah teman kak Leo yang kemarin aku temui, Alfero Danzel.
"oh kak Danzel, maaf tidak mengenalimu, dan terimakasih telah menolongku".
"iya, sama-sama,"
tiba-tiba saja Zack berlari ke arah kami, "Lira, ada apa? apa terjadi sesuatu," pertanyaan Zack seperti orang bodoh yang tidak tau apa-apa.
belum sempat aku menjawab pertanyaan Zack tiba-tiba saja suasananya menjadi tidak menyenangkan. suasana apa ini, kenapa Zack melihat Kak Danzel seperti itu. dan aku juga baru sadar, kenapa kakak juga ada ditempat seperti ini.
'ada apa ini,,,??? tolong jelas kan padaku'